Sejumlah Mahasiswa lPertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) inbound Universitas Malikussaleh “Kelompok Rampagoe” Mengikuti Kegiatan Modul Nusantara dalam Nuansa Kebhinekaan Eksplorasi Museum Rumoh Aceh Jl. Sultan Mahmudsyah No.10,Peuniti, Kec. Baiturrahman, Kota Banda Aceh (Sabtu, 11 November 2023).
Dalam kegiatan ini mahasiswa tidak hanya sekadar berkunjung tapi dalam hal ini para mahasiswa “Kelompok IV Rampagoe” mempelajari filosofi Sejarah rumoh aceh dan makna dari setiap desain Rumoh Aceh Tersebut, menariknya ditempat ini selain belajar kita juga bisa mengenal peradaban atau history time aceh yang dirangkum dari setiap tahunnya. Memasuki ruangan pameran rumoh aceh kita akan di suguhkan dengan koleksi beragam benda baik benda zaman prasejarah, masa Kerajaan, hingga kolonial belanda.
Lokasi Rumoh Aceh yang strategis yang terletak di sentral pusat kota, museum ini dekat dengan berbagai tempat kuliner terkenal di aceh. Terlebih lagi pelaksanaan Modul Nusantara kebhinekaan kali ini dirangkaikan sekaligus dengan melihat, menyaksikan,serta ikut meramaikan “Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) Ke VIII” Yang dilaksanakan 4 Tahun sekali.
Berdasarkan Sejarah atau filosofi berdirinya Museum Rumoh Aceh yang pada saat itu dijelaskan oleh bapak Efendi Usman Selaku Pemandu Museum Aceh menjelaskan bahwa Museum Aceh adalah salah satu Museum tertua di Indonesia dengan usia lebih dari 100 tahun.
Awalnya bangunan ini adalah rumah tradisional aceh atau “Rumoh Aceh” yang sebenarnya berasal dari Paviliun Aceh yang dipamerkan dalam “Pameran Kolonial” di semarang pada tahun 1914. Paviliun aceh ini memamerkan koleksi Sebagian besar dimiliki oleh FW Stameshaus sebagai curator pertama di aceh. Dan setelah Indonesia Merdeka museum ini menjadi milik pemerintah Aceh. Ditambahkan lagi oleh bapak efendi Usman bahwa daya Tarik Museum Aceh ini yaitu Lonceng Cakra Donya yang usianya telah mencapai 1400 tahun, Replika Rumoh Aceh sebagai tiruan rumah tradisional Masyarakat aceh dimasa lampau, Manuskrip Kuno yang terletak pada ruang pameran temporer Museum Aceh. Dan beberapa manuskrip kuno ini tertulis dengan berbagai aksara seperti Arab, jawa,aceh dan Melayu.
Zibrancha selaku salah satu anggota kelompok yang berasal dari Universitas Muhamadiyah Jakarta, mengatakan dia sangat antusias dan Bahagia serta bersyukur selain pertama kalinya dia datang ke Aceh mengunjungi masjid Raya Baiturrahman, serta Museum Tsunami, Museum Rumoh Aceh merupakan salah satu tempat yang menjadi referensi menarik kita untuk belajar Sejarah aceh dari masa ke masa. “ pada saat saya memasuki ruangan museum aceh dilantai bawah dapat melihat ragam flora dan fauna yang tetap dilestarikan di Aceh terdapat hewan yang diawetkan dan dijadikan pameran untuk diperlihatkan kepada kita, menuju lantai 2 kita akan disuguhkan dengan
Sejarah kesultanan dan Kerajaan aceh serta kehidupan rakyat aceh pada jaman dahulu, dan terdapat pula beberapa pakaian adat aceh yang berbeda beda dari setiap daerah yang ada di Aceh, yang paling unik dan menarik adalah Ketika kita menuju lantai 3 disana kita akan mengetahui Sejarah aceh dari masa kemasa serta Sejarah kepahlawanan yang pernah berjuang melawan belanda dan memperthankan kemerdekaan Aceh keunikan desain bangunan dan penjelasan singkat dan rinci membuat kita mudah memahami Sejarah dan penjelasan yang dibuat dalam balutan desain gambar yang menarik, dan terkahir pada bagian lantai 4 paling atas disini terdapat alat-alat pertanian Masyarakat aceh yang digunakan pada masa lampau untuk memudahkan misalnya dalam membajak sawah serta alat tenun dan alat musik yang masih tersimpan dengan baik dalam museum ini.
Imam Shadiqin M.,Si selaku dosen modul Nusantara yang mendampingi dalam kegiatan ini menyampaikan tujuan pelaksanaan modul kali ini dengan mengunjungi Museum Rumoh Aceh sebagai sarana untuk mengembangkan rumpun keilmuan baik eksplorasi pengetahuan seni,kebudayaan maupun kemanusiaan di Aceh, terlebih lagi di zaman kemajuan dan kecanggihan teknologi saat ini anak muda sangat dipengaruhi oleh akulturasi budaya dan globalisasi yang sudah banyak melupakan Sejarah dan perjuangan yang dimana hal ini menjadi harta karun peradaban yang sangat terbuka bagi pembelajaran Masyarakat dunia ilmu dan pengetahuan.
Terutama banyak pembaharuan pembaharuan atas warisan Sejarah dan budaya Aceh yang seharusnya menjadi perhatian yang tidak hanya bermakna bagi martabat dan kebanggaan seluruh rakyat Indonesia, dan bukan hanya Budaya ataupun Sejarah di Aceh tapi di seluruh pelosok Nusantara menjadi tanggung jawab kita Bersama untuk peradaban terutama pengoptimalan Sumber daya Manusia.”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H