Tanpa penulis sadari, penulis lebih dari setahun menjalani sebagai mahasiswa di Tokyo. Dalam setahun ini banyak yang dipelajari dan tentunya juga mengamati kegiatan mahasiswa disini seperti kebanyakan orang Indonesia yang punya profesi sebagai pengamat. Pengamat ekonomi, pengamat bola, pengamat PKS, pengamat lainnya yang wara-wiri di berbagai media.
Apa sajakah yang dilakukan mahasiwa di Universitas Tokyo (Todai) dalam menunjukkan eksistensi dirinya sekaligus melepas kesepian dan kerinduan akan suasana di kampung halaman? Ada banyak kegiatan. kegiatannya positif maupun negatif. Nah, kita mulai satu2.
1. Pajang foto publikasi baik konferensi, poster, dan judul jurnal di Facebook. Narsis bro..
Sebenarnya Facebook mulai kalah populer di Indonesia dengan media sosial lainnya seperti twitter. Banyaknya iklan, account yang dibajak, dan status alay binti lebay bikin pengguna di Indonesia jadi malas update status di Facebook. Kondisi ini bertolak belakang dengan account2 yang penggunanya adalah mahasiswa Todai. Dengan kondisi sering melembur di laboratorium dengan ditemani komputer dan jaringan internet super kenceng maka hiburan bagi kami adalah membuka facebook, dan update status. Bagi yang punya penelitiam ok punya dan sering2 jalan2 ke luar negeri untuk konferensi, update status tentang keberhasilannya menjadi sarana menunjukkan eksistensi. Contoh update statusnya: foto lagi presentasi di London dengan status "baru habis presentasi di xxx, untung pertanyaannya mudah", "paper saya di jurnal xxx baru saja di accepted" dengan foto judul sama abstraknya. Foto berdiri didepan poster penelitiannya sambil gaya mengajarkan kepada pengunjung betapa pentingnya penelitian tersebut.
Dunia penelitian sepi peminat, ga hanya di Indonesia di luar negeri pun profesi ini tidak banyak peminatnya. Akan tetapi dunia ini begitu di support sama pemerintah dan dunia industrinya. Karena penemuan2 dari para penelitilah yang memberikan inovasi. Oleh karena itu, publikasi yang mungkin hanya dibaca oleh orang2 yang berada dikeilmuannya, perlu ditunjukkan eksistensinya. Dan eksistensi tersebut ditunjukkan dengan Narsis melalui Facebook.
2. Update status galau merasa disiksa oleh professor
Bagi yang belum bisa menunjukkan eksistensi melalui publikasi tapi pingin eksis di dunia maya. Biasanya dengan update2 status disiksa Romusha oleh Professornya. Contohnya ini:
Pingen pulaaaaaangg tutup lapak di Tokyo.. Da bosen capeeek nyawa tinggal di ubun2 sekali dsentil melayang! Di indos bs ngejajah ijah n tarno..gw dsini di jajah oh nooo masa bodo gelar phd bla blah gw mo happy2.. G mo gelar n kerjaan aneh nan menderitA.. Oh nooooowwwwaaayyyy
^^^ Status ini di copy-paste dari salah satu temen di Facebook.
Atau bikin geger dunia Facebook dengan bikin status mengundurkan diri dari Todai. Oh Noo....
Di Jepang memang terkenal dengan kerja kerasnya. Bahkan di laboratorium, kerja pagi-malam, senin-minggu jadi hal biasa. Jadi yang ga sanggup. Status diromusha yang tragis dan menyedihkan biasanya bertebaran di wall Facebook mahasiswa Todai.
3. Jalan keliling Jepang kemudian pengalamannya dicatat didalam blog dan akhirnya dijadikan buku
Ini salah satu contoh yang positif. Daripada stress dan galau dengan kerja romusha dan malas dengan penelitian, kegiatan bisa dialihkan dengan travelling keliling Jepang. Klo pintar2 mengatur duit, keliling ke seluruh kota di Jepang cukup dengan uang beasiswa. Bagi yang hobi backpaker, bisa kuliah ke jepang menjadi sangat menarik. Dan lagi, jika sudah tidak sanggup lagi berada di dunia penelitian bisa beralih profesi dengan menjadi penulis buku. Petualangan selama perjalanan bisa dipost didalam blog pribadi dan nantinya dijadikan buku. Sudah banyak yang melakukannya dan di Todai sendiri terdapat beberapa mahasiswa yang selalu membukukan pengalamannya diblog sapa tahu nanti bisa jadi terkenal sebagai penulis buku.
4. Aktif dalam organisasi kemahasiswaan, olahraga, pengajian, dan partai politik
Kebanyakan mahasiswa Todai tidak aktif di organisasi waktu kuliah di Indonesia. Berbeda setalah kuliah di Todai. Ketika dulunya hanya jadi panitia atau peramai, sekarang menjadi aktif berorganisasi. Ataupun yang dulunya ga pernah ikut main futsal ataupun badminton, tahu2 begitu mencintai olahraga ini. Tak bisa dipungkiri, kebanyakan kami waktu kuliah di Indonesia sibuk belajar supaya dapat IPK yang tinggi, tidak tertarik dengan olahraga maupun organisasi. Ketika tiba di Jepang, melihat orang2 dunia luar yang hebat2, merasa mencoba mengejar mereka. Ketika mereka terlihat begitu jauh dan tak terkejar, daripada mengejar mereka dengan romusha di laboratorium, lebih baik lari ke kegiatan organisasi.
Salah satu organisasi yang populer adalah yang berafliasi dengan Kedutaan yaitu PPI. Banyak kegiatan yang difasilitasi oleh Pemerintah yang dimana teman2 kami ikut terlibat. Terkhir foto2 Cinta Papua pada saat kasus pendirian sekretariat OPM di London. Lebih mirip kasus pacar ngambek minta putus karena ga diperati'in, sekarang mulai diperati'in dengan PPIJ yang dapat tugas dari Kedubes untuk kasih perhatian ke Papua. Ataupun juga terlibat dengan jaringan parpol di Indonesia. Mulai dengan ikut pengkaderan, ada yang murni demi Indonesia, ada pula yang bertujuan bisa menjadi staff ahli presiden, syukur2 bisa jadi menteri di waktu mendatang. Selain itu bisa juga aktif dengan ikut pengajian. dari yang kecil2 hingga yang besar seperti daurah. Pengajian bisa diikuti dengan niat sekedar membentengi diri ataupun terlibat dalam jaringan global seperti pendirian khalifah Islam di dunia.
Inilah beberapa cara mahasiswa Todai mengaktualisasi dirinya yang berhasil diamati. Setiap mahasiswa punya cara yang berbeda. Tapi semua dikembalikan ke diri sendiri dalam memilih cara aktualisasi diri.
Cheers.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H