[caption id="attachment_121566" align="aligncenter" width="614" caption="Tari Jaipong Membuka Pameran Indonesia di Nanjing, Cina / photo Junanto"][/caption] Memasarkan Indonesia di luar negeri, khususnya di Cina, adalah langkah yang “susah-susah gampang”. Berbagai kendala, seperti kurangnya informasi hingga masalah kepercayaan antar pelaku bisnis, kerap muncul menghambat kerjasama terjalin. Di satu sisi, Cina adalah negara besar yang tumbuh pesat dengan cadangan devisa mencapai 3,2 triliun dollar AS. Namun di sisi lain, investasi Cina di Indonesia dapat dikatakan masih sangat kecil. Saat ini, investasi Cina di Indonesia menduduki peringkat 11 dengan nilai investasi “hanya” sebesar 173 juta dollar AS. Sebuah angka yang kecil untuk ukuran Cina yang masif dan saat ini menjadi motor ekonomi dunia. Untuk itu, kita perlu memberi apresiasi pada upaya tiga Perwakilan RI di Republik Rakyat Tiongkok (RRT)—KBRI Beijing, KJRI Guangzhou dan KJRI Hong Kong, yang pekan lalu (23/7) kembali menyelenggarakan Promosi Pariwisata, Perdagangan, dan Investasi (Trade, Tourism, and Investment) Indonesia di kota Nanjing, Cina. Dalam tujuh bulan terakhir ini, KBRI Beijing memang aktif mengadakan rangkaian promosi tentang Indonesia. [caption id="attachment_121567" align="alignleft" width="300" caption="Dubes RI untuk RRT dan Mongolia membuka pameran / photo Junanto"]
[/caption] Menurut Dubes RI di Beijing, Imron Cotan, berbagai pameran dagang tersebut telah menghasilkan transaksi puluhan milyar rupiah. Pak Dubes menambahkan bahwa transaksi perdagangan Indonesia-Cina, kini telah mencapai 42 miliar dolar AS, atau meningkat lebih dari 50% dibandingkan tahun sebelumnya. Targetnya, hingga tahun 2015, angka ini bisa ditingkatkan menjadi 80 miliar dolar AS. Meski butuh kerja keras untuk sampai ke sana, angka tersebut sangat masuk akal mengingat potensi ekonomi dari kedua negara. Saya kebetulan diundang oleh pihak KBRI Beijing untuk menjadi salah satu pembicara dalam sessi mengenai investasi di Indonesia di kota Nanjing tersebut. Dalam forum tersebut saya melihat antusiasme masyarakat Cina terhadap Indonesia yang cukup besar. Ke depan, pihak Cina memang telah menyatakan akan terus mendorong pengusaha dan investornya untuk menjalin kerjasama bisnis dan menanamkan modal di Indonesia. Hal ini sesuai dengan kebijakan "Go Global" yang dicanangkan pemerintah, Cina. Hal menarik dari promosi dagang di Nanjing tersebut adalah dipertemukannya para pelaku usaha Indonesia dan Cina dalam satu tempat. Aneka transaksi dagang bisa dibicarakan atau diputuskan di tempat tersebut. Saya melihat beberapa pengusaha Indonesia, antara lain dari pihak Kadin Yogyakarta dan PT Jamu Sido Muncul, yang datang dan mempromosikan dirinya ke masyarakat Cina. Langkah kerjasama yang berkesinambungan memang tak bisa hanya mengandalkan hubungan pemerintah dengan pemerintah (G to G), namun juga antar pengusaha dan masyarakatnya (P to P). [caption id="attachment_121568" align="alignright" width="300" caption="Menjadi Pembicara Seminar dgn Moderator Konjen RI di HK Teguh Wardoyo (dua dari kanan)"]
[/caption] Pertumbuhan ekonomi Cina sendiri saat ini masih tercatat tinggi, atau mencapai 9,5% di triwulan II-2011. Meski secara perlahan pemerintah Cina berupaya menahan kecepatan mesin ekonominya, langkah itu diyakini tidak akan drastis dan mengakibatkan guncangan pada ekonomi dunia. Dalam kaitan tersebut, kita memang harus mampu mengambil peluang sebaik-baiknya. Di sisi ekspor misalnya, saat ini ekspor Indonesia ke Cina masih didominasi oleh sektor pertambangan dan pertanian. Sementara di sektor industri, kita mengalami defisit, sehingga secara total perdagangan Indonesia tercatat defisit dengan Cina. Kemampuan kita untuk membaca peluang di Cina, serta menarik lebih banyak investasi Cina di Indonesia, tentu sangat diperlukan agar pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat lebih berkesinambungan. [caption id="attachment_121569" align="alignleft" width="300" caption="MoU Pendidikan antar Universitas di Cina dan Indonesia / photo Junanto"]
[/caption] Dalam pameran di Nanjing tersebut, selain kerjasama perdagangan, dilakukan pula kerjasama di bidang kesehatan, pendidikan, dan turisme. Cina dan Indonesia terkenal dengan keunggulan pengobatan tradisionalnya. Untuk itu, dilakukanlah penandatanganan kerjasama antara
Nanjing University of Chinese Medicine (NUCM) dengan Universitas Sanata Dharma, Universitas Sriwijaya (UNSRI), Universitas Diponegoro (UNDIP), dan Universitas Ahmad Dahlan. Langkah kerjasama pendidikan ini sangat baik untuk membuka peluang tukar menukar ilmu pengetahuan dan informasi antar kedua negara. Mudah-mudahan berbagai langkah yang dilakukan perwakilan RI di RRT tersebut dapat memberi manfaat yang lebih baik ke depan. Salam dari Nanjing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Sosbud Selengkapnya