Mohon tunggu...
Junanto Herdiawan
Junanto Herdiawan Mohon Tunggu... Jurnalis - Kelompok Kompasianer Mula-Mula

Pemerhati Ekonomi, Penikmat Kuliner, Penulis Buku, dan Pembelajar Ilmu Filsafat. Saat ini bekerja sebagai Direktur Departemen Komunikasi BI dan menjabat sebagai Ketua Ikatan Pegawai BI (IPEBI). Tulisan di blog ini adalah pandangan personal dan tidak mencerminkan atau mewakili lembaga tempatnya bekerja. Penulis juga tidak pernah memberi janji atau menerima apapun terkait jabatan. Harap hati-hati apabila ada yang mengatasnamakan penulis untuk kepentingan pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menjadi Komunis yang "Gaul": 90 tahun CPC

30 Juni 2011   23:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:02 830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini, Cina adalah negeri peng-ekspor terbesar dan peng-impor terbesar kedua dunia. Produk Domestik Bruto (PDB) Cina mencapai 39,8 triliun Yuan di tahun 2010, meningkat lebih dari seratus kali PDB-nya di tahun 1978, yang hanya 364 miliar Yuan. Hal ini menunjukkan bahwa Cina tumbuh rata-rata 10% setiap tahun.

[caption id="attachment_117359" align="alignleft" width="300" caption="Bersama rekan pejabat lembaga pemerintah Cina, Juni 2011"]

13094747831989988573
13094747831989988573
[/caption] Pendapatan per kapita Cina telah mencapai 4000 dolar AS, yang menempatkan Cina pada kelompok negara berpenghasilan menengah. Meski angka ini masih jauh dibandingkan Jepang, lompatan yang terjadi di Cina tak bisa dianggap remeh. Pertumbuhan ekonomi Cina juga diiringi dengan perbaikan taraf hidup masyarakatnya. Lebih dari 500 juta warga Cina mampu diangkat keluar dari garis kemiskinan karena program pembangunan yang ditujukan pada perbaikan taraf hidup.

Namun di sisi lain, kita tak dapat menutup mata bahwa Cina masih menyimpan banyak masalah. Kesenjangan pendapatan yang tinggi, pengangguran yang mulai meningkat, masyarakatnya yang menua, dan ketidakpuasan di kalangan anak muda, menjadi kegelisahan yang perlu ditangani segera oleh CPC.

Berita yang kerap ditutupi di media massa adalah demonstrasi dan pengeboman yang terjadi di berbagai kota akibat ketidakpuasan warga Cina. Tingkat korupsi pejabat lokal juga menjadi pemicu munculnya berbagai demonstrasi tersebut.

Pihak CPC tentu sangat sadar dengan munculnya berbagai masalah tadi. Di ulang tahunnya yang ke-90, mereka kini dihadapi oleh tantangan Cina yang baru. Dan seberapa jauh mereka bisa mengatasi tantangan tersebut, menjadi kunci masa depan Cina.

Saat saya tanya rekan saya, apakah masa depan Cina masih bergantung pada CPC, atau memilih demokrasi seperti di Indonesia? Ia mengatakan bahwa setiap negara punya karakter sendiri, dan kita tidak bisa sekedar ikut-ikutan gelombang yang terjadi di negara lain.

Menurutnya, hanya sosialisme yang dapat mengawal perekonomian Cina saat ini. Dan kemampuan CPC untuk melakukan reformasi, beradaptasi dengan zaman, serta membuka diri pada dunia luar, menjadi kunci masa depan Cina. Kemampuan pemimpin negara untuk meneruskan cita-cita pemimpin sebelumnya juga menjadi kunci kesinambungan pembangunan.

Saya setuju dengan rekan saya tadi, setiap negara memang punya karakter sendiri, punya kearifan lokal. Dan bagi Cina, partai komunis adalah jawaban saat ini. Semoga kita bisa belajar dari konsep pembangunan berkesinambungan yang dilakukan Cina.

Selamat ulang tahun Partai Komunis Cina. Salam.

Referensi: The Economist, Time, China Daily, Japan Times, dan Diskusi dengan beberapa pejabat Cina.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun