Pada suatu masa, di salah satu kampung di sudut desa, hidup seorang keluarga kaya. Keluarga orang kaya itu hanya satu-satunya yang paling kaya. Miriplah seperti orang kota yang kaya. Para tetangganya sering membicarakan kekayaannya. Keluarga itu hanya hidup bertiga dalam rumah besar dan mewah: suami-istri dan gadis semata wayangnya.
Sudah beberapa kali tetangganya mengajukan diri untuk bekerja padanya. Tidak ada yang diterima. Keluarga kaya itu beralasan masih ingin tetap memiliki aktivitas meski hanya di rumah agar hidupnya sehat. Otot tetap berfungsi sebagaimana mestinya. Meskipun begitu, keluarga kaya itu tetap berbaur dengan para tetangganya. Keluarga kaya itu tidak pernah menyombongkan diri. Memang, sebagian tetangganya ada yang iri, tapi keluarga kaya itu meskipun tahu tentang tetangganya yang iri tetap bertutur sapa dengan baik. Bahkan seperti tak ada persoalan. Namanya saja masyarakat desa, meskipun iri hanya dalam ucapannya, tapi laku sosialnya tetap baik.
Biasanya, pada malam hari, para tetangga berkumpul ke rumahnya. Bukan untuk nonton televisi, karena pada masa itu televisi masih belum ada. Mereka datang ke rumah orang kaya itu untuk sekadar bertamu dan bercerita banyak hal tentang kegiatan sehari-hari.
Suatu ketika, dari hasil sering banyak tetangga bermain ke rumahnya pada malam hari, keluarga kaya itu berinisiatif mencari orang yang mau bekerja padanya. Sebagai pembantu rumah tangga. Menurutnya biar nanti saat malam bisa ada yang membuatkan kopi atau sekadar teh dan camilan untuk disuguhkan pada  tetangganya yang datang hingga kadang sampai larut tengah malam.
Sejak itu, keluarga kaya merekrut seorang perempuan janda dengan dua anak untuk bekerja sebagai pembantu di rumahnya. Perempuan itu bekerja layaknya di rumah sendiri. Tak pernah diatur, dia selalu paham segala yang harus dilakukan. Kadang anak atau istri orang kaya itu juga membantu.
Perempuan itu bekerja dengan keseriusan dan semangat yang tinggi. Bahkan dalam soal cucian pakaian dalam pun dicuci bersih. Dia bebas masuk-keluar rumah atau kamar majikannya tanpa dibatasi. Itu berkat keluarga kaya yang percaya seutuhnya pada perempuan janda yang menjadi pembantunya.
Kadang, suami keluarga kaya itu merasa ingin menikahi pembantunya. Tapi, niat itu selalu ditepis karena beberapa alasan. Rumah tangganya pasti kacau kalau ada madu. Hingga dia hanya kadang menelan ludah karena melihat kecantikan pembantunya. Karena suami keluarga kaya itu memang baik moralnya, maka dia menjaga pandangannya agar tak berbuat hal nista.
Malam sudah cukup larut, pembantu itu usai ikut berbincang bersama keluarga kaya dan para tetangganya, dia bermaksud mencuci bebrbagai peralatan dapur. Saat menuju ke dapur, tanpa sengaja dia melihat sebuah cincin dekat cangkir yang akan dicuci. Cangkir itu bekas minuman anak keluarga kaya. Dia menimang-nimang cincin yang begitu indah. Karena kagum baru melihat perhiasan mewah dan indah, perempuan itu tak sadarkan diri saat menimang cincin.
Tiba-tiba, istri orang kaya itu berdehem di bakangnya. Sontak, pembantu itu kaget dan langsung menelan cincin di tangannya. Dia khawatir disangka untuk mencuri. Istri orang kaya pun juga kaget kaget melihat pembantunya menelan sesuatu. Dia sebenarnya tak tahu yang sedang ditimang oleh pembantunya.
Saat ditanya, pembantu itu tak bisa menyahut seperti cekot-cekot karena tenggorokannya terganjal cincin. Keringat bercucuran di keningnya. Hingga dia lari ke kuar rumah. Para tetangga yang melihatnya merasa heran. Saat disusul oleh istri orang kaya dan beberapa tetangganyan, pembantu itu hilang dalam gelap malam. Hanya ada suara burung hantu yang mereka baru dengar. Hingga beberapa hari dan malam pembantu itu dicari. Tak dutemukan. Hanya ada seekor burung hantu di tempat pembantu itu menghilang.
Setelah sekian lama, keluarga kaya itu, termasuk istrinya dan anak bercerita bahwa cincinnya hilang. Anaknya bilang diletakkan dekay cangkir kopi di dalan rumahnya, karena dia tak mau memakai perhiasan saat mau berkumpul dengan tetangganya. Keluarga kaya itu pun menduga dicuri oleh pembantunya yang tampak aneh saat kepergok oleh istri orang kaya itu di dalam rumahnya.