[caption id="attachment_237876" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber: visijobs.com"][/caption] SAAT ini kemajuan pembangunan ekonomi yang dicapai belum memberikan manfaat merata bagi sebagian penduduk terutama yang tinggal di desa. Boleh saja para pejabat dan politikus bicara bahwa pertumbuhan ekonomi kita signifikan dan berada pada jalur yang benar. Tetapi masalah ketimpangan kesempatan kerja dalam pembangunan di Indonesia, utamanya antara kawasan pedesaan dan perkotaan, tetap menjadi isu krusial dan aktual pada saat ini. Kalau kita cermati, terutama di kawasan pedesaan, persoalan utamanya berawal dari kesenjangan antara perkembangan angkatan kerja dengan kemampuan berbagai sektor perekonomiannya dalam menyerap tenaga kerja. Misalnya saja, berkurangnya kesempatan kerja di sektor pertanian akibat menyempitnya lahan-lahan pertanian dan perkembangan teknologi yang semakin menggeser sumberdaya manusia sebagai tenaga kerja di pedesaan. Implikasi dari hal ini mereka akan beralih ke dunia yang lebih formal di luar pertanian. Tak menjadi masalah jika mereka mempunyai pendidikan dan keahlian yang memadai. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa aka nada banyak kendala dalam peralihan profesi seperti ini. Tak hanya terkait dengan tingkat pendidikan dan keahlian saja, tetapi juga dengan masalah kendala budaya baru dalam memasuki pasar tenaga kerja non pertanian terutama yang berada di perkotaan. Salah satu alternatif pemecahan masalah kesempatan kerja di pedesaan tersebut adalah dengan mengembangan industri kecil, terutama yang berbasis lokal dan/atau pertanian. Kenapa harus industri kecil? Industri kecil relatif tidak menuntut persyaratan tenaga kerja yang berkeahlian dan berketerampilan tinggi, sehingga diharapkan industri kecil dan skala rumah tangga dapat dikembangkan di pedesaan yang tingkat pendidikan dan kemampuan ekonominya relatif rendah. Disamping itu, industri kecil yang berbasis pertanian juga mempunyai potensi dalam mendinamisasikan perekonomian pedesaan. Selain itu, industri kecil di pedesaan diharapkan mampu memotivasi kreatifitas dan menampung tenaga kerja bagi masyarakat desa. Setidak-tidaknya mampu meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara adil dan merata dengan memanfaatkan sumber daya alam dan manusia yang ada. Efek positif berikutnya, tentu saja akan mampu menarik partisipasi masyarakat ekonomi lemah agar berperan secara aktif dalam pembangunan sehingga kesempatan kerja dan memperoleh pendapatan semakin tinggi. Dengan demikian, maka industri kecil sesungguhnya bisa menjadi jembatan dalam pengembangan pendapatan dan penampungan tenaga kerja di pedesaan serta untuk mensejajarkan peranannya dengan sektor-sektor ekonomi lainnya. Meskipun demikian, harus diakui bahwa perkembangan industri kecil selama ini belum mampu menyamai laju pertumbuhan tenaga kerja, tetapi setidaknya industri kecil telah menjadi tumpuan harapan bagi masyarakat banyak untuk menciptakan lapangan kerja. Apabila industri kecil dan skala rumah tangga di pedesaan merupakan pekerjaan pokok dan milik sendiri, maka pendapatan atau penghasilan yang mungkin diterima pelakunya akan semakin besar. Akan tetapi bila sebagai pekerjaan sampingan atau hanya sekadar mencari upah pada orang lain, menyebabkan penghasilan yang diterimanya semakin kecil dan mungkin hanya sebagai penutup berbagai kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Dengan terpenuhinya semua kebutuhan masyarakat, secara otomatis sektor industri kecil menjadi wahana peningkatan taraf hidup atau kesejahteraan masyarakat di pedesaan. Dengan berkembangnya industri kecil, tentu saja akan mengakibatkan keanekaragaman produk dan hasil lainnya yang menyebabkan berubahnya pola konsumsi dalam masyarakat di pedesaan. Apabila sebelumnya konsumsi awalnya terbatas pada beberapa jenis barang saja, tetapi setelah industri kecil berkembang, pola konsumsi masyarakat desa pun menjadi beranekaragam sesuai dengan selera dan produk yang dihasilkan. Keanekaragaman hasil industri kecil di masyarakat desa mengakibatkan turunnya harga-harga barang konsumsi akibat terjadinya persaingan yang ketat dan turunnya harga-harga tersebut akan menguntungkan para konsumen yang berekonomi lemah atau masyarakat kecil, yaitu karena dapat terjangkau apabila ingin mengkonsumsi barang-barang tersebut. Tantangan Tantangan yang dihadapi industri kecil secara umum adalah pada kelemahan manajerialnya. Hal ini terjadi baik pada organisasi yang dibentuk, perencanaan, pemasaran, maupun pada kelemahan administrasi keuangan. Menurut Booth dan Mc Crawley (1990), setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu dicermati dalam membangun industri kecil seperti ini. Pertama, sikap dasar pengusaha ditandai oleh pendekatan otokratik. Hal ini dapat dilihat dari pimpinan perusahaan yang mempunyai kebutuhan sangat rendah akan informasi dari orang lain, mutu kepemimpinan dan inisiatif dari rekan kerja, dan memberikan ruang partisipasi bagi rekan kerja dalam pengambilan keputusan. Kedua, kurangnya ketrampilan dasar yang diperlukan untuk mengelola suatu usaha agar berhasil. Kekurangan ini di semua bidang dunia usaha, tetapi bukan pengetahuan yang baik mengenai produk, atau metode pembuatannya karena kedua hal inilah sebenarnya yang mendorong pengusaha untuk berdiri sendiri. Ketiadaan atau kekurangan pengetahuan ini dapat dilihat di berbagai aspek, seperti administrasi, keuangan, pemasaran, distribusi, pengelolaan sumber daya, dan sebagainya. Lebih lanjut hal ini akan membuat pihak investor atau bank tidak bersedia menyediakan kredit. Artinya pengusaha kecil akan tetap kesulitan dalam usahanya meningkatkan modal untuk perluasan dan pembesaran modal dan produksinya. Ketiga, keengganan pengusaha kecil untuk mencari informasi tentang lembaga-lembaga yang dapat membantunya. Juga keengganan pengusaha-pengusaha kecil menjadi anggota atau perserikatan-perserikatan bebas lainnya dalam ekonomi, termasuk juga mengikuti pelatihan-pelatihan terkait. Ciri-ciri industri kecil di Indonesia yang seperti ini hampir merata ada di seluruh desa-desa yang ada. Jadi ini harus menjadi perhatian utama jika ingin membangun industri kecil di kawasan pedesaan. Singkatnya, hal terpenting untuk diupayakan adalah perlunya penguatan kelembagaan ekonomi kecil tersebut. Sehingga, masalah yang dihadapi industri kecil di pedesaan dapat direspon sesuai dengan karakter industri itu sendiri. Semoga! Tulisan Terkait: Membongkar Akar Krisis Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H