Mohon tunggu...
Junawi Mardali
Junawi Mardali Mohon Tunggu... -

pengangguran banyak acara

Selanjutnya

Tutup

Politik

Arogansi PDIP pada Pilkada

7 Maret 2013   08:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:11 906
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pasca kemenangan Jokowi pada pilkada Jakarta, PDIP meninggalkan mitra parpol dalam pilkada Jakarta, dalam hal ini partai Gerindra. Hal ini disebabkan PDIP merasa dirugikan dengan naiknya popularitas Prabowo seiring kemenangan Jokowi.
Pada pilkada Jabar, rekomendasi Prabowo untuk mencalonkan Teten Masduki sebagai cagub oun diacuhkan, dengan pedenya, PDIP mengajukan cagub Rieke dan hanya mengajukan Teten sebagai cawagub. Alhasil Gerindra pun mengalihkan dukungannya ke calon lain. Dengan pedenya pula, Jokowi pun dirangkul untuk menjadi jurkam untuk jago PDIP, seolah-olah kedatangan Jokowi meniscayakan kemenangan cagub yang dibantunya. Tapi rakyat tidak bodoh, rakyat lebih memilih sosok daripada partai, kang Aher pun lebih dipercaya untuk memimpin Jabar oleh rakyatnya dengan asumsi kang Aher cukup berhasil membangun Jabar pada periode sebelumnya, lanjutkan.
Dalam pilkada Sumut, PDIP pun mengulangi kesalahan yang sama, dengan mengajukan cagub non populer di mata rakyat Sumut, memang ES berasal dari Sumut tapi saat ini tidak memiliki KTP Sumut, lagi tidak memiliki pengalaman memimpin suatu daerah, hanya anggota DPR, PDIP kelewat pede karena pada saat mengajukan Jokowi jadi cagub Jakarta, Jokowi pun bukan warga Jakarta. Tapi Jokowi punya pengalaman memimpin, bu.
Sama dengan pilkada Jabar, Jokowi pun dibawa untuk menjadi jurkam untuk ES.
Bila PDIP mempertahankan arogansinya seperti ini, saya yakin puluhan pilkada berikutnya, jago PDIP pasti keok. Kita lihat nanti hasil pilkada Sumut.
Pilkada berikutnya setelah pilkada Sumut adalah Jateng. Cagub yang digosok pun bukan sosok yang disayang rakyat Jateng, yaitu Rustriningsih. Entah apa alasan PDIP mengalihkan dukungannya ke GP, tentu ada strategi politik tertentu, strategi sih strategi, tapi jangan blunder, lawan anda adalah BW, saat ini saya yakin tim sukses BW sedang mentertawakan cagub yang diajukan PDIP, saya pribadi pun berani mengatakan bahwa GP bukan lawan sepadan buat BW. Mau dibantu Jokowi sebagai jurkam keq, mau pakai politik uang juga tidak bisa melawan popularitas BW yang hanya bisa dilawan Rustriningsih.
Nasehat saya buat PDIP:
1. Carilah calon dengan sosok kepemimpinan yang kuat, populer di daerahnya.
2. Berkoalisi lah dengan parpol lain yang kompeten, jangan arogan maju sendiri, suara PDIP bukan suara mayoritas di penjuru Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun