Mohon tunggu...
Juni Lumbantobing
Juni Lumbantobing Mohon Tunggu... Penerjemah - Politeknik MBP Medan

💙

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kebenaran Relatif dalam Kehidupan Umum

16 Juni 2019   03:46 Diperbarui: 16 Juni 2019   03:57 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut Anda, apakah yang disebut "relatif" ? Atau apakah Anda mengerti apa sebenarnya relatifitas itu ? Apa itu "perbedaan" ? Apakah yang mendasari semuanya itu sehingga relatifitas itu muncul ?

Menurut KBBI Online, kata "relatif" memiliki arti "tidak mutlak".

Menurut penulis, relatifitas adalah suatu seni indah yang Tuhan ciptakan, tapi sekaligus juga tantangan yang membentuk manusia -- baik dalam moral, karakter, sifat, mental, dan sebagainya.

Bagaimana kita bisa menjelaskan bahwa relatifitas adalah seni yang memberikan keindahan ? Bagaimana tidak, jika kita semua memandang satu hal dengan sudut pandang yang sama, tanpa adanya perspektif yang berbeda, maka kita akan menemukan persamaan yang identik tentang objek tersebut. Itu baik adanya, dimana kita akan memiliki pengalaman yang sama terkait objek tersebut, dan menciptakan kemudahan dalam komunikasi (penyampaian pesan/informasi).

Namun, ketika kita bisa memandang suatu objek dengan sudut pandang yang berbeda-beda, maka kita akan menemui banyak perspektif yang unik. Hal ini akan menjadi sesuatu yang indah dan sekaligus menantang bagi kita. Keindahannya adalah ketika kita bisa bertukar informasi mengenai objek tersebut melalui pendekatan perspektif yang lain. Ketika kita bisa membandingkan dua atau lebih perspektif yang ada, maka akan menambah pengalaman kita dalam banyak informasi dan sinyal tertentu dalam komunkasi. Itulah indahnya perbedaan dalam kehidupan umum.

Namun satu hal harus kita ingat, kita tidak boleh memaksakan kebenaran kita di ranah umum. Kita mungkin bisa memiliki kebenaran relative (yaitu asumsi), namun kita tidak bisa memaksakannya diterima orang lain, sebab mereka juga memiliki kebenaran relatif terseniri.

Diatas kebenaran relative pribadi, ada juga kebenaran-kebenaran relatif yang diatur oleh hukum norma, dan sebagainya. Alangkah baiknya jika kita mengikuti norma-norma yang ada di mana kita berada.  

Tetaplah bersyukur, dan saling menghargai akan kebenaran relatif yang ada dalam diri masing-masing individu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun