Mohon tunggu...
Junanto Herdiawan
Junanto Herdiawan Mohon Tunggu... Jurnalis - Kelompok Kompasianer Mula-Mula

Pemerhati Ekonomi, Penikmat Kuliner, Penulis Buku, dan Pembelajar Ilmu Filsafat. Saat ini bekerja sebagai Direktur Departemen Komunikasi BI dan menjabat sebagai Ketua Ikatan Pegawai BI (IPEBI). Tulisan di blog ini adalah pandangan personal dan tidak mencerminkan atau mewakili lembaga tempatnya bekerja. Penulis juga tidak pernah memberi janji atau menerima apapun terkait jabatan. Harap hati-hati apabila ada yang mengatasnamakan penulis untuk kepentingan pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Solusi Kemiskinan dari Laut

22 Maret 2014   17:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:37 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13954595282036482336

[caption id="attachment_316548" align="aligncenter" width="614" caption="Agroindustri Hasil Laut di Kelola Mina Laut / photo by junanto"][/caption]

Pekan lalu saya bertemu dengan Pak Mohammad Nadjikh, di kantornya yang berlokasi di Kawasan Industri Gresik, Jawa Timur. Pak Nadjikh adalah pemilik sekaligus CEO dari PT Kelola Mina Laut (KML), yang merupakan perusahaan Indonesia terbesar dalam pengolahan hasil laut dan perikanan secara terpadu. Usahanya meliputi unit pengolahan ikan, udang, rajungan, teri nasi, seafood olahan, surimi, hingga bakso ikan.Dalam setahun, Group KML mampu menghasilkan produk olahan hasil laut 20 ribu ton yang diekspor ke seluruh dunia, dan mempekerjakan lebih dari 14 ribu karyawan.

Saat banyak partai politik hanya menjanjikan kemakmuran bagi petani dan nelayan, Pak Nadjikh dalam diamnya telah memberi bukti nyata. Secara perlahan tapi pasti, ia telah mengangkat kehidupan lebih dari 500 ribu nelayan pesisir pantura dan pulau Madura. Bukan hanya para nelayan, tapi juga keluarga dan anak-anak nelayan ikut meningkat kesejahteraannya melalui konsep bisnis yang dirancang oleh Pak Nadjikh.

Group KML memang memiliki visi bisnis yang basisnya ngopeni (mengayomi) rakyat kecil. Hal ini tidak terlepas dari masa lalu Pak Nadjikh yang merasakan sulitnya kehidupan nelayan. Terlahir dari keluarga pedagang ikan, Pak Nadjikh tahu betul kesulitan hidup petani dan nelayan. Oleh karenanya ia punya tekad untuk maju, menuntut ilmu, dan memberdayakan kaum nelayan. Lulus dari IPB jurusan Teknik Industri pada tahun 1984, ia bertekad memanfaatkan ilmunya di “jalan yang benar”. Pak Nadjikh lalu memulai usaha pengolahan dan penjualan teri nasi (chirimen) pada tahun 1994.

Memulai dari nol, jerih payahnya memberi hasil yang tidak main-main. Hanya dalam kurun 15 tahun, omset usaha Pak Nadjikh telah mencapai lima triliun rupiah. Siapa yang menyangka kalau usaha awal menjual teri nasidari perairan Madura, Pak Nadjikh kini telah berhasil menjadi eksportir teri nasi terbesar di Indonesia. Bahkan melalui brand “Prima Star”, KML Group telah menjadi pemasok teri nasi terbesar di pasar Jepang.

Usaha Pak Nadjikh juga terus berkembang merambah pasar Amerika Serikat, Uni Eropa, dengan produk unggulan fillet ikan kakap merah, udang, rajungan kaleng. Dan kini KML Group telah mengekspor ke lebih dari 30 negara, termasuk Rusia, Kanada, Australia, Taiwan, Korea, Tiongkok, New Zealand, dan negara-negara Timur Tengah.

Namun hal yang mengagumkan saya bukan saja soal omset dan pasar Group KML, melainkan bagaimana Pak Nadjikh menempatkan usahanya berbasis pada pemberdayaan nelayan tradisional dan pesisir.

Di pesisir Madura, banyak terdapat kampung nelayan yang seluruh nelayan masih menggunakan kapal-kapal tradisional untuk mencari ikan. Kehidupan di sana juga memprihatinkan secara sosial. Tapi justru dari sanalah, rantai usaha pak Nadjikh bermula dan dibangun.

Di perkampungan nelayan itu, ia membangun unit-unit pabrik kecil (miniplant), yang membeli hasil laut dari nelayan. Di miniplant tersebut, hasil tangkapan nelayan dikumpulkan dan diproses. Titik awal pengendalian mutu juga dilakukan di miniplant tersebut. Hasilnya mencengangkan, karena justru miniplant itu menjadi motor perubahan di kampung-kampung nelayan pesisir Madura. Saat ini, Group KML telah membangun sekitar 30 miniplant di berbagai lokasi.

Menariknya lagi, hampir 90 persen pekerja di miniplant tersebut adalah perempuan. Pada umumnya perempuan yang bekerja di sana adalah ibu-ibu rumah tangga atau remaja putri yang tinggal di daerah sekitar kampung nelayan. Bisa dibayangkan, para pria melaut, kaum perempuannya mengolah hasil tangkapan di miniplant. Nah dampaknya luar biasa, meluaslah lapangan pekerjaan di desa, sehingga meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan keluarga. Dengan meningkatkan pendapatan, tingkat pendidikan anak-anak desa juga meningkat.

Dari miniplant di kampung-kampung nelayan tersebut, produk olahan disortir, dikirim ke pusat pengolahan agroindustri, lalu diekspor ke mancanegara. Siapa menyangka, rajungan dari pesisir Madura, bisa menempati rak-rak super market besar, seperti Wall Mart di AS, atau super market kelas atas di Rusia, Kanada, dan Jepang.

Pak Nadjikh juga merancang skim pembiayaan bagi para nelayan dengan sistem dana talangan melalui perbankan. Kita tahu bahwa perbankan menganggap sektor pertanian dan perikanan sebagai sektor yang memiliki bio-risk, atau risiko yang tinggi karena berbagai ketidakpastian akibat alam. Akibatnya, tak banyak perbankan yang mau terjun ke sektor ini. Nah, Pak Nadjikh merancang skim bersama perbankan sehingga nelayan-nelayan bisa memperoleh kredit, bahkan tanpa agunan, karena dijamin perusahaannya.

Konsep bisnis Pak Nadjikh untuk memberantas kemiskinan di kalangan nelayan secara singkat dibagi dalam empat besaran, yaitu: Diferesiansi Bisnis (ekspor teri nasi ke Jepang), Diferensiasi Produk Samping (Ekspor Daging Rajungan, Kulit, kepala Ikan pun diolah), Desentralisasi Proses Industri (Membangun Miniplant di daerah-daerah nelayan), dan Dekonsentrasi Usaha Penunjang (Melalui toko, warung, penjual baso keliling).

Indonesia adalah sebuah potensi besar dari sisi kekayaan laut. Lautan kita adalah “amazon of the seas”, memiliki aneka ragam kekayaan biota laut. Oleh karenanya agroindustry hasil laut adalah salah satu industri strategis. Agroindustri hasil laut menggunakan sumber daya lokal yang menjadi keunggulan komparatif Indonesia. Sumber daya itu juga mempunyai keterkaitan yang kuat (backward dan forward linkage) dengan budidaya perikanan dan aktivitas ekonomi lainnya.

Sumber daya kelautan adalah sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable resources) sehingga keberlangsungannya dapat dipertahankan. Industri seperti ini prospeknya besar untuk dijadikan penggerak roda perekonomian daerah ke depan, sehingga dapat berperan penting dalam menciptakan kesempatan kerja, mengurangi kemiskinan, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya.

Langkah Pak Nadjikh adalah satu contoh membanggakan dari wirausahawan negeri ini yang sukses membantu kehidupan masyarakat. Sebagaimana ungkapan, economy is for the people, not the people for the economy. Ini artinya, berbagai indikator makroekonomi yang bagus, akan percuma apabila tidak meningkatkan taraf hidup rakyat.

Kunjungan kami siang itu diakhiri dengan makan siang bersama di salah satu warung bandeng terkenal di Gresik. Untuk ukuran pengusaha sukses dan kaya raya, Pak Nadjikh adalah pribadi yang rendah hati, bahkan sangat rendah hati. Ia menyapa setiap orang dan tidak menampakkan kemewahan secara berlebihan untuk ukuran orang kaya. Kerendahan hati ini juga menjadi kunci suksesnya dalam membangun usaha.

Saat ditanya soal dunia politik, umumnya pengusaha yang sudah sukses dan kaya, pasti tergoda untuk terjun ke dunia politik. Tapi jawabannya menarik. Ia hanya ingin memberi perhatian penuh pada perusahaan dan mengangkat taraf hidup masyarakat nelayan. Terlihat kalau ia tidak tertarik dunia politik yang penuh racun, tipu daya, dan kejijikan.

Pak Nadjikh tidak mau. Atau mungkin belum mau. Semoga bisa tetap konsisten dan terus demikian.

Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun