Mohon tunggu...
June Prarischa
June Prarischa Mohon Tunggu... -

selalu mencoba untuk lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Seberapa Besar Pengaruh Teman di Kehidupan Kita?

29 Desember 2013   12:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:23 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam shiroh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dijelaskan bahwa paman Nabi -Abu Tholib- biasa melindungi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari gangguan kaumnya. Perlindungan yang diberikan ini tidak ada yang menandinginya. Oleh karenanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengharapkan hidayah itu datang pada pamannya. Saat menjeleng wafatnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjenguk pamannya tersebut dan ingin menawarkan pamannya masuk Islam. Beliau ingin agar pamannya bisa menutupi hidupnya dengan kalimat “laa ilaha illallah” karena kalimat inilah yang akan membuka pintu kebahagiaan di akhirat. Berikut kisah yang disebutkan dalam hadits.

Dari Ibnul Musayyib, dari ayahnya, ia berkata, “Ketika menjelang Abu Tholib (paman Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-) meninggal dunia, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menemuinya. Ketika itu di sisi Abu Tholib terdapat ‘Abdullah bin Abu Umayyah dan Abu Jahl. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan pada pamannya ketika itu,

أَىْ عَمِّ ، قُلْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ . كَلِمَةً أُحَاجُّ لَكَ بِهَا عِنْدَ اللَّهِ

“Wahai pamanku, katakanlah ‘laa ilaha illalah’ yaitu kalimat yang aku nanti bisa beralasan di hadapan Allah (kelak).”

Abu Jahl dan ‘Abdullah bin Umayyah berkata,

يَا أَبَا طَالِبٍ ، تَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ

“Wahai Abu Tholib, apakah engkau tidak suka pada agamanya Abdul Muthollib?” Mereka berdua terus mengucapkan seperti itu, namun kalimat terakhir yang diucapkan Abu Tholib adalah ia berada di atas ajaran Abdul Muttholib.Dan akhirnya Abu thalib wafat dalam keadaan kafir di karenakan 2 sahabatnya Abu jahal dan umayyah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberi perumpamaan dengan bersabda: “Sesungguhnya, perumpamaan teman baik dengan teman buruk, seperti penjual minyak wangi dan pandai besi; adapun penjual minyak, maka kamu kemungkinan dia memberimu hadiah atau engkau membeli darinya atau mendapatkan aromanya; dan adapun pandai besi, maka boleh jadi ia akan membakar pakaianmu atau engkau menemukan bau anyir” (HR Bukhari  dan Muslim)

Lebih jauh, beliau menyatakan; “Seseorang tergantung agama temannya, maka hendaklah seorang di antara kalian melihat teman bergaulnya” (HR Abu Dawud, An-Nasa’i).

Seperti yang terjadi dalam sebuah kisah ini, sebut  saja namanya Angga. Sebelumnya, pria berusia 19 tahun ini hidup di antara remaja-remaja nakal. Ia  dikenal sebagai anak yang super berandal. Selain perilaku seks bebas yang tak pernah didekatinya,  hampir semua  kebiasaan buruk pernah ia lakoni. Merokok, perkelahian antar pelajar, mabok miras, hingga narkoba. Sampai kemudian ia tinggal, bergaul dengan teman-teman sesama santri dan para ustadz di sebuah pesantren. Sejak  saat itu, perilaku buruknya perlahan-lahan mulai ditinggalkan, berganti dengan amal-amal terpuji. Shalat berjamaah lima waktu di masjid, tilawah Al-Qur’an, sampai shalat tahajud pun dengan penuh semangat dikerjakan. Puncaknya, ia kemudian memutuskan berangkat ke ibu kota untuk mengikuti Program Tahfidz  Al-Qur’an.

Sementara Agus sangat berbeda dengan Angga. Awalnya pria berusia 17 tahun ini dikenal sebagai pemuda baik-baik. Pandai mengaji, rajin mengajar  di TPA, gemar menjalani puasa sunnah, shalat jamaah dan lain-lain. Namun, setelah  bekerja di lingkungan sebuah perusahaan migas yang mayoritas pekerjaannya permissive (berpandangan serba boleh), dia berubah menjadi pemuda yang seolah tak pernah mengenal agama. Terakhir kali berhubungan via telepon, kalimat yang pertama kali diucapkan bukannya “Assalamu’alaikum.” Tapi, “ada ga cewek yang....?” Astaghfirullahal azhim!!

Dua kisah di atas, menggambarkan betapa besar pengaruh  teman dalam kehidupan seseorang. Teman, bisa berperan mengangkat kehormatan dan kemulian. Dan teman, dapat pula menjadi sebab kehancuran dan kehinaan. Sebagaimana teman-teman yang baik, memiliki andil dalam perbaikan akhlak dan keimanan. Teman-teman yang rusak juga memiliki saham atas rusaknya ibadah dan keyakinan.

Maka dari itu mari dari sekarang kita pintar-pintar memilih teman dalam hidup kita,… ^_^

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun