Mohon tunggu...
Junaedi
Junaedi Mohon Tunggu... Lainnya - Pencangkul dan Penikmat Kopi

Lahir dan tumbuh di Wonosalam, kawasan pertanian-perkebunan dataran tinggi di Jombang bagian selatan. Seorang pencangkul dan penikmat kopi. Dapat ditemui di www.pencangkul.com

Selanjutnya

Tutup

Nature

Asyiknya Bisa Menikmati Lidah Mertua

15 Agustus 2013   09:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:17 5630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

TAK saya sangka, entah mengapa ketika menikmati liburan lebaran beberapa hari yang lalu, mata saya tiba-tiba tertuju pada tanaman yang sekitar 6 tahun lalu saya tanam di halaman rumah (orang tua). Tanaman dengan warna hijau dan ada garis kuning di tepi daunnya itu, bersama tanaman gelombang cinta dan anthurium, ketika itu harganya cukup melangit. Saya mendapatinya ketika memperoleh beberapa rumpun seharga 6o.ooo rupiah. Sekali lagi hanya beberapa rumpun. Dari beberapa rumpun itu, saat ini jumlahnya sudah bejibun. Sebagian besar sudah ada yang dipindah ke lahan lain, sebagian diminta teman-teman terutama dari luar daerah yang sedang bertamu ke rumah, bahkan sebagian terpaksa dipotong ketika memunculkan tunas-tunas baru, karena sudah terlalu rapat. Sebenar di halaman juga ada tanaman seperti itu, namun corak dan warnanya berbeda, dan kalaupun dijual nyaris tak laku atau tak ada harganya. Beda dengan yang ada garis kuning di tepinya, harganya memang cukup mahal ketika itu. Saya tertarik menanam bukan untuk membudidayakan lalu menjualnya, tetapi memang terarik saja mengikuti tren teman-teman di kampung yang ketika itu (tahun 2007) antusias membudidayakan aneka bunga. Selain itu, tanaman itu saya gunakan sebagai pembatas atau pagar antara halaman rumah dengan pekarangan sekaligus mencegah air hujan menggerus tanah yang memang miring dan berterasering itu. [caption id="attachment_259693" align="aligncenter" width="416" caption="Lidah Mertua (Dok. Pribadi)"][/caption] Nama tanaman yang saya tanam itu di kampung saya biasa disebut dengan lidah mertua. Ada juga yang menyebutnya pedang-pedangan, karena daun-daunnya memanjang menyerupai pedang. Meskipun demikian, sekarang sudah banyak sekalian variannya, tidak hanya dengan daun memanjang, tetapi juga dengan bentuk-bentuk yang unik dan mini. Untuk nama populernya yang lain, yang sering muncul dibuku-buku ilmu pengetahuan alam adalah sansevieria. Lidah mertua ini merupakan salah satu tanaman hias yang sering ditanam di luar ruangan maupun di dalam ruangan. Cara menanam dan perawatannya juga sangat mudah dan tidak “rewel”. Bahkan jika musim kemarau pun, seminggu tidak disiram masih tahan. Jadi sangat cocok bagi yang suka tanaman hias tetapi sering lupa dan/atau malas merawatnya. Demikian juga dengan pengembangbiakannya. Sangat mudah. Bisa melalui pemisahan tunas-tunas barunya yang muncul di sekitar rumpun, atau bahkan bisa juga dengan memotong kecil-kecil daunnya dan “disemaikan” atau ditancapkan (stek) pada tanah yang gembur, cukup air, dan di bawah naungan atau sedikit sinar matahari. Beberapa minggu berikutnya dari daun-daun yang di potong ini akan memunculkan akar-akar baru dan tentu saja dengan tunas-tunas kecil. Bahkan untuk cara kedua ini, hasilnya bisa tercipta tanaman lidah mertua yang unik dan super mini yang tidak sama dengan indukannya. Lidah mertua yang mini dan unik ini sangat cocok ditaruh di pot dan diletakan di ruangan. Seringkali saya melihat tanaman ini diletakan di meja-meja perkantoran, bank, dan meja-meja di lobi hotel. Selain mudah ditanam dan dikembangkan, ternyata tanaman ini juga kaya manfaat. Seperti yang saya kutip dari properti.kompas.com, lidah mertua ini mempunyai banyak manfaat diantaranya: Pertama, mampu menyerap 107 jenis polutan di daerah padat lalu lintas dan ruangan yang penuh asap rokok. Di dalam tiap helai daun sansevieria ada pregnane glycoside, zat yang mampu mengurai zat beracun menjadi senyawa organik, gula, dan asam amino. Zat beracun yang diurai, seperti karbondioksida, benzen, xilen, formaldehid, koloroform, dan triklorotilen. Kedua, di dalam ruangan, lidah mertua bisa menangani sick building syndrome, yaitu keadaan ruangan yang tidak sehat akibat tingginya konsentrasi gas korbondioksida, nikotin dari rokok, dan penggunaan AC. Satu tanaman lidah mertua jenis trifasciata lorentii dewasa berdaun 4/5 helai dapat menyegarkan kembali udara dalam ruangan seluas 20 m persegi. Ketiga, untuk lidah mertua jenis trifasciata lorentii yang dipotong-potong 5 cm yang ditempatkan di dalam kulkas dapat menghilangkan aroma tidak sedap. Dalam lingkungan industri potongan daun ini disebarkan di ruang-ruang produksi industri untuk mereduksi senyawa beracun yang terhirup oleh pekerja. Keempat, dapat mereduksi radiasi gelombang elektromaghnetik yang ditimbulkan oleh komputer dan televisi. Maka baik jika tanaman ini ditaruh di samping komputer atau televisi. Ya, itulah tanaman lidah mertua yang ternyata kaya akan manfaat. Tak sekadar sebagai penghias atau sebagai pagar saja, tetapi manfaatnya sangat baik bagi lingkungan. Bahkan dalam beberapa literatur kesehatan, tanaman ini juga banyak manfaatnya dalam dunia pengobatan. Jadi, tak percuma saya menanam di halaman rumah (orang tua) dan bisa menikmatinya dengan banyak manfaatnya itu. Tulisan Lainnya:

Robohnya Pohon Cengkeh di Kampung Kami

Mungkinkah Bakteri Mematikan Ini yang Menyerang Kawasan Wonosalam?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun