Mohon tunggu...
Junanto Herdiawan
Junanto Herdiawan Mohon Tunggu... Jurnalis - Kelompok Kompasianer Mula-Mula

Pemerhati Ekonomi, Penikmat Kuliner, Penulis Buku, dan Pembelajar Ilmu Filsafat. Saat ini bekerja sebagai Direktur Departemen Komunikasi BI dan menjabat sebagai Ketua Ikatan Pegawai BI (IPEBI). Tulisan di blog ini adalah pandangan personal dan tidak mencerminkan atau mewakili lembaga tempatnya bekerja. Penulis juga tidak pernah memberi janji atau menerima apapun terkait jabatan. Harap hati-hati apabila ada yang mengatasnamakan penulis untuk kepentingan pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kompasiana dan Kejutan Jepang

14 Agustus 2012   23:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:45 1330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_200264" align="aligncenter" width="538" caption="Kompasiana dan Kejutan Jepang / photo junanto"][/caption]

Kompasiana adalah sebuah keajaiban. Berawal dari “hanya” sebuah situs bagi wartawan Kompas, ia kini berubah menjadi sebuah blog keroyokan yang sangat besar dengan jumlah blogger sekitar 160 ribu dan menerima lebih dari 1000 tulisan dalam sehari. Kalau dilihat dari nilai pasar, omset Kompasiana sudah mencapai 6 milyar rupiah. Kalimat itu disampaikan oleh pendiri Kompasiana, Pepih Nugraha di Tokyo, pekan lalu (12/8).

Pepih berada di Tokyo untuk menjadi narasumber pada acara Blogshop Kompasiana, yang diselenggarakan bersama oleh Kompasiana, Dompet Dhuafa Japan, dan KBRI Tokyo. Acara ini juga menjadi ajang Kopdar Kompasianer Jepang. Sungguh tak disangka bahwa Kompasianer yang tinggal di Jepang ternyata jumlahnya lumayan banyak. Hadir di acara tersebut Sapto Nugroho, Tori Minamiyama, Rachmayanti, Metadiva, Teuku Munandar, Rane Hafied, dan banyak lagi.

Bagi saya pribadi, Kompasiana adalah juga sebuah keajaiban. Dari kolom inilah saya memiliki banyak kawan yang bahkan terasa lebih akrab dari dunia nyata. Dengan sesama Kompasianer Jepang seperti mas Sapto dan mas Tori misalnya, walau belum pernah bertemu tapi rasanya sangat dekat dan akrab karena kita saling membaca tulisan masing-masing.

Kejutan juga bisa datang dari Kompasiana. Banyak loh Kompasianer yang tulisannya dilirik oleh penerbit-penerbit utama di tanah air. Hal tersebut disampaikan oleh Salman Faridi, CEO PT Bentang Pustaka, yang hadir juga di Tokyo untuk memberikan pemaparan di seputar kiat-kiat menerbitkan buku.

Salman mengakui bahwa saat ini yang terjadi bukan penulis mencari penerbit, melainkan sebaliknya. Penerbitlah yang mengejar-ngejar penulis, bahkan mencari potensi-potensi baru.

Kompasiana adalah salah satu wahana di mana ratusan penulis bagus berkumpul. Cukup baca dan lihat tulisan yang ada, maka penerbit akan banyak menemukan artikel yang menarik untuk dibukukan. Banyak contoh Kompasianer yang karyanya dibukukan, seperti Pak Prayitno Ramelan, Mbak Linda Djalil, Om Wijaya Kusuma, dan lainnya.

[caption id="attachment_200265" align="aligncenter" width="538" caption="Bersama Kompasianer Jepang, Sapto Nugroho, Tori Minamiyama, dan Rane Hafied"]

13449864481889603565
13449864481889603565
[/caption]

Kejutan Kompasiana itu juga terjadi saat pihak penerbit menghubungi saya dan menyatakan keinginan untuk membukukan beberapa tulisan saya tentang Jepang yang sebagian ada di Kompasiana. Penawaran itu tentu mengejutkan karena selama ini saya menulis di Kompasiana sebenarnya lebih bertujuan untuk berbagi cerita dengan sesama.

Tapi pihak penerbit menyatakan keseriusannya. Proses pemilihan artikel, urusan desain, edit, dan lain sebagainya dilakukan secara serius dan cepat. Dan, kejutan itu terwujud lagi di bulan Ramadhan tahun ini, dengan diterbitkannya buku saya yang berjudul “Shocking Japan: Sisi Lain Jepang yang Mengejutkan”.

Mengapa Shocking? Banyak hal, mulai dari proses awalnya yang shocking, hingga isi ceritanya yang lebih banyak menunjukkan keterkejutan saya dengan Jepang. Sebagai orang awam yang baru pertama kali tinggal di Jepang, saya mengalami banyak “culture shock” terhadap budaya Jepang. Keterkejutan itulah yang saya tuliskan di Kompasiana, yang kemudian dibukukan di sini.

Berbagai kisah seperti lika liku membuang sampah di Jepang, kemacetan, budaya antri, ketepatan waktu, hingga kisah “gelap” Jepang soal bunuh diri, yakuza, dan kasus cinta, dipaparkan di buku ini.

Tentu saja buku ini bukan buku rigid atau akademis yang memuat berbagai aspek tentang sosial dan budaya Jepang. Banyak kekurangan dan kelemahan saya dalam melihat aspek-aspek detil, karena latar belakang saya yang bukan ahli Jepang. Namun di buku ini, saya ingin membagi pandangan umum tentang berbagai hal yang bisa dipelajari dari Jepang, dari sudut pandang awam.

Kompasiana memang menyimpan banyak keajaiban dan kejutan. Saya jadi teringat pesan dari Omjay (Wijaya Kusuma), seorang pendidik yang juga Kompasianer. Ia mengatakan “Menulislah Setiap Hari, dan Buktikan Apa yang Terjadi”.

Omjay betul adanya, kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi, dan bagaimana tulisan kita bisa memberi dampak pada sesama. Marilah tetap positif, marilah terus menulis, marilah terus berbagi, dan buktikan apa yang terjadi.

Salam Kompasiana.

[caption id="attachment_200266" align="aligncenter" width="381" caption="Buku Shocking Japan yang memuat juga beberapa tulisan dari Kompasiana. Diterbitkan oleh PT Bentang Pustaka. Jumlah halaman 160 hal."]

1344986574752846516
1344986574752846516
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun