Mohon tunggu...
Junaedi SE
Junaedi SE Mohon Tunggu... Wiraswasta - Crew Yayasan Sanggar Inovasi Desa (YSID)

Penulis Lepas, suka kelepasan, humoris, baik hati dan tidak sombong.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Spirit Berbagi di Tengah Pandemi

20 Juli 2021   14:30 Diperbarui: 20 Juli 2021   14:52 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Momen perjuangan dan pengorbanan yang dialami oleh Khalilullah (kekasih Allah) Nabi Ibrahim 'alaihis salam, keluarga dan anak tercintanya, Nabi Ismail 'alaihis salam berjuang menjunjung tinggi agama Allah Subhanahu Wata'ala. Nabi Ibrahim dengan ikhlas berjuang, berkorban jiwa dan raga demi menegakkan agama Allah dengan pasrah (tawakkal) dan sabar. Intinya dalam setiap mengapai  cita -- cita besar atau kecil, diperlukan perjuangan dan pengorbanan bahkan terkadang harus melalui cobaan dan ujian dari Allah Subhanahu Wata'ala.

Salah satu pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, adalah ketika Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyembelih anak kesayangannya. Padahal sebelumnya, Nabi Ibrahim sangat mendambakan seorang anak setelah berpuluh -- tahun sejak menikahi Sarah belum juga dikarunia anak. 

Pada akhirnya beliau meminta izin kepada istrinya, Sarah,  untuk menikah kedua kalinya dengan Hajar. Dari pernikahan ini lahirlah Nabi Ismail. Hingga saat menginjak masa remaja, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyembelih anak kesayangannya itu. Nabi Ibrahim yang selalu mendahulukan perintah Allah daripada perintah lainnya, tanpa pikir panjang, beliau menjalankan perintah Allah. Dengan kuasa Allah, Nabi Ismail diselamatkan Allah dan diganti dengan domba.  Inilah salah satu hal mengapa Nabi Ibrahim 'alaihis salam mendapat gelar Khalilullah atau Kekasih Allah, yaitu selalu mendahulukan perintah Allah daripada perintah lainnya.

Peristiwa perjuangan dan pengorbanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, yang sampai sekarang diabadikan dalam setiap tanggal 10 Dzulhijah sampai dengan hari tasyrik (11-13 Dzulhijah) sebagai ibadah qurban. Dari peristiwa perjuangan dan pengorbanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ada hikmah yang terkandung di dalamnya. Pertama, agar kita sebagai muslim harus mendahulukan perintah Allah daripada perintah lainnya. 

Ibadah qurban hukumnya Sunnah Muakadah (sunnah yang sangat dianjurkan), oleh karena itu bagi muslim/muslimah yang mempunyai kecukupan rizqi, Ibadah qurban merupakan ungkapan rasa syukur kita kepada Allah Subhanahu Wata'ala atas semua nikmat yang telah Allah berikan kepada kita.

Ibadah qurban yang pelaksanannya disimbolkan dengan menumpahkan darah hewan qurban adalah petunjuk bahwa setiap shohibul qurban harus membuang jauh sifat -- sifat kebinatangan yang melekat pada dirinya, seperti sifat bengis, licik, serakah, dan egoisme. Juga petunjuk agar shohibul qurban membuang jauh penghambaan kepada sesama makhluk terutama sesama manusia, karena agama Islam hanya mengajarkan penghambaan kepada Allah. Laa ilaha illallah. Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah. Sehingga melalui pelajaran perjuangan dan pengorbanan Nabi Ibrahim, umat Islam lebih mendekatkan diri kepada Allah dan takut untuk berbuat dosa dan maksiat kepada Allah.

Terakhir di masa pandemi Covid -19, yang telah meluluhlantahkan semua aspek kehidupan manusia di dunia dari ujung barat sampai ujung timur, maka bagi shohibul qurban yang masih diberi kecukupan rizqi, disamping sebagai rasa syukur atas semua nikmat yang telah Allah berikan, terkandung hikmah agar kita lebih memikirkan saudara kita yang sedang terdampak Covid -- 19.  Berbagi hewan kepada seseorang yang terkena dampak Covid -- 19 atau saudara kita yang hidup dibawah garis kemiskinan yaitu fakir dan miskin akan lebih punya makna tersendiri dalam rangka ukhuwah islamiyah dan ukhuwah basyariyah.

Substansi beragama di era pandemi Covid -- 19 adalah khifdun nafsi (menjaga jiwa) mengalahkan ritus -- ritus dalam beragama lainnya. Konsep berbagi daging qurban di era pandemi Covid -- 19 harus difahami sebagai dua konsep yang bisa dilakukan, yaitu melakukan penyembelihan hewan qurban dengan mentaati protokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah demi untuk menjaga jiwa yang lain, dipadukan dengan sisi kemanusiaan, melalui gotong royong membantu orang lain dengan berbagi daging hewan qurban bagi semua warga yang terkena dampak pandemi Covid -- 19 dan juga warga yang hidup dibawah garis kemiskinan yaitu kaum fakir dan miskin.

Kolaborasi  dua konsep yaitu konsep tentang substansi  bergama, dan konsep tentang sosial kemanusiaan, serta mengambil hikmah dari kisah perjuangan dan pengorbanan Nabi Ibrahim 'alaihis salam sebagai spirit ibadah qurban merupakan konsep yang paling tepat di era pandemi Covid -19.

JUNAEDI, S. E., Tim Media Yayasan Sanggar Inovasi Desa (YSID).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun