Ada banyak sekali penderitaan yang kita alami. Misalnya sedih karena putus dengan kekasih, sedih karena dipecat, kesal karena kecopetan, kesal karena ketinggalan pesawat atau kereta, marah karena mendengar suara lato-lato yang tak kunjung usai, hingga kecewa karena dikhianati.
Sebenarnya rasa sedih, kesal, marah, dan kecewa yang dirasakan bukan hanya bersumber dari orang lain, tetapi juga dari diri sendiri. Kenapa begitu ya?
Penderitaan adalah tamu
Ibarat kita mengadakan pesta ulang tahun serta mengundang keluarga dan teman-teman, begitu juga dengan penderitaan yang hadir sebagai tamu karena undangan kita.
Rasa bahagia saat menggelar pesta ulang tahun dan semua undangan datang juga berkat campur tangan orang lain dan diri sendiri. Tidak mungkin ada pesta kalau kita tidak mengadakan. Tidak mungkin keluarga dan kerabat datang kalau tidak diundang. Tidak mungkin pesta meriah kalau tidak ada bintang tamu seperti penyanyi misalnya.
Jadi, rasa bahagia ini sama seperti penderitaan yang datang. Rasa bahagia datang karena kita undang, rasa menderita juga datang karena kita undang.
Misal kita sedih karena putus dengan kekasih. Situasi dan kondisinya adalah kita berkomitmen dengan seseorang untuk menjalin hubungan, bisa dibilang kita mengundang seseorang untuk hadir dalam hidup kita. Namun, ketika hubungan harus berhenti di pinggir jalan dan pasangan (tamu undangan) pergi ya sudah, mau diapakan lagi? Seorang tamu sudah seharusnya berhak pulang bukan?
Kita tidak dapat menyalahkan salah satu pihak apabila suatu hubungan tidak berjalan dengan baik. Karena kita sendirilah yang turut serta menghadirkan kondisi "hubungan sepasang kekasih". Lain halnya bila kita tidak menghadirkan kondisi tersebut, pasti rasa sedih karena putus hubungan di pinggir jalan dapat tidak akan hadir.
Sama halnya apabila kesal karena ketinggalan pesawat atau kereta. Rasa kesal ini muncul karena kita sendiri yang menginginkan untuk bepergian dengan pesawat atau kereta. Sayangnya, kita sendiri yang berulah sehingga ketinggalan penerbangan. Sudah tahu jadwal pesawat terbang pukul 13.00, eh kitanya jam 12.00 masih rebahan santai. Tahu-tahu, malah macet di jalan. Ya sudah, lengkaplah penderitaan ini.
Sama juga ketika mau pergi ke suatu tempat menaiki kereta api. Sudah tahu jadwal keberangkatannya pukul 07.00, eh jam 06.00 masih tidur. Padahal jarak rumah ke stasiun sekitar 60 menit. Lengkaplah penderitaan ini.
Apabila kita menjadi marah dan kesal karena ketinggalan pesawat atau kereta, ya sudah terima saja. Toh kita sendiri yang mengondisikan penderitaan ini hadir. Kita tidak bisa menyalahkan pesawat atau keretanya karena mereka terbang dan berangkat sudah sesuai jadwal.