Mohon tunggu...
Juna Hemadevi
Juna Hemadevi Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Seorang manusia yang masih terus belajar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Marah dan Khawatir Itu Buang Biaya

10 Februari 2024   11:58 Diperbarui: 10 Februari 2024   12:07 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhirnya saya berusaha untuk melepas rasa kesal terhadap 'gayung yang selalu berada di genangan air di bak air'.

Kemarahan yang saya pupuk setiap hari pun hanya akan berbuah menjadi pohon amarah yang bisa dipetik kapan saja. Untuk apa memetik amarah? Bukankah lebih menyenangkan memetik buah apel di kebun?

Ya, saya menyadari bahwa marah terhadap hal sepele hanya buang-buang energi saja.

Untuk melepas rasa marah terhadap hal sepele membutuhkan niat dan sikap yang konsisten. Apabila sudah bisa melepasnya, maka energi tidak terbuang sia-sia.

Banyak Biaya

Energi ini sama seperti yang dituliskan oleh Henry Manampiring di bukunya yang berjudul "Filosofi Teras". Menurutnya, rasa khawatir hanya akan menghabiskan banyak biaya. Mulai dari biaya karena menghabiskan energi pikiran,  menghabiskan waktu dan uang untuk jalan-jalan atau membeli makanan favorit demi menenangkan pikiran padahal itu sifatnya sementara, serta akan menganggu kesehatan tubuh.

Rasa khawatir terhadap segala hal dalam hidup seperti khawatir jomblo terus, khawatir nanti cerai saat sudah menikah, khawatir tidak punya pekerjaan, khawatir tidak mendapat IPK yang bagus, atau khawatir karena tidak bisa membayar hidup. Kalau semua rasa khawatir ini terus-menerus disimpan dalam tubuh maka akan berdampak terhadap fisik kita dengan datangnya banyak penyakit seperti sakit otot, sistem pencernaan, hingga jantung.

Rasa khawatir sama seperti rasa amarah, kalau terus dipupuk bisa-bisa kita akan memanen bibit penyakit di kemudian hari. Memang tidak mudah untuk tidak khawatir dengan masa depan. Memang tidak mudah untuk tidak memikirkan besok mau makan apa.

Tapi, kalau kita bisa lebih legowo untuk menjalani hidup sehari-hari kenapa tidak?
Kalau kita bisa berjalan dengan penuh semangat dan ikhlas dan tidak memikirkan banyak hal tentang 'imbalan apa yang akan diperoleh' maka hidup akan jadi lebih bahagia.

Memang tidak mudah kalau tidak dicoba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun