Mohon tunggu...
Junanto Herdiawan
Junanto Herdiawan Mohon Tunggu... Jurnalis - Kelompok Kompasianer Mula-Mula

Pemerhati Ekonomi, Penikmat Kuliner, Penulis Buku, dan Pembelajar Ilmu Filsafat. Saat ini bekerja di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung. Tulisan di blog ini adalah pandangan personal dan tidak mencerminkan atau mewakili lembaga tempatnya bekerja. Penulis juga tidak pernah memberi janji atau menerima apapun terkait jabatan. Harap hati-hati apabila ada yang mengatasnamakan penulis untuk kepentingan pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Jangan Jelekkan Genghis Khan di Mongolia (Shocking Part II)

28 November 2012   22:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:31 5889
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_218810" align="aligncenter" width="614" caption="Patung Genghis Khan setinggi 40 meter di Tsonjin Boldog, Mongolia / photo Junanto"][/caption]

Satu hal yang perlu diingat kalau ke Mongolia. Jangan pernah menjelekkan nama Genghis Khan di sana. Orang Mongolia bisa sangat marah. Hal tersebut karena Genghis Khan, atau di Mongolia ditulis dengan lafal “Chinggis Khan”, adalah idola dan kebanggaan nasional bangsa mereka.

Saat saya pertama menginjakkan kaki di Ulaanbaatar, ibu kota Mongolia, nama Genghis Khan sudah terpampang besar. Ya, airport internasionalnya bernama Chinggis Khan Airport. Bukan hanya di airport, tapi juga di segenap lapis kehidupan orang Mongolia, nama Genghis Khan banyak digunakan.

Mata uang Mongolia Tugrug misalnya, memiliki gambar wajah Genghis Khan. Minuman vodka produksi Mongolia, yang menjadi kebanggaan mereka, mereknya “Chinggis Vodka”. Di berbagai sudut Ulaanbaatar, saya melihat banyak restoran, salon, toko, yang mengambil nama “Chinggis”, atau juga ditulis lengkap “Chinggis Khan”.

Pernah ada usulan membuat Undang-undang untuk mematenkan atau menarik lisensi bagi penggunaan nama Genghis Khan di Mongolia.Namun hingga kini, usulan itu tak pernah terealisasi.

Di Sukhbaatar Square, atau di pintu masuk istana Presiden Mongolia, ada satu patung Genghis Khan besar yang sedang duduk. Posisi duduknya mirip seperti patung Abraham Lincoln di Washington, DC. Orang Mongolia percaya kalau arwah Genghis Khan masih ada dan melindungi bangsa Mongolia sebagaimana dulu ia menguasai dunia pada abad ke-13.

Batta, kawan saya yang orang Mongolia, dengan bangga menyebut dirinya “the grandson of Genghis Khan”. Dengan serius dia bilang, “Saya nih cucunya Genghis Khan loh”. Awalnya saya pikir dia betul-betul keturunan langsung Genghis Khan. Gak taunya, semua orang Mongolia yang saya jumpai mengaku juga sebagai cucu Genghis Khan. Sama aja dong, kayak kita semua mengaku cucu Adam hehe….

[caption id="attachment_218812" align="aligncenter" width="368" caption="Patung Genghis Khan di Sukhbaatar Square / photo Junanto"]

1354140387529572488
1354140387529572488
[/caption]

Tapi dari semua jenis Genghis Khan yang saya lihat di Mongolia, yang paling bikin saya shock adalah patung Genghis Khan raksasa yang terletak di Tsonjin Boldog, atau sekitar 54 km dari kota Ulaanbaatar. Dan, ke sanalah saya menuju pagi itu.

Di Tsonjin Boldog, patung Genghis Khan dibuat besar dan megah. Luar biasa megahnya karena tingginya mencapai 40 meter dan beratnya 250 ton, terbuat dari baja. Genghis Khan dibuat sedang duduk di atas kuda dengan posisi mengarah ke negeri Cina.

Untuk menuju ke patung itu, kita perlu berkendara melalui gurun, kalau musim dingin ditutupi salju, yang luas banget. Perjalanan menuju Tsonjin Boldog menempuh waktu sekitar satu jam. Bukan masalah jarak saja yang membuat kunjungan ke sana menarik, tapi medan menuju patung itu masih alami, alias belum banyak diaspal. Mungkin agar kita bisa merasakan suasana menjadi bangsa nomaden di masa lalu.

Di sepanjang jalan, kita juga dapat menemukan banyak sapi ternak, padang gurun bersalju, dan pemandangan pegunungan yang indah. Sesekali mobil kita harus berhenti, karena ada rombongan sapi dan kambing menyebrang.

Kenapa sih harus jauh seperti ini, untuk membuat patung?” tanya saya pada Saran, kawan Mongolia yang ikut pergi bersama. Jawab Saran, “Oh tempat ini dulu diyakini sebagai tempat pertama kali Genghis Khan memperoleh wangsit dan kekuatan sebelum kemudian pasukannya menguasai dunia”. Ya, di Tsonjin Boldon inilah, masyarakat Mongolia meyakini bahwa Genghis Khan dan pasukannya pernah mendirikan tenda dan membangun markas pasukan mereka di abad ke-13.

Di bawah patung setinggi 40 meter itu, ada sebuah bangunan dua lantai yang memuat museum tentang kehidupan di masa kejayaan Genghis Khan. Kita dapat melihat berbagai peninggalan Genghis Khan, baik senjata maupun perlengkapan lainnya. Selain itu, kisah sejarah bagaimana Genghis Khan menguasai dunia dengan pasukan Mongolnya juga digambarkan dengan menarik. Kita juga bisa naik ke patung itu hingga pelana kudanya dengan menggunakan lift.

Genghis Khan adalah kebanggaan nasional bangsa kami”, ujar Saran. Banyak pihak mengatakan kalau dulu ia sangat bengis. Pasukannya terkenal kejam. Tapi orang Mongolia ingin menunjukkan pada dunia, bahwa Genghis Khan adalah seorang pemimpin besar. Ia mampu menyatukan bangsa Mongol yang tersebar dalam suku-suku menjadi satu kekuatan besar di masa lalu.

Museum dan patung Genghis Khan ini adalah upaya dari bangsa Mongol untuk melakukan re-branding pada figur idola mereka kepada dunia internasional. Saya rasa semua pemimpin besar dunia adalah pribadi yang penuh kontroversial. Masing-masing negara tentu bangga pada pahlawannya. Demikian pula bangsa Mongolia.

Salam.

[caption id="attachment_218813" align="aligncenter" width="409" caption="Bersama para cucu Genghis Khan yang ramah dan baik hati"]

1354140452401014663
1354140452401014663
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun