Mohon tunggu...
Junaidi Khab
Junaidi Khab Mohon Tunggu... Editor -

Junaidi Khab lulusan Sastra Inggris UIN Sunan Ampel Surabaya.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Mewaspadai Penipuan via Internet dan Ponsel

2 November 2017   13:13 Diperbarui: 2 November 2017   13:43 1481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Shutterstock

Kasus penipuan  sudah sering terjadi. Peristiwa tersebut sepertinya tidak asing lagi  bagi kita. Namun, kadang  di antara kita masih bisa dijerat oleh para  penipu dengan modus-modus  yang menyerupai candu, hingga membuat  seseorang terlena dan mudah  percaya. Kasus penipuan terjadi bukan hanya  dalam persoalan besar, tapi  juga mulai dari hal terkecil hingga  merambat pada persoalan material dan  finansial dalam skala yang tidak  bisa dikatakan ringan. Uang jutaan  rupiah raib. Harta kekayaan pun  lenyap tanpa kita merasa kehilangan  dalam jurang penyesalan.

Seperti  halnya internet yang sudah  jelas-jelas dunia maya, alias bukan dunia  nyata, masyarakat kita lebih  cenderung menggunakan internet sebagai teman  sehari-hari (Yee-Jin Shin, 2014:95). Maka dari itu, seorang ahli   teknologi digital memanfaatkan teknologi untuk melakukan penipuan demi   mendapat materi dengan cara licik. Mereka, bukan orang bodoh. Tapi,   mereka adalah intelektual. Namun, mereka terlahir dalam himpitan   teknologi yang dijadikan sebagai jurang keuntungan bagi dirinya  sendiri.

Kini, orang-orang cerdas sudah menjadikan  media sosial  di internet sebagai ladang penipuan. Ada banyak masyarakat  yang  mengeluh dan bertanya-tanya ketika mendapat surat elektronik (e-mail) atau via media facebook dengan tawaran dana di luar nalar. Hal itu ditawarkan dengan tebusan   yang tidak kecil. Pada mulanya, kita diminta untuk menyerahkan  identitas  diri dan foto. Lalu, dari pihak penipu juga mengirimkan foto  diri  sebagai bukti bahwa dirinya benar-benar serius. Padahal, cara  demikian  merupakan pemanis untuk memikat hati kita sebagai sasaran  penipuan.

Masyarakat umum yang sudah akrab dengan  teknologi atau  alat digital harus membentengi diri dari segala macam  pengaruh orang  lain. Terlebih ketika mendapat surat tawaran via dunia  maya yang  jelas-jelas orangnya tidak kita kenal. Tidak memandang bulu,  ketika  sudah dilenakan oleh tawaran sejumlah uang, kaum akademisi,   intelektual, atau pun birokrat akan tergiur untuk mengikuti saran-saran   pelaku penipuan.

Sebuah Alasan

Seperti  halnya yang dialami oleh wartawan  Kedaulatan Rakyat, Jayadi Kastari  pada 4 Oktober 2016 dengan modus  minta pulsa pada teman-teman dekatnya.  Pernah terjadi pada keluarga  seorang dosen salah satu kampus swasta.  Sebagai dosen yang merangkap  pejabat kampus, dosen tersebut pengaturan  ponsel 'terdiam' pada saat  rapat. Pada waktu itulah, keluarga dosen  (korban) mendapat telepon bahwa  dosen tersebut kecelakaan dan masuk  rumah sakit serta membutuhkan biaya  sepuluh juta rupiah. 

Mulanya,  keluarga korban tidak memercayai. Maka, sang korban ditelpon. Tapi,  telpon tersebut tidak diangkat. Lalu,  keluarga korban membuat kesimpulan bahwa si dosen benar-benar  kecelakaan. Kemudian, uang  sepuluh juta ditransfer begitu saja. Usai  rapat, korban melihat  ponselnya. Ia kaget, tiba-tiba keluarganya  menelpon hingga beberapa  panggilan tak terjawab. Sang dosen menelpon  balik. Pada saat itulah,  keluarga korban baru tahu bahwa mereka ditipu.

Yang lumrah, modus yang digunakan penipu  seperti kecelakaan dengan meminta biaya operasi  korban, razia narkoba dan mendapat hadiah dengan tebusan terlebih  dahulu tanpa melihat  kenyataan yang ada atau persoalan mendadak seperti  yang dialami wartawan senior Kedaulatan Rakyat tempo hari.

Berbagai  modus penipuan baik via media  sosial atau alat digital, benar-benar  harus kita waspadai agar tak menyesal. Seperti pepatah lokal masyarakat  Madura menyebutkan "tak ada perut betis di depan, perut betis pasti di belakang". Begitulah bentuk penyesalan. Kita bisa membuat kesimpulan dari dua   kejadian modus penipuan via SMS atau telpon bahwa orang yang akan  menipu  kita tak lain orang terdekat. Asumsi tersebut bisa dirasionalkan  dengan  pengetahuan penipu tentang situasi dan kondisi korban. 

Selain modus-modus tersebut juga ada modus lain seperti dipandu masuk ATM untuk  mentransfer sejumlah uang. Bahkan hingga pada modus jual-tukar barang dengan memberikan barang yang palsu. Begitulah bentuk atau  modus-modus  penipuan yang perlu menjadi kewaspadaan bagi masyarakat  luas.

Ibarat puncak gunung es, modus-modus  penipuan yang  dilakukan oleh pelaku masih berkeliaran dengan cara  berbeda. Hanya  sebagian contoh kecil yang bisa kita ketahui dari  pengalaman orang  lain. Selebihnya, kita sendiri yang harus waspada dan  hati-hati dalam  menghadapi berbagai macam tawaran yang tak begitu jelas  informasinya.  Khususnya melalui internet, SMS, dan telpon. Mari, sebelum  menyesal,  kita ubah perut betis ke sisi bagian depan sebagai bentuk  antisipasi  untuk menangkal berbagai modus penipuan sedini mungkin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun