Mohon tunggu...
Junaidi Khab
Junaidi Khab Mohon Tunggu... Editor -

Junaidi Khab lulusan Sastra Inggris UIN Sunan Ampel Surabaya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tantangan Hidup Menjadi Perempuan Janda

5 November 2017   20:37 Diperbarui: 5 November 2017   20:41 8703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di lingkungan sosial, perempuan yang  menjadi janda sering menjadi bahan gunjingan. Hingga, kadang menarik  para lelaki hidung belang untuk menggodanya. Katanya, janda lebih sering  merasa kesepian karena ditinggal mati oleh  suaminya. Terlebih jika janda itu berstatus "janda muda". Dalam  pemahaman kita, janda adalah perempuan bersuami yang ditinggal mati oleh  suaminya. Ada banyak lelaki yang menginginkan janda, tapi banyak  perempuan yang tidak menginginkannya. Perempuan janda harus menahan peri  di telinganya atas gunjingan orang lain.

Begitu rumitnya menjadi janda seperti yang digambarkan oleh Jane Austin dalam novel berjudul Lady Susan ini. Novel ini diperkirakan ditulis pada abad XVII dan baru  dipublikasikan pada abad XVIII dengan nuansa kisah korespondensi surat.  Sosok Lady Susan di dalam karya ini menjadi daya tarik untuk  diperbincangkan dalam kehidupan sehari-hari. Dia merupakan korban  jandaisme dengan satu anak karena ditinggal mati oleh suaminya.

Seperti janda pada umumnya, Lady Susan  mendapat cibiran dan bahan gunjingan dari para tetangganya dan terlebih  banyak dibicarakan oleh kaum lelaki. Sebuah simulasi yang lumrah terjadi  di lingkungan sosial kita. Namun, dengan status janda, Lady Susan tetap  meyakinkan dirinya agar tidak dipermainkan oleh lelaki. Kebanyakan  lelaki menyukai janda karena eksotisitas seksualnya lebih berpengalaman  dibanding perawan.

Kehadiran status janda di lingkungan  sosial menjadi bomerang. Seorang suami bisa meningglakan istri lamanya  demi mendapatkan janda dan membiarkan istirnya menjadi janda baru (hlm.  12). Keadaan demikian yang dialami oleh Lady Susan. Sehingga, tak heran  bila banyak kaum perempuan yang mencibir dan menjelek-jelekkan. Padahal,  berhias menjadi kebiasaan Lady Susan, bukan demi menarik suami orang  lain. Dalam lingkungan kita, sosok janda kadang dipandang sebagai  perempuan yang lemah, apalagi ditinggal suaminya karena cerai, bukan  kematian, lalu memburu lelaki lain untuk meramaikan batinnya yang merasa  kesepian.

Lady Susan hadir dengan keluwesan dalam  bertingkah, sehingga memikat lelaki untuk mempersuntingnya. Meskipun  pada kenyataannya, dia bukan sosok perempuan yang cerdas seperti  perempuan kebanyakan pada masanya. Tapi, hal itu yang membuat kaum  perempuan dengki kepadanya dan kaum lelaki geli saat melihatnya.

Tapi, berbeda dengan Lady Susan yang  penuh dengan tantangan dan keberanian untuk mendekati lelaki bernama  Reginald yang membencinya tapi akhirnya bertekuk lutut di hadapannya  (hlm. 108). Sebenarnya, Susan akan dinikahkan dengan James, namun dia  lebih memilih Reginald, lelaki yang membencinya namun bertekuk lutut.

Satu alasan Lady Susan lebih memilih  cepat menikah setelah dirinya berstatus janda, yaitu agar Johnson yang  meninggalkan istrinya bisa kembali lagi dan tak banyak berharap mendapat  kehangatan dari Lady Susan. Dengan begitu, Susan telah mencegah  rumahtangga yang akan hancur karena statusnya. Sebuah guratan pesan yang  patut ktia jadikan sebuah pelajaran agar seorang perempuan jangan  terlalu lama menjanda dan segera memilih lelaki yang tidak  berumahtangga.

Karya ini merupakan sebuah kisah yang  disajikan dalam bentuk novel korespondensi surat-menyurat antara Lady  Susan, Reginald, Smith, Johnson, Fredica, dan Alicia. Satu surat  bercerita dan mencarikan solusi agar status janda Lady Susan tidak  menimbulkan persoalan baru kehidupan rumahtangga orang lain. Sosok Lady  Susan dalam buku ini menjadi misteri yang perlu dijadikan renungan oleh  masyarakat Indonesia, khususnya para para perempuan dalam menyikapi  persoalan hidup dalam berumahtangga. Selamat membaca!

Judul               : Lady Susan
Penulis             : Jane Austen
Penerbit           : Qanita
Cetakan           : I, September 2016
Tebal               : 132 hlm.; 20,5 cm
ISBN               : 978-602-402-042-2

Oleh               : Junaidi Khab*

* Adalah Akademisi dan  Pecinta Baca Buku asal Sumenep, lulusan UIN Sunan Ampel Surabaya.  Sekarang Bergiat di Komunitas Rudal Yogyakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun