Hidup cuma sekedar mampir minum!
Kita barnagkali sering mendengar pepatah Jawa ini, disebutkan bahwa hidup hanya sekedar singgah untuk minum. Padahal kita tidak hanya singgah untuk minum saja karena bisa bikin kembung. Kita juga singgah untuk makan, mandi, tidur, numpang buang air, bahkan sekedar numpang jalan-jalan ke wilayah bumi yang lainnya.
Lantas, kenapa kita hidup dikatakan hanya sekedar singgah? Sebenarnya saya juga bertanya-tanya. Kenapa ya pepatah urip mung mampir ngombe?
Kalau saya telurusi berdasarkan sudut pandang paham agama Buddha, ya memang benar kita hidup cuma mampir-mampir saja. Karena dalam agama Buddha mengenal konsep hukum tumimbal lahir. Artinya, saat kita telah meninggal nantinya akan terlahir di alam berikutnya. Mau terlahir di alam manusia, dewa, binatang, atau setan, itu semua tergantung pada perbuatan yang telah dilakukan selama hidup menjadi manusia.
Bila selama hidup cuma bersenang-senang saja, tidak mau bekerja, malas, berdoa tidak pernah, ya saya tidak bisa menyimpulkan akan terlahir di alam mana nantinya. Kalau disuruh menjawab, ya sepertinya di alam dengan banyak makhluk yang malas, alam binatang misalnya. Karena kebanyakan binatang hanya makan tidur makan tidur dan tidak berkerja. Kalaupun ada binatang yang bekerja ya kebanyakan karena dipaksa manusia.
Selama hidup kita sering berdoa, banyak berbuat baik, tidak malas, senang meditasi, dan menghormat yang patut dihormati, ya sudah bisa dipastikan akan terlahir di alam bahagia. Baik itu kembali terlahir di alam manusia ataupun alam dewa.
Kalau yang terlahir di alam setan, mungkin saja selama hidup suka menghasut orang lain untuk berbuat buruk, suka marah-marah, moralnya tidak baik, dan pikirannya selalu dipenuhi hal-hal yang negatif.
Jujur saja, sebenarnya saya tidak bisa memastikan seseorang dengan perbuatan baik atau buruk nantinya akan terlahir di alam mana. Yang pasti, hukum karma berlaku di mana saja. Apa yang kita tanam, itulah yang kita tuai. Karena itu, Buddha mengajarkan kita untuk mengontrol batin, perilaku, dan ucapan. Apabila ketiga hal ini bisa dikendalikan dengan baik, secara otomatis apapun yang kita perbuat akan baik dan hasilnya juga akan baik.
Jadi, urip mung mampir ngombe memang benar. Tapi, akan lebih baik kalau kita hidup mampir minum sambil melakukan kebaikan danbisa mengendalikan diri. Supaya nantinya bisa jadi bekal untuk kehidupan selanjutnnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H