Orang desa atau masyarakat pedesaan bisa dibilang sebagai masyarakat yang supel. Dalam artian ini, supel tak jauh berbeda dengan istilah "mudah akrab"Â dengan orang lain. Akrab bukan untuk tujuan lain. Kadang ada orang yang mudah akrab, tapi punya tujuan lain seperti materi atau cari muka. Akrab dari supel ini memang dengan tujuan menjalin hubungan baik di lingkungan sosial. Menjadi supel kadang memang sulit, tapi orang yang supel pasti punya banyak teman dan disenangi oleh orang lain.
Aku merasakan banyak hal tentang tingkat kesupelan masyarakat kota dan desa. Saat di Surabaya sekitar lima tahun lebih, aku jarang menemukan masyarakat (orang yang belum kita kenal dengan baik) ketika bertemu bisa seperti teman akrab. Situasi dan lingkungan menurutku yang menjadikan sebab.
Berbeda halnya ketika aku menginjakkan kaki di Jawa Tengah, khususnya Yogyakarta. Di Jawa Tengah, aku menemukan masyarakat seperti orang-orang desa di rumahku. Mereka mudah menyapa dengan sapaan penuh keakraban. Di tempatku saat ini, di daerah Balaiyasa atau bengkel kereta api di Yogyakarta, masyarakatnya penuh simpatik. Jika aku menggunakan bahasa pertemanan, mereka adalah masyarakat yang supel. Mudah diajak bicara. Aku merasa nyaman ketika berjumpa dengan masyarakat, karena mereka enak diajak bicara.
Maka dari itu, supel merupakan cara kita hidup dalam lingkungan masyarakat agar penuh warna. Hidup bisa indah dengan cara menjalin hubungan sosial yang hangat dan penuh persahabatan: supel.
Yogyakarta, 24 November 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H