Kegelisan saya mulai mengusik alam pikiran saya ketika atlet Indonesia belum ada yang dapat meraih medali emas, di Olympiade Tokyo 2021 (baca -- 2020 yang tertunda). Bahkan info terkini, atlet cabang olah raga bulu tangkis yang digadang -- gadangkan dari nomor ganda campuran Praven Jordan dan Melati Daeva kalah dari  pasangan China, Zheng Si Wei dan Huang Ya Qiong di babak perempat final, dengan skor 17-21 dan 15-21.Â
Sebagaimana dalam artikel yang sudah saya tulis beyond blogger di kompasiana.com yang berjudul "Spirit Juara dan Sportivitas Atlet Indonesia di Olympiade Tokyo 2020. Dalam artkel yang lalu saya menyoroti terkait efisiensi dan efektifitas anggaran negara harus dikeluarkan berdasarkan dengan skala prioritas.
Seandainya kontingen Indonesia yang bertanding  tidak satu pun ada yang menyumbangkan medali emas di Olympiade Tokyo kali ini, menurut saya banyak mudharatnya mengikuti turnamen olah raga Internasional di tengah --tengah mewabahnya Coronavirus Disease -- 19.
Karena sejak 23 Juli 2021 sampai detik ini, Kontingen Indonesia baru memperoleh 2 medali, yaitu 1 medali perak dan 1 medali perunggu masing -- masing dari cabang olah raga angkat besi. Seandainya di cabang bulu tangkis, tidak ada satu pun medali emas yang bisa di raih olet atlet kita, maka sudah lengkap sudah penderitaan kita dalam bidang olah raga.
 Sudah berapa banyak anggaran negara yang sudah digelontorkan untuk mendukung prestasi di kancah ASEAN, ASIA maupun Internasional, tetapi bagaimana capaian para atlet yang di godok dalam kawah candra dimukanya Pelatnas. Sebagai orang kecil, orang desa. Sebagai warga biasa, wajar dong kalau mencoba mengkritisi terkait anggaran dan prestasi yang diraih.
 Karena sebagai rakyat awam, tahunya ketika bicara anggaran negara untuk kepentingan yang tidak atau kurang urgen, selalu mengevaluasinya dengan perspektif input dan output. Seandainya  alokasi dana anggaran yang sudah dikeluarkan oleh negara berapapun besarannya - karena bukan kapasitas saya untuk tahu lebih detail terkait alokasi dana yang untuk pembinaan atlet dan tetek bengeknya -- selalu akan dikaitkan dengan sudah berapa prestasi yang ditelurkan oleh atlet -- atlet kita, baik di kancah nasional, ASEAN, ASIA maupun internasional?
 Sekali lagi dari perspektif rakyat jelata, berapapun dana yang dikeluarkan asalkan  dapat meraih prestasi setinggi -- tingginya di bidang olah raga, maka saya tidak akan keberatatan. Tetapi ketika alokasi dana yang sudah dikeluarkan milyaran atau bahkan trilyunan dan atlet kita tidak bisa membuktikannya dengan sebuah prestasi yang setinggi -- tingginya maka,  rakyat dari kalangan apapun dan rakyat dari manapun akan merasa keberatan.
 Lebih --lebih di situasi dan kondisi sulit, di tengah -- tengah pandemi Covid -- 19, maka akan menyayangkan, keadaan  membuang sia -- sia alokasi anggaran negara tanpa diimbangi dengan prestasi perolehan medali. Sekali lagi, kegelisan yang saya rasakan jika tidak ada satupun cabor yang diikuti oleh atlet --atlet Indonesia, tidak dapat menyumbangkan medali emas.
( Dari Bantul, 28 Juli 2021, Jam 14.30 WIB -- JUNAEDI, S.E.)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H