[caption id="attachment_203766" align="aligncenter" width="614" caption="Dubes RI membuka seminar on Indonesia, the land of opportunity / photo junanto"][/caption]
Kebanggaan dan rasa nasionalisme sebagai bangsa, kerap kali lebih dirasakan apabila kita sedang berada di luar negeri. Saat tinggal di Indonesia, saya kadang merasa bahwa Indonesia adalah negeri yang ruwet dan penuh masalah. Kadang pesimis total akan masa depan bangsa. Bahwasanya itu benar, tak dapat dipungkiri. Negeri kita memang masih menyimpan banyak masalah.
Tapi di lain sisi, saya melihat bahwa di balik berbagai masalah itu, negeri kita menyimpan banyak potensi. Dan potensi itu tidak akan teraktualisasi kalau kita hanya mengeluh dan protes. Saya percaya pepatah, “don't curse the darkness, light a candle”. Ketimbang mengutuk kegelapan, mari kita nyalakan lilin.
Di Jepang, upaya menyalakan lilin-lilin kecil dilakukan banyak orang Indonesia yang tinggal di Jepang. Saya banyak kagum dengan kerja keras para pekerja Indonesia, perawat Indonesia, ataupun pengusaha Indonesia di negeri sakura. Mereka bekerja untuk membawa nama baik Indonesia tanpa peduli ruwetnya masalah yang sedang kita hadapi.
Di tataran birokrasi, forum koordinasi antar lembaga di Jepang juga menarik dicermati. Pekan lalu, saya hadir di sebuah seminar tentang Indonesia yang diselenggarakan di Hotel Imperial Tokyo. Seminar itu dibuka oleh Dubes RI untuk Jepang, Muhammad Lutfi, dan mengundang pembicara Dr. Perry Warjiyo, Executive Director dari Departemen Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia.
Sepanjang pengalaman saya tinggal di Jepang, kalau membuat acara mengundang investor Jepang, jarang sekali banyak yang hadir. Rata-rata acara investasi di Jepang dihadiri paling banyak 50 orang. Umumnya kehadiran investor sekitar 15-20 orang. Orang Jepang punya kebiasaan tidak mau menyia-nyiakan waktunya untuk sesuatu yang tidak penting. Jadi mereka sangat selektif untuk datang ke satu acara atau seminar.
Tapi, di Hotel Imperial kemarin, investor yang hadir mencapai 100 orang. Jumlah yang sangat besar dan bisa jadi indikator meningkatnya animo terhadap Indonesia. Investor yang hadir adalah investor potensial, yang bukan hanya berasal dari investor portfolio tapi juga investor di sektor riil yang ingin dan terus melakukan penanaman modal langsung.
[caption id="attachment_203843" align="aligncenter" width="358" caption="Dr. Warjiyo, Executive Director Bank Indonesia memaparkan kondisi ekonomi Indonesia / photo junanto"]
Saya bertemu dengan eksekutif dari Mitsubishi yang ingin meningkatkan investasinya di Indonesia. Saya berbincang dengan analis dari Itocha yang melihat Indonesia sebagai tujuan investasi “terbaik” saat ini.
Pemaparan Dr. Perry Warjiyo sungguh menarik dan memberikan gambaran komprehensif mengenai kondisi makroekonomi, perbankan, kebijakan moneter dan menyinggung sedikit tentang keuangan pemerintah. Dari penjelasan itu, hampir seluruh investor mengatakan keyakinannya bahwa investasi Jepang di Indonesia akan meningkat dalam beberapa tahun ke depan.
Indonesia, bagi mereka adalah “Land of Opportunity”.Indonesia memberi janji. masa depan yang cerah. Seorang investor Jepang, sambil terus kagum, berkata ke saya ,”Kalau melihat kondisi ekonomi Indonesia saat ini, saya teringat Jepang di tahun 1970-an. Menyimpan banyak harapan!”.
Apa yang dikatakan benar adanya. Selain pertumbuhan ekonomi, kestabilan makroekonomi, demokrasi, Indonesia menyimpan keunggulan demografi. Artinya, populasi usia produktif kita (15-64 tahun) berjumlah 75% dari pendapatan bersih nasional. Berbeda dengan Jepang yang negaranya sudah banyak diisi oleh orang tua (aging society). Keunggulan demografi ini penting bagi pasar tenaga kerja dan konsumsi. Menariknya, hal ini akan terus berlangsung di Indonesia setidaknya selama 40 tahun ke depan!
Di sisi lain, setelah seminar pekan lalu, beberapa lembaga negara di Jepang, seperti Bank Indonesia Tokyo, BKPM, Garuda Indonesia, Antam, Pertamina, dan tentunya KBRI Tokyo, secara rutin memantapkan semangat Indonesia Inc, atau koordinasi yang bersifat total football membawa nama Indonesia di Jepang.
Kemarin (3/9), saya hadir pada sebuah diskusi bertempat di KBRI Tokyo. Seluruh jajaran pejabat ekonomi KBRI dan BUMN di Jepang menggelar diskusi ekonomi Jepang dengan mengundang Mr. Shuuji Kobayakawa, ekonom dari Bank of Japan.
[caption id="attachment_203768" align="aligncenter" width="614" caption="Membahas Ekonomi Jepang di KBRI Tokyo / photo Teuku Munandar"]
Dalam pertemuan, yang dibuka oleh Dubes RI tersebut, Kobayakawa-san menyampaikan informasi mengenai kondisi perekonomian Jepang terkini. Informasi ini sangat diperlukan bagi lembaga negara Indonesia yang ada di Jepang untuk memotret kondisi sebenarnya dari ekonomi Jepang sebagai masukan kebijakan mereka.
Berkebalikan dengan Indonesia, Jepang dirundung banyak masalah berat, mulai dari deflasi, defisit fiskal yang besar, hingga apresiasi Yen yang tak bisa ditangani lagi. Salah satu cara untuk bisa bertahan bagi Jepang adalah terus melakukan ekspansi dan investasi di luar negeri.
Dari kedua pertemuan itu, saya melihat bahwa Indonesia adalah masa depan. Tentunya, tak dapat dipungkiri, kita masih menyimpan banyak masalah domestik. Kita masih punya banyak pe-er. Tapi, itu semua ada untuk kita atasi bersama. Bukan untuk terus menerus diprotes dan dikeluhkan.
Semoga kita bisa mengerjakan peran masing-masing untuk membangun Indonesia. Sekecil apapun, Insya Allah bermanfaat. Saya yakin, Indonesia bisa lebih baik lagi ke depan.
Salam Indonesia !
[caption id="attachment_203769" align="aligncenter" width="614" caption="Diskusi Indonesia Inc dengan Bank of Japan / photo Teuku Munandar"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H