Mohon tunggu...
Junaidi Muhammad
Junaidi Muhammad Mohon Tunggu... -

Bapak dengan 5 anak hebat, single parent, dan survivor gagal ginjal. Tujuan saya menulis untuk memotivasi sesama agar tetap kuat bertahan dalam sakit dan cobaan hidup yang mendera, serta meyakinkan bahwa kalian yang senasib dengan saya tidak sendirian.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dinamika Karir dan Petualangan Hidup yang Penuh Warna (2)

12 Desember 2017   17:28 Diperbarui: 17 Desember 2017   10:13 1000
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Agustus 2004, saya memulai babak baru dalam berkarier. Jakarta menjadi kota pilihan saya mengadu nasib selanjutnya. Perjalanan hidup saya bermula di lembaga pemberdayaan Dompet Dhuafa (DD Republika). Saya dipercayakan untuk mengelola BMT Centre sebagai induk semang Gerakan BMT yang bernaung dibawah binaan Dompet Dhuafa. Berangkat sebagai eksekutif BMT Centre, saya dan teman-teman mulai mengkonsolidasi gerakan BMT dengan berbagai aturan standar dengan program-program yang kreatif.

Kemudian tidak lama setelah saya bekerja dengan Dompet Dhuafa, tsunami aceh  terjadi. Sekitar dua bulan setelah tsunami, Dompet Dhuafa melalui PT.BILPAS mendapat kepercayaan menjadi konsultan pelaksana program rekonsiliasi LKMS di Aceh yang khusus diperuntukkan untuk mantan Gerakan Aceh Militer (GAM) dan korban tsunami. 

Bentuk programnya menginisiasi berdirinya  73 Baitul Qirat nama lain utuk gerakan BMT di Propinsi Aceh. Program ini berada di bawah koordinasi Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) pasca tsunami. Dengan dana sosial yang cukup besar (tidak kurang dari 173 miliar) yang harus didistribusikan dalam waktu enam bulan.

Sebagai koordinator konsultan yang ditunjuk oleh Dompet Dhuafa, saya dan beberapa orang tenaga ahli dari Jakarta serta Banda Aceh melakukan sosialisasi, rekruitmen calon pengurus dan pengelola, juga memberikan pelatihan calon  pengurus dan pengelola. Kegiatan yang paling menguras energi adalah sosialisasi untuk koperasi bagi mantan GAM. 

Dari 73 koperasi yang akan dibentuk, separuhnya diperuntukkan bagi saudara kita tersebut. Sosialisasi dengan teknis naik turun gunung merupakan pekerjaan yang penuh tantangan serta memicu andrenalin. Bayangkan saja, men-sosialisasi mereka calon koperasi beserta anggotanya hanya dapat dilakukan malam hari karena pantang bagi mereka untuk mengumpulkan anggotanya pada siang hari. Alhamdulillah, salah satu staf ahli kami adalah Ketua Dewan Koperasi (DEKOPINDA) Propinsi Aceh. Dengan beliaulah saya dan tim yang terbatas mampu bekerja di tiga tempat dalam semalam. 

Dimulai di tempat pertama pada pukul 20.00 setelah isya, pukul 24.00 di tempat kedua dan pukul 03.00 menjelang subuh di tempat ketiga. Selama hampir satu bulan kami bergerilya dari desa ke desa dengan 1001 dinamika akhirnya membuahkan hasil manis. Tantangan yang cukup berat berhasil kami lalui dengan aman terkendali. Mereka menerima program pemberdayaan untuk pertama kalinya. 

Anggaran 173 miliar tersalurkan dan 74 Baitul Qirat terinisiasi. Setelah program selesai, saya kembali ke Jakarta dan pamit dari pekerjaan saya di Dompet Dhuafa Republika. Sempat mendapat tawan dari Dinas Koperasi Banda Aceh untuk kembali dan bergabung khusus menjadi konsultan koperasi mantan GAM namun dengan halus saya tolak.

Asosiasi  BMT Indonesia (ABSINDO) adalah pelabuhan selanjutnya. Dipercaya menjadi direktur eksekutif dibawah kepemimpinan DR. Aris Mufti, saya menghabiskan waktu enam bulan untuk melakukan serangkaian sosialisasi dan konsolidasi gerakan BMT se-Indonesia.

Kemudian saya bergabung sebagai staff ahli direksi dalam bidang Lembaga Keuangan Syariah (LKMS) di Baitul Maal Muamalat (BMM). Yayasan baitul maal yang bernaung dibawah Bank Muamalat Indonesia (BMI). Sebagai mantan praktisi di gerakan BMT, saya tidak kesulitan dengan tugas-tugas selama bekerja disini. Belum genap satu tahun bekerja di BMM, saya dipercaya untuk menjadi koordinator program Komunitas Usaha Mikro Muamalat Berbasis Masjid ( KUM3) dengan wilayah kerja di pulau Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Irian Jaya, Nusa Tenggara dan Bali. Petualangan dimulai, hampir seluruh kota dimana terdapat kantor cabang Bank Muamalat saya datangi. Sebaran program yang berbasis jamaah masjid diitanggapi dengan positif oleh masyarakat. 

Basis dana yang berasal dari CSR Bank Muamalat disebarkan guna mimbiayai usaha mikro jamaah masjid dengan sistim kelompok. Keunggulan dari program ini adalah karena berimbangnya pembinan Ruhiyah dan Rupiah (pembinaan rohani dan manajemen usaha). Sembari bekerja di BMM, saya bersama staf ahli BMM wilayah Indonesia Barat diminta untuk membantu program di Kementrian Olahraga sebagai pelaksana program ROMPI (Rumah Olah Mental Pemuda Indonesia) yang merupakan sebuah program pendampingan remaja Punk yang tersebar di lima kota; Medan, Bengkulu, Jakarta, Solo dan Mataram. 

Program lainnya (masih di Menpora) adalah PPBTI (Pemberdayaan Pemuda Berbasis Tempat Ibadah) yang merupakan pilot proyek yang tersebar di Denpasar, Mataram, dan Medan. Program ini berbasis koperasi untuk menampung kreatifitas pemuda yang kreatif dan produktif dengan basis tempat ibadah. Hampir 4 tahun lamanya saya menggawangi serangkaian program-program diatas, hingga pada akhirnya 2009 saya pamit dari BMM.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun