Mohon tunggu...
Junaedi
Junaedi Mohon Tunggu... Lainnya - Pencangkul dan Penikmat Kopi

Lahir dan tumbuh di Wonosalam, kawasan pertanian-perkebunan dataran tinggi di Jombang bagian selatan. Seorang pencangkul dan penikmat kopi. Dapat ditemui di www.pencangkul.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Syi’ir Gus Dur yang Makin Menyihir

10 September 2011   20:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:04 1871
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

adibsusilasiraj.blogspot.com

SAYA memang sungguh ‘keterlaluan’, betapa tidak, hampir setiap hari saya melewati jalan raya Tebuireng sekaligus ‘menikmati’ kemacetannya akibat tumpah ruah massa yang akan berziarah ke makam mantan Presiden RI ke-4 KH. Abdurahman Wahid atau Gus Dur, tak tahu kalau di kawasan ini dijual VCD ‘album’ Gus Dur yang sejak awal tahun ini mulai booming dan menghiasi radio-radio di Jombang dan sekitarnya.

Memang sejak Gus Dur meninggal dan dimakamkan di Tebuireng, banyak orang yang berdatangan ke Tebuireng, yang awalnya memang sudah ramai, untuk meraih peruntungan dengan berbagai profesi, mulai menjadi penjual makanan, pernak-pernik peziarah, souvenir, buku-buku, bahka ada yang menjadi pengemis. Tak ketinggalan, banyak juga yang berjualan VCD tentang Gus Dur.

Perihal VCD ini, awalnya saya mengerti yang mereka jual adalah VCD tentang detik-detik pemakaman Gus Dur yang memang banyak diminati orang. Dan lagi, semua orang boleh menjual dan memproduksinya sendiri, yang tentu saja dengan kualitas “harap maklum”. Namun, pengetahuan saya ternyata terbatas, sebab yang sekarang dijual tak sekadar VCD yang saya duga sebelumnya, tetapi juga ada VCD ‘album’ Gus Dur yang saat ini semakin booming dan semakin menyihir.

Betapa tidak, dalam waktu sekitar enam bulan terakhir ini, intensitas radio-radio di Jombang dan sekitarnya semakin meningkat dalam memutar ‘album’ Gus Dur yang berupa syi’ir yang saya sendiri tak tahu, itu ciptaan Gus Dur sendiri atau ciptaan orang lain. Apalagi waktu ramadhan kemarin , setiap jeda acara, menjelang maghrib ataupun selepas subuh seringkali radio memutar syi’ir Gus Dur ini. Dengan suara yang khas ‘Gus Dur Banget’, terasa benar makna yang “mendalam” dalam syi’iran itu. Dengan pesan-pesan moral yang sangat ‘mendinginkan’ sekaligus mungkin sangat ‘memanaskan’. Bait-bait yang menarik perhatian saya adalah:

Akeh kang apal Qur'an haditse Seneng ngafirke marang liyane Kafire dewe gag di gatekke Yen isih kotor ati akale

Gampang kabujuk nafsu angkoro Ing pepaese gebyare ndunyo Iri lan meri sugihe tonggo Mulo atine peteng lan nisto

Terjemahan bebasnya kurang lebihnya:

Banyak yang hafal al qur’an dan hadistnya Senang mengkafirkan yang lain Kafirnya sendiri tak diperhatikan Kalau masih kotor hati dan akalnya

Mudah tertipu nafsu angkara Oleh perhiasan gebyarnya dunia Iri dan dengki terhadap kekayaan tetangga Itulah makanya hatinya gelap dan nista

Untuk syair lengkapnya ini saya tampilkan di sini, kalau saya nilai Gus Dur menggunakan bahasa Jawa ngoko andhap (mudah-mudahan istilah saya ini benar), bukan bahasa Jawa ala Jombangan yang selama ini sering dipakai Gus Dur. Bagi yang tak mengerti bahasa Jawa silahkan belajar pada orang Jawa yang benar-benar Jawa yang saya yakin tersebar dihampir seluruh pelosok nusantara:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun