Mohon tunggu...
Junianto Bara
Junianto Bara Mohon Tunggu... Administrasi - --

Seperti manusia yang terlahir lentur dan meninggal kaku, banyak fikiran manusia yg fleksibel di awal kehidupannya namun semakin mengeras di tahun-tahun selanjutnya...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Saya Muslim dan Saya Indonesia

25 Oktober 2016   23:31 Diperbarui: 3 November 2016   10:18 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aku Indonesia Sumber : https://triyantomekel.wordpress.com

Sebagai Negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, Indonesia selalu menjadi sorotan Negara-negara lain, khususnya  masalah demokrasi, Indonesia menjadi Negara  dengan penduduk muslim yang paling berhasil dalam mengamalkan demokrasi, meskipun tak dapat dipungkiri banyak riak-riak yang ingin menjadikan  Indonesia sebagai Negara Islam, banyak kelompok orang yang tidak puas dengan sistem hukum yang dibangun, dan ingin menjadikan Negara terpecah dengan  berbagai aksi “Jihad” dengan bersandar pada pemaknaan teks kitab suci yang dipilih-pilih.

Sebagai seorang muslim dan menjadi warga negara Indonesia, kita tidak dapat memungkiri dan mengelak bahwa kita adalah majemuk, sejarah mencatat Indonesia merdeka  adalah berkat perjuangan seluruh Masyarakat (Rakyat) indonesia tanpa terkecuali, ada darah yang harus dibayar oleh Muslim, Nasrani, Hindu, Katolik, Budha maupun agama-agama lainnya, jadi sejatinya apa yang kita dapatkan saat ini adalah buah dari perjuangan mereka para pahlawan, tanpa melihat suku, etnis, agama dan ras (Primordialisem), dan kemerdekaan ini adalah hak segala bangsa, maka sesunggunya siapapun warga Negara Indonesia berhak menjadi pemimpin di negeri ini selama mereka memiliki kapabilitas.

Akhir-akhir ini kita sedang dibenturkan kembali dengan isu SARA, entah ini berhubungan dengan masalah kepemimpinan apa bukan, kita bisa menilai benturan SARA ini jelas bermuatan politis, mudah sekali menelusuri jejaknya, pola ini selalu terjadi menjelang pemilu maupun pilkada, Jika menengok kembali ke belakang para politisi di negeri ini selalu saja memanfaatkan penggalan kitab suci untuk kepentingan politiknya dengan mendompleng fanatisme ummat, padahal mereka saja enggan melaksankan seluruh hukum-hukum yang ada dalam kitab suci, dan cenderung menentangnya,  dalam dan masyarakat awam  selalu saja menjadi orang yang dimanfaatkan dan dibenturkan untuk kepentingan politis ini.

Tanggung jawab Intelektual Muslim

Bagi kita orang muslim yang ingin mengesampingkan konsistusi dan ingin menafikan kemajemukan serta ingin menjadikan Alquran sebagai pedoman, Jangan salahkan mereka yang memilih pemimpin non muslim karena citra jujurnya, ini adalah tanggung jawab para intelektual muslim dan ulama, yang sampai saat ini belum mampu mengadirkan pemimpin-pemimpin muslim yang adil tegas, jujur dan berani, kecuali sangat sedikit, justru para pemimpin muslim lebih banyak menodai keagungan kitab suci, dengan melakukan berbagai penyelewengan yang bertentaangan dengan kitab sucinya

Islam adalah rahmat bagi semesta, tidak pantas seorang mukmin menggaungkan kebencian, dan mengadu domba umat atas pemaknaan teks kitab suci karena ketidakmampuannya menghadirkan pemimpin yang amanah, atau para politisi yang memanfaatkan kemurnian akidah ummat untuk mencapai tujuan politisnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun