Mohon tunggu...
Junanto Herdiawan
Junanto Herdiawan Mohon Tunggu... Jurnalis - Kelompok Kompasianer Mula-Mula

Pemerhati Ekonomi, Penikmat Kuliner, Penulis Buku, dan Pembelajar Ilmu Filsafat. Saat ini bekerja sebagai Direktur Departemen Komunikasi BI dan menjabat sebagai Ketua Ikatan Pegawai BI (IPEBI). Tulisan di blog ini adalah pandangan personal dan tidak mencerminkan atau mewakili lembaga tempatnya bekerja. Penulis juga tidak pernah memberi janji atau menerima apapun terkait jabatan. Harap hati-hati apabila ada yang mengatasnamakan penulis untuk kepentingan pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pengamen Indonesia di Tokyo

7 Agustus 2012   23:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:06 4088
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_198744" align="aligncenter" width="568" caption="Rita, pengamen Indonesia di Tokyo / photo junanto"][/caption]

Sebagaimana kota besar lain di dunia, pengamen di Tokyo adalah sebuah fenomena tersendiri. Mereka umumnya adalah anak muda Jepang yang menampilkan beragam jenis musik. Saya termasuk suka menyaksikan penampilan pengamen tersebut, atau istilahnya street live performance, karena kadang mereka tampil layaknya pemusik professional. Tempat paling mudah untuk menyaksikan pengamen di kota Tokyo adalah di sekitar stasiun-stasiun kereta.

Di depan stasiun kereta Ikebukuro tadi malam (7/8), pandangan saya terpaku pada satu pengamen yang lain dari biasanya. Wajah dan kulitnya bukan orang Jepang. Lagu yang dibawakan juga bukan hanya lagu Jepang, melainkan lagu barat dengan lafal yang sempurna. Suaranya jernih, melengking tinggi, dan bersih.

Di depannya, ia meletakkan secarik kertas dan beberapa helai brosur. Tertulis di sana namanya, “Rita Nishikawa, penyanyi dari Indonesia”. Wow dari Indonesia !!

Sayapun berhenti sesaat untuk menyaksikan penampilannya yang luar biasa. Suaranya yang jernih mencuri perhatian para pengunjung yang sedang lalu lalang. Beberapa orang berhenti dan terpana dengan suara Rita. Sepasang kakek nenek saya lihat terdiam saat Rita membawakan lagu-lagu dari Whitney Houston yang bernada tinggi.

Sekelompok anak muda Jepang sampai bergerombol dan duduk di depan Rita, bagai menyaksikan sebuah pertunjukan konser. Sambil menyanyi, Rita sesekali membagikan brosur berisikan nama dan asalnya. Beberapa dari penonton juga diminta menuliskan kesannya pada kain putih yang digelar oleh Rita.

[caption id="attachment_198745" align="aligncenter" width="614" caption="Rita Nishikawa di depan Stasiun Ikebukuro Tokyo / photo junanto"]

1344382274614563365
1344382274614563365
[/caption]

Usai konser, saya menghampiri Rita dan berbincang-bincang singkat. Rita Nishikawa memang orang Indonesia. Ayahnya orang Padang asli, sementara ibunya orang Jepang. Tapi penampilan Rita lebih mirip orang Indonesia ketimbang Jepang karena kulitnya yang coklat dan wajahnya lebih mirip melayu. Rita sendiri lebih merasa Indonesia daripada Jepang.

Di Jepang, Rita adalah seorang pecinta seni. Ia hobi menyanyi dan bermain gitar. Melakukan pertunjukan jalanan (street live performance) atau ngamen, adalah bagian dari hobinya. Meski mengamen di jalanan, Rita bukan penyanyi karbitan. Di usianya yang 18 tahun saat ini, ia pernah belajar vokal di New York dan Los Angeles. Selama di Amerika Serikat, Rita juga mengasah kemampuannya menyanyi dengan manggung dari klub ke klub bersama teman-temannya dalam sebuah band.

Sekembali ke Jepang, Rita tinggal di Kyoto bersama ibunya. Untuk menyalurkan jiwa seninya, ia melakukan rangkaian tour “street live performance”, dari stasiun ke stasiun di berbagai kota. Minggu ini, hingga pertengahan Agustus 2012, Rita ngamen di Tokyo, setelah sebelumnya melakukan hal yang sama di Osaka.

Tampil mengamen di kota Tokyo tidak mudah. Ia juga harus kucing-kucingan dengan aparat keamanan. Mengamen memang bukan kegiatan legal dan diperbolehkan begitu saja. Beberapa kali ia sempat dihampiri polisi karena dilarang mengamen di tempat umum. Kalau demikian, biasanya ia akan melipat tempatnya dan pindah mencari tempat lain yang lebih aman.

Apakah Rita mengamen untuk mencari uang atau nafkah? Tidak. Ia mengamen bukan untuk mencari uang atau popularitas. Ia hanya ingin menyanyi dan menghibur orang. Ia berkata, “saya tidak menerima uang saat mengamen”.

Rita bernyanyi bermodalkan seperangkat portable sound system dan alat music player, untuk mengiringi lagu yang dibawakannya. Sesekali ia bernyanyi sambil menggunakan gitar, namun jarang ia bawa karena alasan repot menentengnya.

Sungguh menarik melihat ada pengamen Indonesia di tengah kota Tokyo. Saya kagum melihat penampilan Rita. Apalagi, Rita berani tampil di tengah keramaian masyarakat Tokyo yang terkenal cuek dan tidak peduli. Dan Rita mampu membuktikan, bahwa penampilannya yang baik, dapat menarik perhatian masyarakat Jepang, yangtercermin dari respon mereka yang positif.

Melihat penampilan Rita malam itu, saya yakin, kalau Rita mau, ia bisa sukses di Indonesia sebagai penyanyi. Vokalnya yang bagus dan berciri “sekolahan”, garis keturunan Jepangnya, dan penampilannya yang menarik, bisa menjadi modal utama baginya untuk berkarir di Indonesia.

Namun Rita hanya menggeleng. “Belum pak”, katanya. Ia masih ingin mengejar passion-nya. Menyanyi di jalanan.

Baginya, dan juga bagi para pengamen lainnya di Tokyo, mengamen memang bukan sarana untuk mencari nafkah. Mengamen bagi mereka lebih pada bentuk ekspresi dan aktualisasi diri. Banyak di antaranya yang tidak mau menerima uang dari pengunjung. Mereka menyanyi, dan mereka bahagia.

Sukses selalu bagi Rita-san.

[caption id="attachment_198746" align="aligncenter" width="614" caption="Rita bersama anak-anak muda Jepang yang menyaksikan penampilannya  / photo junanto"]

13443823351578325991
13443823351578325991
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun