Masa abad 21 ditandai dengan kecanggihan teknologi yang terus berkembang, di satu sisi ia merupakan suatu kemajuan di bidang sain dan teknologi namun disisi yang lain ia tidak menutup kemungkinan akan berdampak buruk bagi pola pikir dan kelakuan anak yang disebabkan salah dalam penggunaannya.
Bila dibandingkan dengan zaman kedua orang tua kita sebelumnya, maka inilah zaman yang cukup berat bagi orang tua dalam mendidik anak-anaknya. Bukankah tidak sedikit karena salah dalam penggunaan teknologi ini sebagian anak yang masih berumur belasan tahun terjerumus dalam pergaulan bebas.
      Anak merupakan amanah yang dititipkan Allah kepada kita, sebagai orang tua hendaknya memberikan dan menanamkan sejak dini nilai-nilai keagamaan kepada mereka, agar kelak mereka dapat menjalani masa-masa kehidupan mereka yang jauh lebih baik dan siap untuk menatap kehidupan yang penuh tantangan ini. Mengingat di kehidupan mereka selanjutnya akan jauh berbeda dengan masa dan zaman dimana kita hidup saat ini. Untuk itu membekali mereka dengan pengetahuan akalnya saja tidaklah cukup, apalagi hanya mengejar prestasi nilai tertinggi namun mengesampingkan nilai-nilai luhur keagamaan yang seharusnya terlebih dahulu mereka ketahui.
Orangtua Adalah Contoh Bagi Anaknya
      Sebetulnya orang tua memiliki andil yang sangat besar dalam memberikan perubahan pada diri anaknya, baik itu dari segi otak atau akalnya, juga dalam nilai spritual di dalam jiwanya. Dalam penanaman nilai-nilai luhur ini memang tidak semudah membalikkan telapak tangan atau hanya sebatas muda mengucap bin salabin ada kadabbra. Usaha itu membutuhkan waktu yang amat panjang dan tentunya juga didukung dengan prilaku dan contoh yang baik dari pada orang tua itu sendiri.
      Maka sebagai orangtua janganlah pernah bermimpi anak akan berahklak baik, jika kita hanya memberikan sebatas teori berupa konsep namun kita sendiri tidak melakukkannya. Bagaimana mungkin itu akan terjadi ? Bukankah Islam dapat berkembang dan masuknya orang menganut agama Islam secara berbondong itu lantaran Rasulullah SAW dalam mendidik umatnya, tidak sebatas hanya pada penyampaian berupa teori atau hanya konsep belaka, tetapi terlebih dahulu Nabi Muhammad SAW telah mempraktekkannya. Itu artinya tidak hanya sebatas memberikan contoh tetapi kita sebagai orang tua yang memberikan contoh itu, justru juga harus menjadi contoh teladan yang baik terlebih dahulu.
      Itu artinya peran orang tua sangat menentukan baik buruknya tingkah laku dan kepribadian anak-anak kita bahkan agamanya, sebagaimana bunyi hadist berikut. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
Artinya: Tiada seorangpun yang dilahirkan kecuali dilahirkan pada fithrah (Islam)nya. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi. (HR. al-Bukhri dan Muslim)
Dari hadits di atas kita dapat dengan mudah memahami bunyi redaksinya, bahwa setiap anak-anak yang dilahirkan di pentas bumi ini dalam keadaan fihtrahnya tanpa noda apapun, semua tergantung bagaimana orang tuanya sendiri yang akan memberikan warna apa pada kehidupan mereka nantinya. Jika yang ditanamkan sejak dini adalah nilai-nilai kebaikan dan keteladanan spritual serta ajaran syari'at lainya, yakinlah anak akan menjadi anak yang shaleh lagi taat.
Begitu juga pada orang tua yang tidak terlalu memperdulikan nilai spritual pada anak mereka, maka tidak heran banyaknya anak yang cerdas lagi pintar namun kurang baik dalam bertingkah laku dan bertutur kata. Bahkan bisa jadi karena kelalaian orangtua, anak yang dahulunya beragama Islam namun lemah akan pengamalannya tidak menutup kemungkinan akan berpindah dan memeluk agama lain.