Mohon tunggu...
Juna Hemadevi
Juna Hemadevi Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Seorang manusia yang masih terus belajar.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Manusia dan Rambutan

29 November 2023   15:46 Diperbarui: 29 November 2023   15:48 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
design pribadi (use canva)

Sekarang lagi musim rambutan. Iya, rambutan. Buah rambutan berwarna hijau ketika masih mentah. Saat akan matang, warna kulitnya berubah dari hijau menjadi kuning dan kuning menjadi merah. Warna merahnya cantik. Selain cantik warna kulitnya, buah rambutan juga unik. Ia memiliki ratusan helai rambut di kulitnya. Karena itulah, buah ini dijuluki sebagai rambutan. Kenapa bisa tahu ada ratusan helai rambut di kulitnya ya? Sebenarnya mengarang bebas saja, kalau dibilang ada puluhan, rasanya terlalu sedikit.

Lantas, ada apa dengan buah rambutan ya? Kenapa harus dibahas. Sebenarnya ide ini muncul ketika saya duduk di bawah pohon rambutan sambil menyeruput teh telang. Setiap seruputnya menandakan bahwa segala sesuatu akan habis dan berubah ketika masanya telah tiba. Sama seperti rambutan. Rambutan juga akan habis dan berubah ketika masanya telah datang. Maklum, rambutan tidak seperti pisang yang dapat berbuah kapan saja.

Membahas tentang rambutan, jadi teringat sifat manusia yang suka menyalahkan dan enggan untuk melihat lebih dalam. Seperti rambutan, kadang ia terlihat sangat merah dan cantik tapi ternyata saat dibuka rasanya tidak enak atau bahkan sudah berulat. Kadang juga rambutan terlihat kuning kehijauan bahkan kecoklatan, tapi rasanya sangat manis. Tapi, sering kali kita hanya melihat penampakan luar rambutan tanpa memikirkan bahwa memang ada beberapa jenis rambutan yang ketika masih hijau rasanya sangat manis.

Begitu pula manusia, ada yang maunya melihat luarnya saja. Asal dia cantik, tampan, kaya, jabatan tinggi, rumah bagus, mobil mewah gaskeun! Ada pula yang ketika satu orang berbuat kesalahan tidak mau memaafkan dan terus-menerus menyalahkan. Sama seperti rambutan, yang kulitnya merah digaskeun, yang kulitnya hijau terus ditekan sampai hilang.

Apa susahnya untuk sedikit melihat ke dalam dan memilah dengan teliti bahwa tidak semua rambutan yang kulitnya merah itu manis dan yang kulitnya hijau rasanya masam? Apa susahnya bicara dengan baik-baik untuk menelaah suatu kesalahan daripada terus-menerus melakukan penghakiman?

Manusia itu unik saudara-saudara!

Yang terlihat baik dijunjung setinggi monas, yang terlihat buruk dikubur dalam-dalam seperti pondasi bangunan. Sekali lagi, manusia itu unik saudara-saudara! Kadang susah membedakan mana yang asli dan palsu, susah membedakan mana yang baik dan buruk, bahkan susah membedakan mana yang benar dan salah. Kenapa bisa begitu?

Manusia yang sangat unik sering diliputi amarah, kebencian, dan rasa cemburu. Entah apa masalahnya, baik kecil maupun besar harus muncul sampai permukaan bumi, kalau perlu sampai Venus sekalian! Ada apa ini?

Apapun masalahnya rasanya seperti artis yang sedang turun daun dan terus mencari sensasi agar lebih dicari? Untuk apa saudara-saudara?

Semua itu kembali lagi seperti rambutan. Apapun yang terlihat merah menggoda, ia akan diagungkan. Apapun yang terlihat hijau, ia akan dimusnahkan. Segala sesuatu apabila tidak dipikirkan dengan bijak, tidak direnungi dengan kepala dingin, maka ego yang akan bertindak. Ego dengan mudahnya menaikkan darah manusia, menjadi marah di mana-mana, menjadi benci kepada siapa saja. Ego merusak hubungan antar sesama. Ego menimbulkan luka bahkan kepada keluarga.

Jadi, ketika rambutan merah yang banyak dibeli daripada rambutan hijau kekuningan, lantas siapa yang salah?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun