Mohon tunggu...
Junaidi Khab
Junaidi Khab Mohon Tunggu... Editor -

Junaidi Khab lulusan Sastra Inggris UIN Sunan Ampel Surabaya.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Peran Orang Tua

26 Februari 2016   02:40 Diperbarui: 26 Februari 2016   02:51 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Foto Junaidi Khab ini diambil dari KOMPAS Siang 10 -09-2013 Idealisme Pendidikan Berbasis Masyarakat oleh Junaidi Khab"][/caption]"Anak-anak tidak pernah lupa janji orang tuanya. Berhati-hatilah. Kadang-kadang sampai dewasa mereka masih ingat sesuatu janji yang tidak dipenuhi" (Marga T. dalam Karmila-428).

Orang tua memiliki peran yang sangat penting bagi anak-anaknya. Jika orang tua salah mendidik anak-anaknya, maka mereka akan memiliki perilaku yang buruk. Hal yang sangat urgen bagi orang tua adalah memberikan perhatian sepenuhnya terhadap anak-anak mereka. Salah satu tujuannya agar mereka bisa hidup dalam lingkungan yang penuh kasih dan sayang dari orang tua, utamanya dari seorang ibu.

Seorang babu masih kurang cukup bagi perkembangan anak-anak meski sehari-hari mengurus anak-anak majikannya. Hasilnya sangat berbeda antara anak yang selalu mendapat perhatian kedua orang tuanya dengan mereka yang hanya dirawat dan diasuh oleh babu. Sudah sangat jelas, babu tidak memiliki ikatan batin terhadap anak yang diasuhnya. Babu hanya sekadar memberikan kebutuhan yang bersifat sementara belaka (dalam hal ini saya mendefinisikannya sebagai kebutuhan hanya untuk melayani belaka).

Kita lihat saja, sudah banyak anak-anak yang jiwanya liar karena kehidupan rumah tangganya selalu berantakan. Orang tuanya selalu bertengkar. Bahkan ada yang sampai cerai. Keadaan demikian akan membangun jiwa anak-anak untuk mencari tempat lain sebagai pelampiasan terhadap apa yang dialaminya. Di sinilah, konflik keluar (antara seorang istri dan ayah) harus dihindari, utamanya jangan sampai menampakkan sesuatu yang buruk di depan anak-anak.

Dari sini, saya tarik kesimpulannya bahwa menjadi orang tua harus memberikan contoh yang  baik bagi anak-anaknya. Hal ini dilakukan agar mereka selalu memiliki perilaku terpuji. Jika suatu keluarga berantakan apalagi suami-istri sering bertengkar atau selalu adu mulut di depan anak-anaknya, maka kemungkinan terbesar anak-anak mereka akan menjadi anak liar, tempramental, dan melakukan hal-hal negatif yang amoral.

Maka dari itu, anak-anak harus diberi asupan gizi hidup yang lebih baik dan penuh dengan dedikasi agar hidupnya sesuai dengan yang diharapkan. Dan perlu kita ketahui pula bahwa mendidik anak harus benar-benar atas dasar minat dan bakat mereka masing-masing. Jangan sampai memaksakan kehendak kita pribadi. Ini yang sangat sulit biasanya bagi para orang tua, karena para orang tua merasa memiliki otoritas mutlak untuk mengatur anak-anaknya. Tapi hendaknya hal ini perlu disadari demi masa depan anak-anak agar tumbuh lebih baik dan memiliki prospek yang lebih cemerlang dalam hidupnya.

Surabaya, 09 Oktober 2014

CATATAN: Tulisan ini juga saya pos di Junaidi Khab. Budayakan mengutip dengan menyebut penulis dan sumbernya. Terimakasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun