Mohon tunggu...
Junaedi SE
Junaedi SE Mohon Tunggu... Wiraswasta - Crew Yayasan Sanggar Inovasi Desa (YSID)

Penulis Lepas, suka kelepasan, humoris, baik hati dan tidak sombong.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Husnudzan kepada Allah SWT di Era Pandemi Covid - 19

10 Juli 2021   18:50 Diperbarui: 10 Juli 2021   19:04 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Cemas menurut KKBI adalah tidak tentram hati ( karena khawatir, takut), gelisah. Lawan kata cemas adalah tentram hati ( tidak khawatir, tidak takut), tidak gelisah. Cemas berlebih disebabkan karena seseorang tidak mampu untuk mengendalikan hati, jiwa, mental psikis atau energi negatif, sehingga berakibat terlalu terbawa emosi jiwa dan cenderung gegana (gelisah, gundah dan merana).  Bagaimana cara  untuk mengatasi cemas berlebih, kita kembalikan kepada Sang Pencipta, Allah SWT. Berusaha berpositif  thinking (husnudzan) kepada Allah SWT, beriman kepada Allah  SWT dan  taqdir Allah SWT (qadarullah), adalah pengamalan ilmu tauhid ubudiyah kita kepada Allah SWT. Berusaha  memahami firman Allah dalam QS Al Baqarah ayat 155, yang artinya : "Sungguh Kami akan menguji kalian dengan sebagian rasa takut, rasa lapar serta kekurangan harta, jiwa, dan buah -- buahan. Dan berikan kabar gembira kepada orang  yang sabar."

Kalau kita kaji lebih mendalam lagi kandungan dari isi QS Al Baqarah ayat 155, kuncinya adalah dibalik ujian ada kabar gembira bagi orang yang sabar.  Kesabaran dan ketenangan seorang muslim/muslimah dalam menerima ujian dalam rangka untuk naik kelas menjadi orang yang muttaqin akan mendapat kabar gembira, inilah kata kuncinya.  Berusaha  tenang dan sabar dalam menghadapi semua problema hidup. Karena lawan dari tenang, sabar adalah cemas, khawatir, gelisah ada  intervensi perbuatan setan di dalamnya, yang menggoda manusia melalui hati, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia (alladzii yuwaswisu fii shuduurinnaas). Jangan lupa kita harus istiqamah berdoa kepada Allah SWT dengan lafadz : "Yaa muqallibal qulub tsabbit qalbi 'alaa diinika", artinya :"Wahai Dzat Yang membolakbalikkan hati, teguhkanlah hatiku senantiasa diatas agama-Mu'. 

Jangan tinggalkan shalat, dalam situasi dan kondisi bagaimana pun, senggang maupun sempit, dalam keadaan banyak rizqi maupun sedikit rizqi, dalam keadaan sehat maupun sakit. Shalat adalah tiang agama, jangan sampai tiang agama runtuh dikarenakan sebagai muslim/muslimah meninggalkan shalat. Dan jangan lupa pula setelah shalat, berdzikirlah kepada Allah (dzikrullah). "Dan ingatlah, dengan mengingat Allah hati akan menjadi tenang". Kata kuncinya lagi, jika ingin hati menjadi tenang maka perbanyaklah berdzikir kepada Allah dengan kalimah thayyibah, seperti Tahlil (Laa ilaha illallah), Tasbih (Subhanallah), Tahmid (alhamdulillah), Takbir (Allahu akbar), Hauqalah (Laa haula wala quwwata illa billahil 'aliyyil 'adhiim), Istighfar (Astaghfirullahal'adhiim), dan Sholawat Nabi.

Jangan lupa bahagia. Senangkanlah hati, dengan tertawa, bercanda dengan teman -- teman. Carilah teman yang suka memotivasi hidup dan suka menghibur diri anda. Bergaulah dengan teman -- teman yang memiliki aura positif  akan hidup dan suka husnudzan kepada Allah SWT dan husnudzan kepada orang. Sekali -- kali ajak keluarga refreshing ke obyek wisata, atau ajaklah  berolah raga bersama seperti joging, lari -- lari dan bersepeda bersama sebagai quality time. Demikian juga, dalam menghadapi situasi dan kondisi pandemi Covid - 19 yang penularan semakin menggila, tidak perlu cemas berlebih.  Cara mengatasinya sama seperti yang saya paparkan di atas disesuaikan dengan konteks realitas di lapangan . 

Intinya, harus tetap  husnudzan kepada Allah SWT, bahwa Allahlah yang menentukan jalan  terbaik bagi semua ciptaan -- Nya. Sebagai makhluk ciptaan -- Nya kita diwajibkan untuk selalu berihtiyar dengan mematuhi protokol kesehatan 5M yaitu memakai masker, mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan mengurangi mobilitas. Sebagai tetangga yang baik, salurkan energi positif kepada tetangga kita  dengan saling memotivasi diri,  saling menghibur diri, , saling mengedukasi dan menyikapi realitas yang ada terkait  bencana Covid -- 19 secara bijaksana  dan dewasa, dengan mengutamakan gotong royong dan bekerja sama antarwarga kampung  apabila ada salah seorang tetangga kita yang terpapar positif Covid -- 19,   menginfakkan sedikit pemikiran, waktu, tenaga dan uang untuk membantu beban yang ditanggung tetangga kita yang sedang sedang diuji oleh Allah SWT.

Setelah semua ihtiyar sudah dilakukan, yang  terakhir kita lakukan adalah berpasrah diri (tawakkal 'alallah) dengan berdoa bersama keluarga sesuai imbauan Pemerintah dengan melakukan  "PFH (Pray From Home)"  meminta kepada Allah agar Covid -- 19 segera diangkat dari bumi Indonesia dan semoga warga negara Indonesia selamat dari Covid -19.   Tak perlu cemas berlebih, karena dalam cemas berlebih ada bujuk rayu setan. Hadapilah semua dengan senyuman dan keluarkanlah inner beauty yang kita miliki untuk meningkatkan daya imunitas tubuh.

JUNAEDI, S.E., Tim Media Yayasan Sanggar Inovasi Desa (YSID).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun