Mohon tunggu...
Juniar Sugiarto
Juniar Sugiarto Mohon Tunggu... -

Bpk dari 3 orang anak

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

(RT/RW) "Hidup Segan Matipun Tak Mau"

17 Mei 2011   03:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:33 4695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Era Reformasi dan Globalisasi

Keanehan diatas nampaknya dapat terjawab, mengapa jarang yang mau jadi RT/RW ??....ternyata jawabannya RT/RW tidak punya gaji (kata pk RT/RW ngambil gajinya nati rapel di akhirat.....amiin, semoga amalnya mendapat ganjaran yang berlipat ganda).

Di era globalisasi dan reformasi ini nampaknya ada perundang-undangan yang lupa diamandemen yaitu Peraturan tentang Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) karena produk peraturan yang ada sudah kadaluwarsa dan dipandang tidak sesuai lagi.

Bayangkan dengan tugas dan tanggung jawab yang demikian berat tetapi “tidak ada penghargaan”, apa mungkin dapat berjalan dengan baik, kalau hanya asal jalan saja bisa-bisa saja. Bagaimana pelaksanaan RT/RW di kota-kota besar (kawasan elit) apa masih bisa berjalan ?

Perlu dicarikan solusi dengan merubah peraturan Per-UU sehingga kedudukan RT/RW menjadi perangkat Desa/Kelurahan sehinga mempunyai “hak” (selama ini hanya mempunyai kewajiban). Dengan adanya hak tersebut mereka mempunyai tanggung jawab akan tugas yang harus dilaksanakan secara proporsional dan profesional.

Kejelasan status RT/RW sangatlah penting karena mereka benar-benar 'ujung tombak' sehingga data yang diberikan dapat dipertanggung jawabkan, keadaan sat ini dimana status RT/RW hanya merupakan 'selingan” dapat menyebabkan data yang diberikan tidak valid disamping itu tingkat empaty pada program pemerintah (seperti data warga pada kasus teroris) tidak akan banyak dapat diharapkan.

Dapat dianalogkan kedudukan RT/RW saat ini seperti program “kerja bakti' dimana suatu program pembangunan lingkungan dilaksanakan dengan 'dana dan tenaga' dari warga setempat. Pada era reformasi dan globalisasi seperti saat ini program seperti ini tampaknya semakin tidak trend, kemungkinan hal ini oleh karena beban masyarakat yang semakin berat untuk mencari nafkah bagi kebutuhan hidup disamping makin kurangnya contoh/sosialisasi dari pemerintah.

Saat ini semakin sulit mencari warga masyarakat yang mau memikul jabatan 'mulia' (tampa tanda jasa) RT/RW sehingga biasanya 'sekali jadi (pk/bu)RT/RW tetap (pk/bu)RT/RW' selamanya......

Semoga RT/RW 'hidup segan matipun tak mau' dapat segera berubah....

SALAM UNTUK RT/RW SE INDONESIA.............

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun