Jika saya ditanya  siapakah orang yang pantas menyandang gelar pahlawan kemanusiaan  pada saat situasi dan kondisi era pandemi Covid -19, pasti saya jawab dengan tegas dan lantang  :  relawan pemakaman jenasah Covid -19. Karena relawan ini dengan ikhlasnya menyumbangkan fikiran, waktu dan tenaganya demi alasan kemanusiaan, dan kewajibannya sebagai sesama manusia di hadapan Allah dengan  mensholatkan dan menguburkan jenasah Covid - 19, walaupun nyawa taruhannya karena relawan ini, yang berinteraksi secara langsung dengan jenasah positif Covid -19.
Seperti yang dilakukan oleh warga Desa Panggungharjo yang tergabung dalam satu wadah lembaga desa yang bernama Forum Penanggulangan Risiko Bencana (FPRB) Desa Panggungharjo. Bertindak sebagai ketua adalah Bapak Drs Munawar Yasin. Membawahi semua warga desa dari 119 RT, 14 Padukuhan Se- Kalurahan Panggungharjo, yang bersedia dengan ikhlas mendarmabaktikan (menginfakkan) waktu dan tenaganya  demi  aktivitas  kegawatdaruratan termasuk bencana Covid -- 19.
Menurut informasi yang saya peroleh, bahwa untuk pemakaman satu jenasah Covid -- 19, SOPnya adalah dilakukan oleh semua anggota FPRB Desa Panggungharjo sekurang -- kurangnya 17 warga. Tentu saja, tim ini sudah menjalani pendidikan dan pelatihan pemakaman jenasah Covid - 19. Â Selanjutnya sebagai apresiasi dan penghargaan terhadap kerja ikhlas FPRB Desa Panggungharjo, saya mencoba menuliskan beberapa catatan dari dua orang warga yang selama tergabung sebagai anggota FPRB Desa Panggungharjo.
Bukan bermaksud untuk menakut -- nakuti semua orang, dalam malah sebagai edukasi dan motivasi kepada semua orang, Â bahwa atas dasar kemanusiaan, menjaga jiwa dan raga yang lain mereka tampil di garda depan ikut membantu tenaga kesehatan, masyarakat dan Pemerintah. Saya akan mencoba mereview dari perspektif sumber daya manusia (sdm) atau lebih kepada personil anggota FPRB selama bertugas sebagai petugas pengubur jenasah Covid -- 19, dari perspektif hal -- hal yang ringan atau bersifat serba -- serbi, bisa juga terkait suka dan duka ketika memakamkan jenasah Covid -- 19.
Dari sumber yang dapat dipercaya, dua orang tersebut bernama Yanto (berasal dari Padukuhan Ngireng --ireng ) dan WG ( berasal dari Padukuhan Jaranan) yang saya kumpulkan menjadi sebagai berikut :
- Sebagai warga desa motivasi mereka sebagai relawan FPRB Desa Panggungharjo adalah tolong menolong kepada sesama manusia yang sedang menerima musibah dari Allah SWT, mereka ikhlas tanpa mengharapkan imbalan apapun. Mereka percaya bahwa menguburkan jenazah adalah fardhu kifayah, untuk menggugurkan kewajiban warga desa Panggungharjo yang lain. Semata --mata niatnya adalah ibadah kepada Allah, dan harapannya adalah pahala dari Allah SWT. Disamping itu, mereka senang dapat berssilaturahmi dengan teman -- teman relawan yang mempunyai misi dan visi yang sama, seklaligus dapat memperat silaturahmi diantara mereka.
- Untuk saling memotivasi antarsesama anggota FPRB dalam menjalankan tugas kemanusiaan bersama, untuk pakain APD yang bagian belakang ditulisi kata -- kata penyemangat antaranggota mulai dari kata --kata serius sampai lucu -- lucuan,  misalnya "kuat kita bersinar", "relawan kebak tresna", "bocahe Silvy"  tujuannya untuk sedikit mengalihkan perhatian biar tidak  tegang dan mencekam  dengan situasi dan kondisi di waktu tertentu.
- Ada salah satu relawan yang jatuh ke dalam liang lahat dikarenakan tanahnya longsor akibat di sebelahnya adalah liang lahat baru. Â Ada juga yang sempat kerasukan ketika jenasah sudah dimasukkan ke liang lahat, lha ketika jenasah mau diadzani sampai selesai adzan belum sadarkan diri, Â Sadarnya setelah kumandang adzan selesai dilantunkan.Â
- Ada juga cerita dari salah satu anggota relawan yang waktu itu bertugas mengambil jenasah di RS Sarjito. Ketika berada dalam perjalanan pulang, ketika melewati jalanan halus dan rata tanpa ada gronjalan, tiba -- tiba terdengar bunyi sendiri  dari peti jenasah Covid - 19 .
- Menurut SOP pemakaman jenasah Covid minimal dibantu 17 anggota relawan, terkadang posisi mobil ambulance sudah otw menuju pemakaman  tapi jumlah personilnya kurang, akhirnya harus telpon sana telpon sini, grubyak-grubyuk cari anggota yang standby dan sudah siap di rumahnya masing  - masing.
- Terkadang untuk memecahkan suasana agar tidak tegang dan spaneng, suka ada tingkah lucu --lucu dari anggota relawan, seperti joget -- joget bareng. Ada juga relawan yang menawari jasa terapi  listrik gratis, bagi anggota relawan lainnya lumayan bisa sekedar recovery badan dari capai dan penat, sekaligus bisa sambil mendengarkan musik dangdut lewat head seat dari telepon genggam yang dibawa relawan di sela -- sela jeda antara pemakaman satu ke pemakaman berikutnya.
- Menurut mereka ada hal yang terkadang membuat mereka sedikit marah kepada warga yang tidak percaya adanya Covid -- 19 dan berusaha memprovokasi warga lainnya untuk tidak mengikuti protokol pemakaman jenasah Covid -- 19, seakan -- akan tidak menganggap keberadaan relawan pemakaman jenasah Covid -19 dan tidak mau menuruti protokol kesehatan yang sudah ditentukan oleh Pemerintah.
Saya angkat topi pada semua anggota relawan FPRB Desa Panggungharjo, dengan dedikasi dan loyalitas sebagai warga negara Indonesia yang baik, telah menyumbangkan semua fikiran, waktu dan tenaga untuk melancarkan prosesi pemakaman jenasah Covid - 19 atas dasar kemanusiaan. Teruskan perjuanganmu saudaraku para relawan FPRB Desa Panggungharjo. Semoga Allah meridhai semua amal sholih/sholihah panjenengan semua. Panjang Umur Perjuangan Para "Pahlawan Kemanusiaan".
JUNAEDI, S.E., Tim Media Yayasan Sanggar Inovasi Desa (YSID).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H