Mohon tunggu...
Junaedi SE
Junaedi SE Mohon Tunggu... Wiraswasta - Crew Yayasan Sanggar Inovasi Desa (YSID)

Penulis Lepas, suka kelepasan, humoris, baik hati dan tidak sombong.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Mantan Bos Saya adalah Pebisnis Merangkap Kyai, Luar Biasa Strateginya!

10 Juli 2021   23:11 Diperbarui: 11 Juli 2021   01:00 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam dunia kerja, saya salah satu penganut pekerja nomaden, pekerja yang selalu berpindah --pindah dari tempat kerja yang satu ke tempat kerja yang lain. Dari kerja ikut bos orang Jogja, orang Jawa Timur, orang Semarang (Jawa Tengah), dan terakhir ikut sama bos dari desa sendiri. Dari beberapa bos yang pernah saya ikuti, ada satu bos yang sampai saat ini masih membekas dalam hidup dan kehidupan saya dan keluarga saya. Tentu saja saya review dari perspektif latar belakang (background) masing -- masing bos saya, ada yang waktu berstatus masih mahasiswa, ada yang seorang insinyur pertanian, ada yang sebagai pebisnis sekaligus sebagai kyai, dan  ada juga yang entrepeneur.

Coba bisa anda tebak kira -- kira yang saya ceritakan, kenapa begitu luar biasanya dan terasa 'sesuatu' yang ada di hati  saya. Iya benar, beliau adalah seorang pebisnis sekaligus kyai.  Pola pikir beliau, sangat dipengaruhi oleh konsep -- konsep agamis, islami banget deh. Maklum terlahir dari trah ulama lumayan terkenal di daerah Ngaliyan, Semarang Barat, Jawa Tengah. Pernah nyantri di Pondok Pesantren ternama di Tremas, Jawa Timur, dan memiliki guru spiritual seorang pengasuh Pondok Pesantren ternama di Cirebon, Jawa Barat. Konon, setelah mendapat restu dari guru spiritualnya, sekarang beliau mendirikan Pondok Pesantren di Batang, Jawa Tengah.

            Sebut saja, bos saya dengan inisial  Pak Kyai AL. Pada waktu itu, saya bekerja pada CV. yang telah didirikannya di sekitar Ngaliyan, Semarang Barat, Jawa Tengah. Saat itu, profesi saya sebagai  sales executive di bidang trading mebel and furniture. Dunia perdagangan mebel dan furniture adalah hal baru, new work experience bagi saya. Maklum, sebelumnya saya bekerja di perusahaan material building. Disamping harus belajar tentang product knowledge dan juga spesifikasi produk, semua saya pelajari sambil jalan.  Maklum sebagai perusahaan pendatang baru yang saingannya adalah perusahaan  yang sudah terkenal dan malang melintang di dunia mebel dan furniture, khusus untuk jenis produk aneka sofa.  

             Tentu saja, bukan pekerjaan yang mudah bagi sales seperti saya, sebagai ujung tombak dan ujung tombok perusahaan. Belum terstrukturnya, pola peningkatan kapasitas salesnya, sehingga ibarat kita perang senjatanya sangat tradisional dan sangat terbatas, sehingga bisa dengan mudah dikalahkan oleh kompetitor yang sejenis.  Tetapi namanya juga pebisnis yang merangkap kyai, jadi strategi bisnis yang di jalankan juga tidak lepas dari konsultasi dengan guru spiritualnya. Ketika omset turun yang dilakukannya adalah mujahadah dengan santri -- santrinya.  Setahu saya, Pak Kyai AL punya anak asuh yang  terdiri dari anak yatim dan anak miskin, yang semuanya di biayai sekolah sampai tingkat pergururan tinggi (S1), bahkan jika anaknya pandai sampai berlanjut ke jenjang S2.  Suatu ketika, saya beserta tim sales se - Jateng  dan DIY rapat evaluasi terkait strategi penjualan satu bulan yang berlalu dan rencana strategi penjualan untuk satu bulan yang datang. 

               Karena posisi saya dengan kantor jauh, maka saya hanya berkewajiban ngantor sebulan sekali, untuk monitoring dan evaluasi sekaligus penerimaan gajian bulanan. Waktu itu, kami semua tidak menyangka kalau ternyata rapat bulanan kala itu akan di hadiri oleh Pak Kyai AL. Setelah di beri waktu oleh Sales Manager, Pak Kyai AL menyampaikan tentang konsep marketing langit. Kuncinya adalah Tauhid, percaya dan iman kepada Allah SWT. Tidak ada kata sulit dalam konsep marketing langit. Karena kita di bantu oleh pasukan langit, syaratnya percaya dan iman akan ketetapan Allah SWT dan sebagai sales syaratnya adalah kejujuran, karena pasukan langit tidak meridhai orang yang tidak jujur. Ketika dibuka sesi tanya jawab, ada salah seorang yang mengeluhkan terkait model dan harga sofa model tertentu, jika dibandingkan dengan kompetitor sejenis.

Secara logika nalar, apa yang dikatakan teman saya memang demikian kenyataannya. Tetapi hal itu, langsung ditanggapi oleh Pak Kyai AL, terkait dengan pemahaman tauhid teman saya. Bahkan teman saya sampai terpojok ketika Pak Kyai AL berkomentar, "berarti sampeyan tidak percaya dengan rizqi Allah, kalau sampai sampeyan tidak bisa menjual sofa yang mahal. Semua sudah diatur oleh Allah SWT. Rizkinya sampeyan sudah ditentukan oleh Allah melalui jualan sofa yang mahal. Tidak ada yang angel, dan  tidak ada yang tidak mungkin serta tidak ada kata tidak bisa kalau kita menggunakan strategi marketing langit. Semua bisa terjadi atas kehendak Allah SWT." Kuncinya satu adalah yakin dan percaya, kalau rizqi itu yang mengatur adalah Allah SWT bukan dari dari calon toko mebel yang akan membeli produk kita. Seandainya sales sampai closing produk itu sudah diatur oleh Allah SWT, bukan karena kepintaran sales dalam menjual atau bukan juga karena ketertaritan toko mebel pada produk kita. Semuanya sudah diatur oleh Allah SWT. Dalam hati saya, wow luar biasa Pak Kyai AL. Selama ini, saya baru menemukan pebisnis yang menggunakan strategi marketing langit. Luar biasa. Menginspirasi bagi sales yang islami.

JUNAEDI, S.E., Tim Media Yayasan Sanggar Inovasi Desa (YSID).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun