Pagi itu, mas Mandasia terlihat lain tidak seperti hari - hari biasanya, wajahnya sedikit murung sesekali menampakkan pandangan kosong nun jauh disana.Â
Secara fisik nyata ada di depan saya, tetapi pikirannya seperti sedang melalang buana entah kemana?
Sampai - sampai tidak menyadarinya kalau  saya yang sedari tadi disampingnya, hingga saya menyapanya sampai tiga  kali," mas, mas, mas".
Baru pada sapaan yang ketiga agak sedikit kaget lalu menjawab dengan singkat," eh, kamu sudah lamakah di sini?" dengan nada suaranya yang agak enggan untuk bicara hari itu.
Kemudian, tanpa dikomando mas Mandasia s bercerita panjang kali lebar kali tinggi, dan saya berusaha menjadi pendengar setia, mendengarkan curhatan mas saya, seputar masa pensiunnya dari anggotaTNI.
Sebagai mantan prajurit TNI yang selalu mengagungkan semboyan Sapta Marganya, seharusnya tetap tegar menjalani masa pensiun.
Sampai istri, dan anak- anaknya bingung harus berbuat, berusaha akan memenuhi kesenangannya agar bisa mengisi hari - harinya dengan tetap beraktivitas.
Alih alih dibelilah beberapa ekor kambing dan beberapa ekor ayam, untuk bisa menemaninya di masa pensiun, hal itu pun tak mampu untuk menbakar semangat jiwa mantan prajurit  TNI iniÂ
 Sepertinya Mas Mandasia terkena post syndrome pasca pensiun.
Lain mas Mandasia, lain pula dengan yang dialami mas Ronal, sebelum masa pansiun sudah punya planning pekerjaan.
Sebagai mantan anggota TNI, tentu saja menjadi security adalah hal yang mudah dan sekaligus dapat menambah penghasilan, pertama dari gaji pensiunan dan gaji securiy yang sekarang dilakoninya.