Mohon tunggu...
Junaedi SE
Junaedi SE Mohon Tunggu... Wiraswasta - Crew Yayasan Sanggar Inovasi Desa (YSID)

Penulis Lepas, suka kelepasan, humoris, baik hati dan tidak sombong.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ritual Sedekah Bagi Orang Meninggal Dunia Serupa Tapi Tidak Sama

20 Juli 2021   22:46 Diperbarui: 20 Juli 2021   22:54 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Desa mawa cara. Desa yang satu dengan desa yang lainnya punya cara berbeda. Demikian pula terkait tata cara bersedekah bagi  orang yang sudah meninggal dunia. Untuk lebih menyederhanakan tema saya ambil contoh riil yang  dilakukan oleh masyarakat di  dua kampung berbeda di Kampung Beji Gom VI, Taman,  Pemalang,  Jawa Tengah  dan Kampung Gedangan Ngireng  - ireng , Panggungharjo, Sewon, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Saya akan mencoba mereview sejak mayit sebelum dikuburkan sampai dengan peringatan  7 hari 7 malam. Secara prinsip tidak jauh berbeda, hanya sedikit ubo rampe saja yang secara teknis sedikit berbeda.

 Sebelum mayit dikuburkan, kalau di Kampung Beji Gom VI, ada ritual bayar fidyah (fidyahan) oleh ahli waris untuk mengganti sholat yang telah ditinggalkan oleh mayit semasa hidupnya. Biasanya dalam ritual ini ahli waris ditanya oleh Kyai/Ustadz  yang memimpin acara fidyahan, apakah di hitung setelah usia baligh atau seumur hidupnya. Terus nanti  ada ijab dan qabul terkait sholat fardhu harian yang ditinggalakan  oleh mayit semasa hidupnya, berdasarkan dua pilihan tadi apakah setelah baligh atau seumur hidupnya. Sedangkan di Kampung Gedangan Ngireng -- ireng tidak ada ritual fidyahan oleh  ahli waris untuk mengganti sholat yang ditinggalkan oleh mayit semasa hidupnya. Biasanya fidyah berupa beras, dengan kuantitas tertentu sesuai dengan kemampuan ahli waris.

Setelah mayit dikuburkan, kalau di Kampung Gedangan Ngireng -- ireng,  ahli waris mengeluarkan sedekah sur tanah dengan akadnya selama tiga  hari ke depan, sedekah berupa bahan makanan pokok mentah, seperti beras, telor, gula pasir teh, indomie , kecap, minyak goreng yang dimasukkan dalam besek (wadah terbuat bambu) atau plastik kresek. Ada juga yang berupa nasi gurih,oseng tempe, bakmi, sayuran mentah seperti kacang panjang, timun, gereh, dan lain sebagainya  yang dimasukkan dalam besek atau plastik kresek .  Sedangkan untuk di Kampung Beji  Gom VI, pada saat mayit dikuburkan tidak ada sedekahan, hanya ada nasi gurih yang dimasukkan dalam takir (wadah dari daun pisang)  di peruntukkan bagi siapa saja tetangga yang mau menerima nasi guih tersebut.

Untuk peringatan malam ketiga, baru ada sedekah berupa makanan pokok mentahan, seperti beras, telur, indomie, kecap, minyak, bumbu masak (royco), sedikit cemilan, yang dimasukkan ke dalam cetheng (seperti besek tapi berbahan plastik). Sedangkan di kampung Gedangan Ngireng -- ireng,  tidak ada sedekah malam ketiga karena sudah di rapel ketika sedekah sur tanah. Selanjutnya untuk peringatan malam ketujuh, untuk Kampung Beji Gom VI, ada sedekah cethengan isinya sama dengan sedekah ketika malam ketiga.

Untuk peringatan malam ketujuh, kalau di Kampung Gedangan sekaligus sebagai penutup acara sedekah berupa nasi gurih, dan makanan pokok mentahan isinya hampir sama dengan sedekah sur tanah (pertama kali) mayit dikuburkan. Sedangkan yang berlangsung di Kampung Beji Gom VI, setelah peringatan malam ke tujuh diadakan sedekahan cetheng yang berisi sama seperti ketika peringatan malam ketiga. Masih ada sedekah penutupan berupa sedekah kotak nasi kuning yang dimasukkan dalam wadah kertas kotak  putih. Bentuknya mirip nasi kotak cuma nasinya diganti nasi kuning.

Ritual yang terjadi di Kampung Beji Gom VI, sejak dikuburkan sampai penutupan biasanya diisi dengan pembacaan surat Yasin dan tahlil, baik di makam ( bakda sholat ashar)  maupun di rumah (bakda sholat maghrib atau isya). Sementara kalau di Kampung Gedangan Ngireng -- ireng , kebanyakan hanya diisi dengan pembacaan tahlil saja dan hanya dirumah (bakda sholat maghrib atau isya). Untuk penambahan bacaan Surat Yasin hanya bagi orang -- orang tertentu saja. Sementara untuk yang mengaji di makam hanya dilakukan oleh orang -- orang tertentu saja, umumnya tidak berdoa di makam.

JUNAEDI, S.E., Tim Media Yayasan Sanggar Inovasi Desa (YSID).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun