Mohon tunggu...
Junaldi Sooai
Junaldi Sooai Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian Unversitas Nusa Cendana

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jagung Titi Camilan Sehat

15 November 2024   09:47 Diperbarui: 15 November 2024   09:50 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jagung merupakan salah satu bahan pangan yang memiliki banyak potensi untuk diolah menjadi berbagai produk. Salah satu produk unik dari jagung yang berasal dari Indonesia adalah jagung titi. Produk tradisional ini memiliki ciri khas yang tidak banyak ditemukan pada olahan jagung lainnya, menjadikannya menarik untuk dikaji dari segi daya saing dengan produk kompetitor lainnya seperti emping jagung dan keripik jagung. Dalam artikel ini, kita akan membahas perbandingan antara jagung titi dengan kompetitornya serta studi kasus penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

Perbandingan Produk Jagung Titi dengan Kompetitor

1. Asal Usul dan Tradisi

  • Jagung Titi berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT) dan merupakan warisan budaya lokal yang telah dikenal turun-temurun. Proses pembuatannya melibatkan penumbukan jagung yang telah disangrai, menciptakan tekstur renyah khas yang sering dikaitkan dengan cita rasa tradisional.
  • Emping Jagung lebih dikenal di berbagai wilayah Indonesia dan biasanya diproduksi dengan proses pemipihan serta penggorengan. Produk ini lebih umum tersedia di pasar modern dan menawarkan berbagai rasa seperti manis, gurih, hingga pedas.
  • Keripik Jagung adalah hasil olahan yang diproses dengan penggorengan dan dicampur berbagai bumbu. Produk ini sering dijual di kemasan komersial sebagai camilan renyah.

2. Proses Produksi dan Ketersediaan

  • Jagung Titi umumnya diproduksi dalam skala kecil dan melibatkan teknik tradisional. Keterbatasan akses terhadap teknologi modern membuat jagung titi tidak sepopuler produk kompetitor dalam pasar nasional maupun internasional.
  • Emping Jagung dan keripik jagung diproduksi secara massal dengan teknologi modern, sehingga lebih mudah ditemukan di pasar ritel dan memiliki jangkauan pasar yang lebih luas.

3. Nilai Gizi dan Kandungan Nutrisi

  • Jagung Titi memiliki kandungan serat yang lebih tinggi karena melalui proses pengolahan yang sederhana, tanpa banyak penambahan bahan pengawet atau minyak. Produk ini cocok bagi konsumen yang mencari camilan sehat dan alami.
  • Emping Jagung dan keripik jagung cenderung memiliki kandungan lemak lebih tinggi, terutama jika melalui proses penggorengan. Meski lezat, produk ini kurang sehat jika dikonsumsi dalam jumlah besar.

4. Harga dan Daya Saing di Pasar

  • Jagung Titi relatif lebih mahal dibandingkan dengan emping atau keripik jagung karena proses produksinya yang manual dan kapasitas produksinya yang terbatas.
  • Emping Jagung dan keripik jagung lebih kompetitif dari segi harga dan lebih mudah dipasarkan dengan inovasi rasa serta kemasan yang menarik.

Studi Kasus Penggunaan Jagung Titi 

Kisah ibu Rara Ekawati Astuti berusia Usia: 42 tahun

Tujuan awalnya hanya untuk mengisi waktu luangnya sebagai ibu rumah tangga. Siapa sangka, ini jadi langkah awalnya untuk meraup Rp 500 ribu per hari dan membuka lapangan pekerjaan di Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Adalah Raden Rara Ekawati Astuti atau yang dikenal dengan Eka. Perempuan yang kini berusia 42 tahun ini adalah pemilik usaha Antique Kitchen.

Di masa senggang sebagai ibu rumah tangga, terbesit dalam pikiran Eka untuk membuat suatu usaha rumahan pada tahun 2015.
Dengan mengikuti komunitas membuat kue di media sosial dan menonton video di YouTube, Eka perlahan-lahan mulai belajar dan membuka usaha di bidang kuliner dan membuat camilan salah satunya jagung titi ini.

Ibu Rara tujuan menyediakan produk-produk ini untuk menyediakan cemilan sehat untuk keluarga, menjaga kesehtatan dengan produk rendah kalori dan alami

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun