Mohon tunggu...
Jundi Al Ayyubi
Jundi Al Ayyubi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

hanya satu satunya di dunia -Pembelajar dari Lampung-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bahaya Kezaliman bagi Pelakunya

28 November 2013   10:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:35 2763
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Segala puji bagi Allah yang Maha Adil lagi Maha Bijaksana. Allah pantang berlaku zalim terhadap makhluknya. Allah pun telah melarang kita berlaku zalim terhadap sesama. Semoga shalawat dan salam selalu ditambahkan untuk nabi Muhammad saw yang telah menuntun umatnya keluar dari lingkaran kezaliman menuju cahaya keadilan.

Kalau kita ditanya: Apakah ada yang mau dizalimi? Adakah yang mau dianiaya? Tentu jawaban yang kita berikan adalah “Tidak”. Benar,   kita tidak mau dizalimi dan  tidak mau dianiaya.

Hal penting berikutnya yang perlu sama-sama kita sadari adalah, bahwa orang lain juga sama, tidak mau dizalimi pula. Oleh sebab itu, kita dituntut berlaku adil. Adil terhdap diri sendiri dan adil terhadap orang lain. فَلا تَظَالَمُوا,  jangan saling menzalimi.

Kebanyakan orang mengira bahwa kezaliman itu hanya merugikan orang yang dizhalim. Benarkah demikian? Ketahuilah...! bahwa bahaya yang diderita oleh pelaku kezaliman itu jauh lebih besar dan lebih mengerikan dibanding bayaha yang menimpa orang yang dizalimi. Diantara bahaya itu adalah:

Pertama: Kezhaliman Menjadi Kegelapan

Rasulullah saw bersabda:

اتَّقُوا الظُّلْمَ ؛ فَإنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ القِيَامَةِ

“Takutlah kalian berbuat zalim, karena kezaliman itu menjadi kegelapan demi kegelapan di hari kiamat” (Hr. Muslim).

Tidak didapatinya cahaya adalah kegelapan. Walaupun kegelapan bukan hanya itu. Kesedihan dan kesusahan adalah kegelapan. Siksaan demi siksaan adalah kegelapan. Dan itu semua akan ditimpakan kepada orang yang berlaku zalim. Jadi, kezaliman adalah sumber kesusahan di hari kiamat. Kezhaliman itu bikin susah diri sendiri, susah di dunia dan terlebih lagi nanti susah di akhirat.

Kedua: Kezhaliman itu menjadi sebab kebangkrutan

Rasulullah saw pernah pertanya kepada para sahabat

أتدرونَ مَنِ المُفْلِسُ ؟

“Tahukan kalian siapa itu orang yang bangkrut?”

Mereka menjawab:

المفْلسُ فِينَا مَنْ لا دِرهَمَ لَهُ ولا مَتَاع

“Orang yang bangkrut di kalangan kami adalah orang yang tidak lagi memiliki uang dan barang”.

Beliau lalu menerangkan:

إنَّ المُفْلسَ مِنْ أُمَّتي مَنْ يأتي يَومَ القيامَةِ بصلاةٍ وصيامٍ وزَكاةٍ ، ويأتي وقَدْ شَتَمَ هَذَا ، وقَذَفَ هَذَا ، وَأَكَلَ مالَ هَذَا ، وسَفَكَ دَمَ هَذَا ، وَضَرَبَ هَذَا ، فيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ ، وهَذَا مِنْ حَسناتهِ ، فإنْ فَنِيَتْ حَسَناتُه قَبْل أنْ يُقضى مَا عَلَيهِ ، أُخِذَ منْ خَطَاياهُم فَطُرِحَتْ عَلَيهِ ، ثُمَّ طُرِحَ في النَّارِ

“Sesungguhnya orang yang bangkrut diantara umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa amal shalat, puasa dan zakat. Disamping itu, ia juga membawa dosa mencaci maki, menuduh, mengambil harta orang lain, menumpahkan darah, dan memukul orang lain. Maka tiap-tiap orang yang dizaliminya dibayar dengan amal baiknya. Kalau habis amal baiknya, sedangkan tanggungannya belum terbayar, maka diambil sebagian dari dosa-dos mereka lalu ditimpakan kepadanya, kemudian ia dicampakkan ke dalam api neraka” (Hr. Muslim)

Bangkrut di dunia, masih bisa mencari gantinya. Bangkrut di dunia, masih ada sanak famili dan handai tolan yang memberikan pertolongan. Adapun bangkrut di hari akhirat, maka tidak ada yang gantinya dan tida ada orang yang bisa menolong. Tentu kita tidak ingin mengalami hal yang demikian. Dan itu semua disebabkan oleh kezaliman terhadap sesama.

Bahaya yang Ketiga: Mengambil hak orang lain itu sama dengan mengambil sepotong api neraka

Tentu tidak ada orang yang rela mengambil api untuk membakar dirinya sendiri. Yang patut dibayangkan oleh orang yang ingin mengambil  hak orang lain adalah bahwa ia akan mengumpulkan bara api untuk membakar dirinya di neraka.

Dalam hal ini, Rasulullah saw bersabda:

إنَّمَا أنا بَشَرٌ ، وَإنَّكُمْ تَخْتَصِمُونَ إلَيَّ ، وَلَعَلَّ بَعْضَكُمْ أنْ يَكُونَ ألْحَنَ بِحُجّتِهِ مِنْ بَعْضٍ ، فأَقْضِيَ لَهُ بِنَحْوِ مَا أسْمعُ ، فَمَنْ قَضَيتُ لَهُ بِحَقِّ أخِيهِ فَإِنَّما أقطَعُ لَهُ قِطعةً مِنَ النَّارِ

“Sesungguhnya aku ini manusia seperti kalian. Dan sesungguhnya kalian mengadukan sengketa kepada saya. Boleh jadi sebagian dari kalian lebih menguasai argumrntasinya dari pada yang  lain sehingga aku menangkan perkaranya. Maka dari itu, barang siapa yang aku menangkan perkaranya sehingga ia mengambil hak saudaranya, maka sesungguhnya aku potongkan sekeping api neraka untuknya”. (Hr. Bukhari dan Muslim)

Bahaya Kezhaliman yang keempat: Do’a orang yang dizalimi itu tidak tertolak

Rasulullah saw bersabda:

وَاتَّقِ دَعْوَةَ المَظْلُومِ ؛ فإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَها وَبَيْنَ اللهِ حِجَابٌ

“Takutlah kamu akan doa orang yang dizalimi, karena sesungguhnya tidak ada tabir antara doanya dengan Allah” (Hr. Bukhari dan Muslim)

Bahaya Kezhaliman yang kelima: Orang yang zalim itu tidak dibiarkan, melainkan ditangguhkan saja

Jangan sekali-kali orang merasa aman lantaran kezaliman yang kerap ia lakukan tidak pernah terungkap. Jangan pula merasa bebas karena tidak ada orang yang berani menuntut. Ketahuilah bahwa Allah tidak membiarkannya, melainkan memberi tangguh saja. Apakah kesempatan itu digunakan untuk memperbaiki diri atau malah untuk semakin menambah kezaliman?

Rasulullah saw bersabda:

إنَّ الله لَيُمْلِي لِلظَّالِمِ ، فَإِذَا أخَذَهُ لَمْ يُفْلِتْهُ

“Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada orang yang berlaku zalim. Jika Allah hendak mengazabnya, maka tidak akan membiarkannya lolos”

Kemudian beliau membaca:

وكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ

“Dan begitulah adzab Tuhanmu, apabila Dia mengadzab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya adzab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras”. /Qs. Hud: 102. (Hr. Bukhari dan Muslim)

Sedemikian rupa bahaya kezaliman bagi pelakunya, maka mari kita pegang dua pesan Rasulullah saw sebagai beikut:

Pertama: Belalah saudaramu

Beliau bersabda:

انْصُرْ أخَاكَ ظَالماً أَوْ مَظْلُوماً

“Belalah saudaramu, apakah ia berlaku zalim atau dizalimi”

Seorang sahabat bertanya:

يَا رَسُول اللهِ ، أنْصُرُهُ إِذَا كَانَ مَظْلُوماً ، أرَأيْتَ إنْ كَانَ ظَالِماً كَيْفَأنْصُرُهُ ؟

“Wahai Rasul Alah, aku membelanya jika ia dizalimi. Beritahulah saya, jika ia berlaku zlim, bagaimana aku membelanya?”

Rasulullah saw menjawab:

تحْجُزُهُ - أَوْ تمْنَعُهُ - مِنَ الظُلْمِ فَإِنَّ ذلِكَ نَصرُهُ

“Engkau halangi dia, atau engkau cegah dia dari perilaku zalim. Karena sesungguhnya yang demikian itu adalah pembelaan terhadapnya” (Hr. Bukhari)

Kedua: Mintalah dihalalkan sekarang juga

Beliau bersabda:

مَنْ كَانَتْ عِنْدَهُ مَظْلمَةٌ لأَخِيه ، مِنْ عِرضِهِ أَوْ مِنْ شَيْءٍ ، فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ اليَوْمَ قبْلَ أنْ لاَ يَكُونَ دِينَار وَلاَ دِرْهَمٌ ؛ إنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلمَتِهِ ، وَإنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيهِ

“Barang siapa yang ada sangkut paut kezaliman dengan saudaranya, baik berkaitan dengan kehormatan atau lainnya, maka mintalah dihalalkan daripadanya pada hari ini, sebelum tidak berlaku lagi dinar dan dirham (mata uang). Jika dia punya amal shalih, maka diambilkan darinya sesuai kadar kezalimannya. Dan jika tidak memiliki amal kebaikan lagi, maka diambillah sebagian dari dosa-dosa saudaranya itu dan ditimpakan kepadanya.” (Hr. bukhari).

Semoga keterangan di atas bermanfaat bagi kita semua, dan semoga kita termasuk orang-orang yang  bersungguh-sungguh ingin mengambil manfaat, sehingga kehidupan kita jauh dari kezhaliman. Amin. -LABBAIK-

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun