Mohon tunggu...
Junaedi SE
Junaedi SE Mohon Tunggu... Wiraswasta - Crew Yayasan Sanggar Inovasi Desa (YSID)

Penulis Lepas, suka kelepasan, humoris, baik hati dan tidak sombong.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tradisi Malam Tirakatan 17 Agustus yang Hilang Ditelan Covid-19

16 Agustus 2021   20:23 Diperbarui: 17 Agustus 2021   14:00 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tradisi malam tirakatan 17 Agustus mulai hilang sudah dua tahun yang lalu. Malam tirakatan biasanya, selalu dilakukan oleh semua warga kampung ketika tanggal 16 Agustus setiap tahunnya. Malam tirakatan biasanya diisi dengan acara doa bersama untuk mendoakan arwah para pahlawan kemerdekaan Republik Indonesia, khususnya  almarhum Ir. Soekarno dan alamarhum Drs. Moh Hatta. 

Kemudian diisi dengan pidato sambutan Bupati Bantul. Juga diisi dengan lagu Indonesia Raya dan Hari Merdeka. Biasanya ditutup dengan acara pemotongan tumpeng oleh tokoh masyarakat yang diserahkan kepada warga yang tertua di kampung. 

Tetapi sudah dua tahun sejak adanya pandemi covid-19, agenda malam tirakatan menguap begitu saja, tanpa ada solusi untuk mengganti acara lain sebagai pengganti acara malam tirakatan 17 Agustus. Ada hal-hal yang penting bagi generasi penerus bangsa dalam meneladani perjuangan para pahlawan bangsa dan ucapan syukur dari semua warga kampung dapat menikmati kemerdekaan Republik  Indonesia. 

Semestinya, jangan dilarang sama sekali tetapi perlu pengawasan, pengontrolan  dan pembatasan, seandainya kegiatan malam tirakatan 17 Agustus diperbolehkan. Tetapi ketika media untuk mengungkapkan rasa syukur kepada para pahlawan tidak diperbolehkan, bisa berakibat adanya penurunan rasa nasionalisme generasi penerus bangsa. 

Sehingga alasan-alasan protokol kesehatan, seperti menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas warga bagaikan senjata yang paling ampuh dalam mengurangi angka lonjakan covid, padahal realitanya bagaimana? Apakah tidak ada solusi yang lebih bijaksana daripada sekedar tidak memperbolehkan malam tirakatan 17 Agustus.

Covid-19 memang mendekonstruksi semua pranata sosial tanpa revolusi. Semestinya, pemerintah membolehkan acara malam tirakatan 17 Agustus tetapi persyaratan misalnya hanya bagi warga yang sudah vaksin minimal vaksin yang pertama, atau bagi warga ynag sudah melakukan test PCR yang hasilnya negatif atau kebijakan apalah- apalah yang penting jangan dilarang karena ada semangat generasi penerus untuk  memperingati HUT kemerdekaan Republik Indonesia.

Saya sangat setuju dengan pendapat para ahli epidemiologi, bahwa pemerintah seharusnya fokus pada 3T Covid (testing, tracing dan treatment) dalam pengendalian pandemi covid-19. 

Daripada fokus pada ketersediaan obat dan vaksin yang belum tentu manjur.  Dan menurut saya, sepanjang untuk sapa aruh dan jaga warga, dalam menangani covid-19 semua warga sudah terbiasa dan sudah mulai pintar. Sehingga menurut saya, pelarangan acara malam tirakatan 17 Agustus bukanlah sebuah praktik baik yang telah dijalankan pemerintah. 

Malah sebaliknya, kebijakan perpanjangan PKKM level 4 malah semakin membuat daya imun tubuh warga masayarakat menurun. Karena semakin dipersempit ruang gerak warga masyarakat membuat semakin stres.  Sebaliknya, acara kumpul-kumpul warga sepanjang ada kontrol dan pengawasan, itu jauh lebih bijaksana. 

Karena dengan adanya agenda silaturahmi antar warga masyarakat dapat meningkatkan daya imun tubuh. Karena dengan bersilaturahmi, saling berbagi cerita, saling curhat dan saling bercanda hatinya menjadi senang dan bahagia. 

Kembali pada agenda malam tirakatan 17-an adalah esensi mensyukuri nikmat kemerdekaan Republik Indonesia dan mendoakan arwah para pahlawan serta menggugah semangat nasionalisme melalui lagu-lagu kebangsaan seperi  Indonesia Raya dan Hari Merdeka. Dan juga biasanya ada pekikan kata- kata : Merdeka... Merdeka... Merdeka....

(Di sudut kampung Gedangan, 16/8/2021 - JUNAEDI, S.E.)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun