Mohon tunggu...
Jumriani Jumriani
Jumriani Jumriani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Harga Pupuk Menjadi Salah Satu Masalah bagi Para Petani di Desa Pince Pute, Kecamatan Malangke

14 Juni 2022   16:56 Diperbarui: 14 Juni 2022   17:09 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

Desa Pince Pute merupaka salah satu desa dari 14 desa di Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu Utara. Desa Pince Pute terdiri dari 3 dusun dengan luas 62,33 km2, dan mempunyai jumlah penduduk sebanyak 348 orang laki-laki dan 322 orang perempuan, dan dengan Letak topografis tanahnya yang datar, dengan lahan sebagian besar dimanfaatkan oleh masyarakat untuk lahan pertanian dan perkebunan sehingga sebagian besar masyarakat desa adalah petani dan pekebun. Mayoritas penduduk di desa ini petani, maka wajar apabila lahan yang terluas adalah lahan Kebun. 

Jenis pertanian yang diusahakan oleh masyarakat pada umumnya adalah tanaman pangan yaitu Kakao, Kelapa Sawit, Jagung, jika dilihat dari luas tanam maka yang menjadi tanaman/produksi unggulan. Desa Pince Pute untuk jenis sayuran sebagian kecil ada, sedangkan untuk tanaman buah-buahan seperti pisang, rambutan, durian, sedangkan untuk tanaman perkebunan juga terdapat di desa ini seperti kelapa, aren, dan kakao dan untuk tanaman kehutanan yang ada adalah sungkai, sedangkan untuk tanaman obat-obatan hanya terdapat di pekarangan rumah.

Sesuai dengan hasil penelitian, permasalahan masyarakat desa pince pute yang menjadi prioritas dan perlu untuk diselesaikan adalah wilayah pasaran hasil pertanian yang sifatnya masih sempit atau lokal, dimana hanya ada 1 pasar kecil yang diadakan 2 kali seminggu, hal tersebut menyebabkan para petani kesulitan memasarkan hasil tani mereka, dan modal yang di miliki petani juga sangat terbatas dimana petani kesulitan saat membayar langsung harga pupuk yg lumayan mahal bagi para petani, karena hal itu mengakibatkan hasil tani mereka harus segera terjual untuk kembali di jadikan modal untuk pembibitan dan sebagainya. Karena modal yang terbatas mengakibatka hanya sebagian tanah masyarakat yang di kelolah, sehingga hasil panen petani sangat minim saat dipanen 5 bulan sekali. "Ujar Pak Danu, salah satu pemilik kebun jagung di pince pute"

Petani sebaiknya membuat kelompok tani yang nantinya mengemas hasil pertanian agar lebih tahan lama dan menarik tampilannya, sehingga dapat membantu untuk menjual ke lingkup yang lebih luas, yang nantinya sesama anggota tani akan bertukar informasi dalam masalah harga penjualan sehingga tdk menjual hasil taninya dengan harga yang rendah. Sedangkan dalam masalah modal juga bisa dibantu dengan adanya kelompok tani dimana akan diberikan pinjaman oleh pemerintah yang nantinya kelompok tani yang akan mengelolah modal agar terjadi perputaran modal. Dengan adanya kelompok tani juga nantinya bisa membantu petani kecil dalam pemberian pupuk dan benih yang cuma-cuma bagi anggota kelompok tani.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun