[caption caption="Junaidi Khab di Tanjung Benoa - Bali"][/caption]Hari ini (Jumat, 26 Februari 2016), saya membaca salah satu postingan pribadi di salah satu media sosial. Saya terkejut dengan salah satu komentar yang datang dari salah satu juga teman media tersebut yang menyatakan dirinya anti-penulisan sumber kutipan dari tulisan, apalagi di media online. Saya bukan hanya kaget, tapi takut dengan cara komentarnya yang seakan mengancam hidup saya.
Tapi, tak masalah. Mungkin orang tersebut trauma dengan modernisasi dengan segala kemajuannya. Sehingga kita bisa mengakses berbagai sumber berita dari belahan dunia melalui internet – mesin pencari gugel. Teringat dengan pernyataan salah satu teman media sosial Kompasina tersebut yang tidak setuju dengan penulisan sumber tulisan dan penulisnya jika dikutip, saya merasa gundah. Satu yang menjadi kegundahan saya, apakah saya harus setuju dengan pandangan teman saya ini atau tidak?
Saya nyatakan dengan jelas bahwa saya tidak setuju sekali. Menuliskan sumber tulisan dan penulisnya dari tulisan yang kita kutip bagi saya sangat penting. Apalagi di era modern saat. Dengan mencantumkan sumber tulisan dan nama penulisnya, segala bentuk plagiasi tetap bisa dipantau. Namun, jika penulisan sumber tulisan dan nama penulisnya tidak dicantumkan, hal ini akan menambah kompleksitas persoalan di era digital saat ini. Toh meskipun di media online seseorang juga menulis dengan cara profesional.
Memang sangat urgen sekali kita lebih menomorsatukan buku. Tapi, mencuri tulisan orang lain dengan cara tidak mencantumkan sumber tulisan dan penulisnya bagi saya hal itu bernilai negtif dan tak asusila. Kita sebagai manusia memiliki peraturan, norma, undang-undang, dan traktat. Undang-undang dan aturan yang mengurus dan menghakimi yang negara dan institusi. Sementara, norma dan traktat masyarakat yang akan menghakimi. Norma dan traktat memang tidak tertulis, tapi tetap dipegang teguh demi kenyamanan hidup bersama. Saya tidak tahu, jika tulisan teman yang tidak setuju dengan pencantuman sumber dan nama penulis saya kutip tanpa menyebutkan namanya dan sumber. Oh, saya tidak tahu.
Tapi, bagi saya tetap sangat penting menuliskan sumber dan nama penulis jika kita mengutip suatu tulisan dari media apa pun. Karena hal tersebut bagi termasuk dari menghormati hak cipta orang lain. Ya, jika tidak setuju, seperti yang saya katakan tadi. Misal tulisannya dikutip tanpa menyebut dirinya dan sumbernya bagaimana? Mohon maaf sebelumnya ya.
Surabaya, 26 Februari 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H