Mohon tunggu...
June Cahya
June Cahya Mohon Tunggu... -

simply a learner

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Priya Manna Basti dan Kisah Jute Mill (Bagian 1 dari 2 Tulisan)

7 Oktober 2012   06:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:09 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pagi ini saya memutuskan untuk pergi ke Priya Manna Basti dan menengok anak-anak di Talimi Haq. Setelah kunjungan saya ke sekolah itu dua minggu lalu, saya merasa menemukan sebuah "dunia lain" di Kolkata yang terasa sangat akrab. Rencana ini sebenarnya sudah saya susun sejak semalam. Saya ingin mengajak anak-anak Talimi Haq membuat choco balls dan 'mencicipi' Indonesia sebagaimana anak-anak telah mengajak saya mencicipi dunia mereka. Kunjungan saya ke sekolah mereka beberapa bulan sebelumnya bersama Chandni dan Rama membuka mata saya akan pentingnya dan arti dari sebuah kegilaan di tengah normalitas. Dan hari ini, saya merasa senang karena ini adalah perjalanan pertama saya sendirian ke sana. Saya sudah memutuskan untuk tidak memberitahu Amina atau Binod mengenai rencana kedatangan saya, karena ingin memberi kejutan pada mereka dan anak-anak.

Meski saya sempat ragu karena gagal menemukan catatan yang dibuat Amina mengenai rute perjalanan dan nomor kendaraan yang harus saya naiki untuk mencapai Priya Manna Basti, saya memutuskan untuk tetap berangkat saja hari itu. Dalam bayangan saya, saya akan bisa mencapai daerah itu dengan naik bis ke Howrah, dilanjutkan dengan naik kendaraan lain dari Howrah. Lagipula urusan naik turun bis di terminal besar bagi saya sudah biasa, karena sewaktu masih tinggal di Bekasi, saya sudah biasa naik turun bis di Senen, jadi jika sekarang harus naik turun bis di Howrah, apa bedanya kecuali yang satu berlokasi di Jakarta dan yang lain di Kolkata.

Dengan berbekal keyakinan saya pun melangkahkan kaki dengan ringan. Tiba di halte terdekat, rasa ragu mulai mengintai. Untuk bisa mencapai Howrah, saya bahkan tidak tau bis yang ke arah mana yang harus saya ambil: timur atau barat. Karena malas bertanya dan malas membaca peta, saya memutuskan begitu saja untuk mengambil bis yang ke arah timur. Pilihan ini terbukti salah, karena selanjutnya saya harus berganti bis sebanyak 3 kali. Dari peristiwa ini, saya belajar satu hal: malas bertanya sesat di perjalanan. Maka setibanya di Howrah, saya segera mencari petugas terminal untuk bertanya bagaimana cara saya mencapai Priya Manna Basti. Dari ketiga petugas yang berjaga, tak seorang pun yang bisa memberikan saya informasi karena ketiganya mengaku belum pernah mendengar nama daerah itu. Benar kata Amina. Ketika Amina membuat catatan, ia mengingatkan saya untuk menyimpannya baik-baik, karena sewaktu-waktu saya ingin kembali mengunjungi anak-anak di Talimi Haq saya dapat menggunakannya sebagai pedoman. Tanpa catatan itu, akan sulit bagi saya untuk mencapai Priya Manna Basti, karena letaknya di daerah Muslim, dan upaya bertanya pada orang di jalan dipastikan belum tentu berhasil.

Akhirnya saya memutuskan naik bis yang saat itu tengah bersiap keluar dari terminal. Pikir saya, perjalanan ini sudah dimulai dengan gambling, jadi teruskan saja. Setelah bertanya di dalam bis, sopir segera menurunkan saya di tengah jalan karena salah jalur. Dan karena capek naik turun bis, saya memutuskan untuk naik taxi saja. Dalam hati saya, jika sedari awal saya naik taxi mungkin saya tidak perlu menghabiskan waktu 4 jam hanya untuk kurilingan tanpa hasil. Sebenarnya ongkos taxi di India terbilang murah, tapi pengalaman buruk teman dengan taxi saat ketibaan pertamanya di Kolkata membuat saya selalu hati-hati dalam memanfaatkan jasa mereka. Setelah berputar-putar di jalanan lengang berdebu dengan lanskap pabrik jute mill di sisi kanan dan kiri jalan yang tidak lagi beroperasi, sopir taxi pun menyerah. Saya meminta taxi diberhentikan di depan kumpulan para rickshaw-wala. Rickshaw adalah pilihan terakhir saya. Dan pilihan kali ini tepat. Ketika saya mengatakan Priya Manna Basti, rickshaw wala segera mengayuh sepedanya kencang-kencang, melalui jalanan sempit berkelok-kelok, melewati rumah sakit, madrasah, rumah-rumah penduduk, dan pabrik jute mill yang berlokasi tepat di seberang Priya Manna Basti. Akhirnya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun