Suatu pagi, di sudut kampung, dari sebuah warung sayur  kecil yang ga maju -- maju dari sejak istri saya kecil sampai istri saya sudah menikah dengan saya dan sampai mempunyai tiga orang anak, bermula suatu obrolan. Saya yang pagi itu, ingin makan klepon dan lopis di warung sayur milik Mbok Pur, mulai mendaratkan pertanyaan kepada Mbok Pur, "ada klepon sama lopis Mbok?" Dengan nada kurang senang terpaksa menjawab pertanyaan saya, "ga ada".
Saya mencoba mengamati raut muka mbok Pur, ketika menjawab pertanyaan saya tadi. Sambil mendengarkan Mbok Pur, cerita ngalor ngidul tentang perkembangan usaha warung sayurnya yang semakin sedikit display dagangannya.Â
Contoh kecilnya ya, cemilan favorit saya klepon dan lopis, sudah beberap hari ini, menurut penuturan Mbok Pur, tidak ada yang jual di pasar. Masih menurut Mbok Pur, sejak adanya Kebijakan PPKM pedagang ynag jualan di pasar Niten banyak yang ga berangkat, salah satunya penjual klepon dan lopis.
Sedari tadi saya menemani Mbok Pur ngobrol, tidak satu pun tetangga saya yang belanja sayur atau apalah kebutuhan lainnya, minyak sayur, rokok atau sabun mandi. Blas ga ada.Â
Padahal ketika saya baru saja hijrah dari Pemalang ke kampung Gedangan, warung sayur Mbok Pur, tidak pernah sepi dari pembeli. Hari selanjutnya, sejak kejadian pagi kemarin saya jadi tertarik untuk mengamati kenapa tetangga saya  sudah pada jarang belanja di warung  sayur milik Mbok Pur.
Beberapa tetangga saya amati, kemanakah mereka belanja sayur atau keperluan dapur lainnya. Menurut informasi istri saya, sekarang setiap bakda subuh sudah ada pedagang sayur keliling dari luar kota, konon dari Magelang, Â Jawa Tengah lumayan nun jauh di sana. Untuk membuktikan rasa penasaran saya, Â pagi ini saya sempatkan melihat -- lihat suasana bakda Subuh dari depan rumahku.
Ternyata benar adanya. Sekitar jam 05. 15 WIB, sudah ada kendaraan roda dua lengkap dengan dagangan sayur mayur dari arah timur, sesampainya di timur rumah, mulailah pedagang sayur tersebut memebunyikan klakson sepeda motornya berkali -- kali sebagai tanda kalau pagi itu bakul sayur sudah ready untuk di borong barang dagangannya.
Satu pengamatan selesai, saya lanjut duduk -- duduk di teras depan rumah saya. Setelah beberapa jam berlalu, ada lagi pedagang sayur mayur lagi, dengan kode bunyi klakson sepeda motor mirip seperti pagi tadi.Â
Pengamatan kedua selesai. Ternyata sampai siang masih ada dua pedagang sayur mayur keliling menggunakan sepeda motor seraya membunyikan klakson sepeda motor sebagai ciri khas, dan anehnya menurut saya, dari empat pedagang sayur ada yang beli semua, dan lain -- lain orangnya.Â
Ini baru dari sisi sayur mayur saja, saya penasaran dengan tetangga saya, kemana mereka belanja keperluan mandi, rokok dan sebagainya. Usut punya usut ternyata banyak yang membeli perlengkapan mandi, sepeti sabun mandi, pasta gigi, sikat gigi, shampoo, dan keperluan dapur lainnya, seperti minyak goreng, gula pasir, gula Jawa, teh, kopi dan keperluan lainnya, seperti rokok, tisu makan, dan lain -- lainnya di super market terdekat di kampung saya.