Mohon tunggu...
Junaedi
Junaedi Mohon Tunggu... Lainnya - Pencangkul dan Penikmat Kopi

Lahir dan tumbuh di Wonosalam, kawasan pertanian-perkebunan dataran tinggi di Jombang bagian selatan. Seorang pencangkul dan penikmat kopi. Dapat ditemui di www.pencangkul.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tulisan Saya yang Berjudul "Apa Jadinya Kalau Pak Haji 'Menipu' Pastor?" Tendensius dan Memecah-Belah?

20 Juli 2011   02:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:32 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1311130127389218916

SAYA tak menyangka kalau tulisan yang saya posting beberapa hari lalu dengan judul "Apa Jadinya Kalau Pak Haji 'Menipu' Pastor?" mendapat tanggapan yang lumayan banyak dengan jumlah klik hingga saya memposting tulisan ini mencapai 3199 klik, dengan lebih dari 50 komentar. Rata-rata komentar yang diberikan "pro" dengan tulisan saya, meskipun merasa saya "tipu". Hanya ada dua komentator yang agak "kontra" dengan tulisan itu.

Pertama, dia mengatakan tulisan saya sangat tendensius. Kenapa yang "menipu" hanya Pak Haji? Sungguh saya tak bermaksud demikian (punya tendensi), saya sekadar berbagi pengalaman persahabatan yang kami lakukan diantara perbedaan-perbedaan yang ada. Tak ada maksud apa-apa. Kalau toh Pak Haji sering "menipu" Pastor dalam permainan itu, itu realitas yang terjadi. Pastor bisa juga "menipu" dengan pengembalian yang "tak terduga" yang kadang juga menyulitkan Pak Haji. Namun, seperti dalam tulisan saya itu, intensitas pengembalian yang "menipu" yang dilakukan tandem saya yang Pastor itu seringkali nyangkut jaring atau net atau bahkan keluar area permaian. Jadi dalam permainan kami, Pak Haji-lah yang sering menipu Pastor dan saya, cuma kalau shuttlecock itu diarahkan ke Pastor seringkali mematikan dan tak bisa dikembalikan tandem saya itu, sebab Pastor sulit mengantisipasinya. Biasalah dalam pertandingan badminton ganda seperti ini, pihak yang lemah akan menjadi sasaran pengembalian atau serangan. Kedua, ada lagi komentator yang tak jelas identitasnya, baru mendaftar dikompasiana, tak ada foto, tak ada postingan yang dihasilkan, kecuali komentar dilapak saya dan mungkin juga dilapak lain. Begini komentarnya: "maksudnya artikel ini apa nih… ada maksud tersembunyi nih… ente mau nunjukin kalo budaya tipu menipu antar agama tu bikin rame gitu…? ente mau nunjukin kalo haji tu suka nipu dalam dakwahnya gitu, terus giliran pastor membalas tipuan itu gitu maksudnya ya..? artikel ente bukannya bikin damai malah bikin gerah… ente mau mecah belah persatuan indonesia, ga usah bawa-bawa permainan badminton dah.." Kayaknya komentator ini jelas belum membaca tulisan saya, kalau pun sudah membaca, sepertinya baru "sekadar membaca" saja, seperti saya ketika membaca buku "ini budi ini ibu budi"  waktu pertama masuk sekolah dasar dulu. Dalam tulisan saya, mana ada yang nunjukin budaya tipu-menipu antar agama, dan siapa juga yang menulis tentang isu agama. Saya menulis tentang permainan badminton, dan "tipu-menipu" dengan pukulan, cop, atau drop shot itu wajib dilakukan. Kalau tidak dilakukan malah "lucu". Yang tidak boleh kami lakukan adalah misalnya, mengatakan shuttlecock yang keluar tapi kita menilainya masuk, atau tindakan-tindakan yang tidak fair play lainnya. Apa juga hubungannya dengan memecah-belah persatuan. Justru model komentator yang tak jelas jluntrungan-nya atau identitasnya inilah yang suka menghasut dan menebar kerusuhan dan kedurhakaan di muka bumi. Jadi demikian tanggapan saya untuk yang "kontra" dengan tulisan saya. Sekali lagi sungguh tak ada maksud atau tendensi lain, selain sekadar berbagi kisah atau cerita. Perkara ada hikmah atau tidak, silahkan menerjemahkan dengan kemampuan Anda sendiri! Inilah tulisan itu: Apa Jadinya Kalau Pak Haji 'Menipu' Pastor?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun