Substansi kehidupan umat manusia, kita ini, yaitu mencari kebahagiaan. Segala yang kita lakukan hanya demi kebahagiaan. Kita bekerja memang bertujuan untuk mendapatkan uang. Tapi, hakikatnya tetap ingin mendapat kebahagiaan. Ketika mendapat uang, segala yang kita butuhkan bisa kita peroleh. Sehingga hidup kita serba berkecukupan, ketika berkecukupan itu terpenuhi rasa bahagia dan senang tumbuh.
Namun, kita harus bisa membedakan antara senang dan bahagia. Bahagia memiliki substansi yang kaitannya dengan kepuasan jiwa. Sementara senang lebih cenderunga pada pemuasan nafsu. Di sini, kita bisa melihat lebih jauh lagi yang berkaitan dengan senang dan bahagia. Seperti kebutuhan dan keinginan. Secara tersurat memang sama, tetapi secara tersirat itu berbeda.
Kebutuhan berkaitan dengan jiwa manusia (kebahagiaan). Sementara keinginan cenderung pada persoalan nafsu (kesenangan). Sebenarnya, bahagia itu cukup mudah. Cuma kadang kita sendiri yang mempersulitnya. Sehingga, ketika kita melakukan suatu perbuatan dengan harapan bahagia, yang didapat hanya sebatas senang. Substansi bahagia masih nihil.
Contoh gampangnya yaitu berbuat baik atau bersedekah dengan cara yang ikhlas. Itu sumber kebahagiaan. Tetapi, jika hal itu dilakukan tanpa berharap materi atau hal lain kecuali semata memang untuk saling berbagi. Ibarat kita buang air besar, dilupakan begitu saja. Sehingga diri kita tenang, senang, dan bahagia. Coba kita pikirkan kotoran yang kita tinggalkan, itu akan menjadi beban pikiran dan segala macam rasa jijik.
Sederhananya begitu tentang berbuat baik atau bersedekah dengan sesama. Berbuat baik atau bersedekah harus dilakukan dengan suka rela (ikhlas) tanpa mengharapkan sesuatu lain seperti materi atau perhatian orang. Karena hal itu selain mengurangi pahala, juga menisbikan substansi kebahagiaan dalam kebaikan yang kita lakukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H