A: "Kamu Buddhis bukan sih?"
B: "Iya, emang kenapa?"
A:"Kok bunuh semut? Kasihan tahu, kalau kamu gantian dibunuh sama semut gimana?"
B: "Hah, aneh. Mana mungkin semut sekecil itu bisa bunuh aku."
A: "Jangan sepelein semut loh, kalau dia datang dengan seribu pengawalnya, bisa apa
kamu?"
B: "Lari lah."
A: "Apakah semudah itu?"
B: "Hmm, entah."
Menjadi seorang Buddhis bisa dikata gampang-gampang susah. Kita berbuat baik, nanti bisa membuahkan hasil yang baik. Kita berbuat tidak baik, nanti menghasilkan buah yang tidak baik. Ya begitulah, tapi, untuk menjadi seorang Buddhis kita tidak harus juga masuk dalam agama Buddha. Berdasarkan kepercayaan yang sudah kita miliki saat ini, kita juga bisa menjadi seorang Buddhis dengan meyakini bahkan menerapkan ajaran Buddha, yaitu ajaran welas asih, memercayai ketidakkekalan, dan percaya hukum karma.
Ada beberapa hal yang sebenarnya bertolak belakang antara pemikiran sebagai orang Buddhis dan praktiknya. Seperti larangan untuk tidak membunuh makhluk hidup. Membunuh tidak hanya diartikan sebagai menghilangkan nyawa dari makhluk hidup lainnya. Tapi juga berkaitan dengan mental orang lain. Kita bisa membunuh satu ekor semut per hari dan selama setahun tidak terasa ternyata sudah membunuh 356 ekor semut. Setiap hari kita membunuh perasaan orang lain dengan berkata kasar, kalau setahun, sudah berapa banyak perasaan dan mental orang lain yang sudah kita bunuh? Hitung saja sendiri.