Sebagai orang yang diberi tugas untuk memotong hewan kurban oleh panitia idul kurban takmir mushala Al Iman Gedangan, saya akan berusaha sekuat tenaga untuk menunaikan tugas tersebut dengan baik. Tetapi jujur saja, waktu saya belum pernah menyembelih sapi, biasanya hanya kambing saja. Cerita untuk idul adha, saya tulis berdasarkan pengalaman saya dan kejadian terjadi sebelum adanya pandemi Covid -- 19. Petugas penyembelih hewan kurban terpilih ada dua orang yaitu Bapak Hanafi, selaku ketua takmir mushalla dan saya sendiri.
Tiba waktu penyembelihan hewan kurban, tepatnya saya lupa kapannya yang jelas  beberapa tahun yang lalu. Saya siapkan pisau yang sudah saya asah ketajamannya. Setelah semua siap, sapi sudah direbahkan kupegang bagian kepala dekat dengan leher lalu langsung aku semebelih seekor sapi, dengan membaca bismillahi wallahu albar, ku gorok leher sapi sampai keluar darah segar mengalir ke dalam lubangan tanah yang telah di gali oleh beberapa paanitia kurban di kampung kami. Saya periksa semua urat nadi yang ada di leher sapi, siapa tahu masih ada urat yang belum putus.
Sepertinya  lancar saja, semua berjalan sesuai rencana. Setelah menunggu beberapa menit sampai saat --saat  sapi mengalami syakaratul maut, dan dapat dipastikan kalau sapi sudah mati. Kami semua dikejutkan dengan kejadian aneh bin ajaib, ternyata sapinya bisa berdiri dan belum mati. Sapi yang sudah saya sembelih walaupun agak kelimpungan berjalan tidak jauh dari lokasi penyembelihan. Akhirnya, setelah beberapa menit kemudian sapi dapat ditaklukkan oleh semua panitia kurban. Kemudian oleh salah seorang panitia, yang sudah berpengalaman diperiksalebih intensif lagi dengan teliti pada leher sapi  bekas sembelihan tadi.
Dan ternyata benar, masih ada urat kecil yang tersembunyi dibalik  kulit leher sapi yang belum putus, kemudian setelah kami berembug dengan para tokoh urat yang belum putus tadi saya potong hingga alhamdulillah, selang beberapa menit berjalan sapinya mati betulan. Kejadian seperti ini, juga pernah saya alami ketika memotong kamabing kurban beberapa tahun sebelumnya. Kambing yang saya potong, berdiri dan berlari kesana kemari,  setelah diperiksa dengan cermat, masih ada urat yang belum putus di balik kulit leher kambing kibas.Â
Kemudian oleh salah soerang panitia, kemudian diputuslah urat yang belum putus tersebut. Pengalaman kedua kalinya, ini akan jadikan pembelajaran bahwa harus cermat dan teliti dalam melakukan penyembelihan hewan kurban, baik kambing maupun sapi. Demikian cerita Idul Adha sebelum adanya pandemi Covid -- 19. Ada beberapa hal, yang perlu diperhatikan sebelum acara prosesi penyembelihan. Pisau yang digunakan harus yang tajam. Kalau bisa gunakan pisau potong tidak hanya satu biji, sediakanlah dua sampai tiga biji pisau potong yang sebelumnya diasah terlebih dahulu. Jika menggunakan lubang tanah untuk mengalirkan darah hewan kurban pastikan  cangkulan lubangnya yang dalam.
Pastikan posisi sapi dibuat senyaman mungkin, jangan sampai tidak nyaman karena berpotensi mengamuk.  Pastikan yang memegangi kaki -- kaki sapi butuh tenaga yang ekstra kuat juga dengan ikatan pada  kaki -- kakinya, biar tidak nyepak. Dalam penyembelihan haarus di lakukan dengan tenang dan pastikan semua urat -- urat leher sapi/kambing  semuanya putus. Biar kejadian yang saya alami tidak terulang kembali. Seyogyanya orang yang menyembelih adalah orang yang sudah berpengalaman dalam hal perjagalan hewan kurban.
JUNAEDI, S.E., Tim Media Yayasan Sanggar Inovasi Desa (YSID).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H