Mohon tunggu...
Junaidi Husin
Junaidi Husin Mohon Tunggu... Guru - Aku menulis karena aku tidak pandai dalam menulis. Juned

Gagasan seorang penulis adalah hal-hal yang menjadi kepeduliannya. John Garder

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Jangan Abai Wabah Belum Usai

15 Februari 2024   08:27 Diperbarui: 15 Februari 2024   08:32 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Covid 19 sudah merata tersebar di seluruh negara bahkan di benua-benua dunia. Kehadiran virus ini tidak ubahnya seperti agen perubahan yang dapat memberikan dampak esensial bagi ekosistem kehidupan manusia, bahkan hewanpun merasakan dampaknya. Tak ayal, awal kehadiran covid ini ditakuti dan dikhawatirkan banyak manusia. Sebelum datang di Indonesia pun sudah ribuan nyawa manusia melayang.

Keganasan virus kecil yang tidak terlihat itu, entah sudah berapa juta nyawa yang telah direnggutnya. Menurut (CNBC Indonesia 27/7/2021), pada tanggal 17 Juni 2021 yang lalu saja sudah melebihi 4 juta kasus kematian. Namun tetap saja ada sebagian kecil yang berpendapat virus itu tidak ada sama sekali, dan menurutnya itu adalah bohong belaka. Video yang viral satu bulan yang lalu, memperlihatkan dua orang yang sedang santainya, menghirup napas dari seorang pasien yang terpapar Covid 19. Artinya hal ini merupakan suatu perilaku anti logis yang seharusnya tidak dilakukan untuk orang waras dan tidak gila sensasi.

 Sebagai makhluk (insan basyariah), tentu memiliki rasa takut terhadap sesuatu yang membahayakan apalagi terkait nyawa. Ketakutan itu muncul berawal dari ketidaktahuan dan kurangnya pemahaman terkait virus tersebut. Kekhawatiran pasti ada, tapi tidak perlu berlebihan (lebay) dan merasa sombong atau tidak takut dengan virus tersebut juga tidak dibenarkan. Khawatir atau takut yang dimaksud adalah mejauhi virusnya dengan berikhtiar, menjaga kesehatan, mengikuti vaksinasi, taat pada peraturan pemerintah dan mendekatkan diri pada Allah SWT.

 Masih ingat betul ketika awal kedatangan virus ini sangat ditakuti. Satu tahun silam waktu penulis datang dari daerah zona merah dan tiba di daerah zona hijau. Di mana kehadiran penulis sangat membuat takut warga setempat, dan penulis pun mendapatkan cibiran, padahal waktu itu penulis berstatus negatif. Akan tetapi, ketika masyarakat telah terbiasa, sudah tahu apa itu virus Covid 19, serta bagaimana cara untuk tidak terpapar dengan menjalankan (5) M. Sekarang sepertinya mulai meremehkan keberadaan virus tersebut, abai terhadap prokes dan beraktivitas melebihi hari biasa (normal) bahkan sampai ada yang menggelar hajatan.

Penyebab awal meledaknya penyebaran virus ini bemula dari tradisi mudik lebaran idul fitri 1442 H/2021 M, yakni beberapa bulan yang lalu dengan kenaikan kasus 53 % dan kasus kematian sebesar 12% di minggu ke-3 setelah lebaran dan angkahnya terus naik bertambah hingga sekarang. (Kompas Pedia 27/7/2021).

Tradisi pulang kampung ini memang sangat sulit untuk dihindari, karena hal itu telah menjadi tradisi tahunan yang mendarah daging masyarakat muslim Indonesia. Yang mana, hal ini dilakukan  untuk bersilaturrahim dan berkumpul dengan sanak keluarga di hari penuh kemenangan nan mulia itu. Apalagi bagi perantauan yang bekerja dan mencari nafkah di pulau seberang, yang sudah dipastikan sangat jarang bertemu dengan keluarga dan sudah sepatutnya untuk berhari raya dengan orang terdekatnya. Tapi sadarilah, keadaan sekarang ini sangat jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelum datang dan mewabahnya Covid 19 tersebut.

Kehadiran Covid 19 ini secara umum banyak memberikan dampak positif dan negatif, bagi tatanan kehidupan manusia dan masyarakat luas. Dampak positifnya menurut seorang psikologi Samuel Paul Veissiere, Ph.D yang penulis kutip dari tulisan Risna Halidi pada laman (Suara.com 07/08/2021). Pertama, manusia lebih peduli dan mengutamakan kesehatan. Hal ini terbukti dengan antusiasnya masyarakat berolahraga dan mengkonsumsi makanan, minuman yang banyak mengandung manfaat bagi ketahanan dan kekebalan tubuh. Kedua, seluruh dunia bergandengan tangan dan berkerja sama, baik dalam menciptakan dan memproduksi vaksin serta berbagi alat kesehatan. Ketiga, manusia saling membantu satu sama lain. Tidak sedikit yang berbagi dan berkontribusi baik itu dari orang perorangan bahkan juga perusahaan lebih peduli terhadap sesama. Keempat, kualitas udara jauh lebih baik. Hal ini disebabkan berkurangnya mobilisasi manusia dalam penggunaan kendaraan dan asap pabrik. Kelima, hobi yang tertunda bisa terlaksana ketika isolasi dirumah.

Adapun dari sisi negatifnya sebagaimana diuraikan dalam tulisan Dr. Jean Mellany. https://www.traveloka.com/id-id/explore/health/pandemi-belum-juga-usai-begini-dampak-negatifcovid-19-bagi-kehidupan-masyarakat/83127. Pertama, rumah sakit kuwalahan dalam menangani pasien Covid 19 yang membludak. Kedua, dampak buruk yang panjang bagi kesehatan. Ketiga, sekolah digelar secara online. Keempat, anak lebih banyak terpapar gadget. Kelima, ekonomi mengalami resesi

Penulis sepakat sisi negatif dari wabah ini, tidak hanya kesehatan yang terganggu, imbas dari virus ini juga mempengaruhi sistem pendidikan, pekerjaan dan bahkan perekonomian masyarakat. Pemerintah selalu memikirkan nasib terbaik bagi rakyatnya dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan memalui keputusan, surat edaran dan ketetapan lainya, seperti PSBB, Lockdown berskala kecil (desa) dan yang terbaru PPKM. Keputusan-keputasan pemerintah tersebut memang sangat pahit bagi sebagian besar masyarakat dan bahkan akan berdampak buruk bagi masyarakat, dengan perekonomian menengah ke bawah.

Sedikit yang mengetahui tujuan utama dari keputusan itu, bukan untuk merugikan dan mencelakai rakyatnya, namun untuk menghindari keadaan yang lebih terburuk dan terpuruk yang akan dihadapi masyarakat luas bahkan bangsa Indonesia kedepannya. Ibarat pepatah lama, "bersusah payah dahulu bersenang-senang kita kemudian. Bersatu berjuang dahulu terbebas Covid 19 kemudian".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun