Pengertian Tuhan dan Ketuhanan
Menurut KBBI, kata Tuhan diartikan "sesuatu yang diyakini, dipuja, dan disembah oleh manusia sebagai sesautu yang Mahakuasa, Mahaperkasa, dan sebagaiannya..." Diartikan pula dengan "sesuatu yang dianggap sebagai Tuhan" Sementara bertuhan diartikan diartikan "percaya dan berbakti kepada Tuhan, beribadah, orang yang tidak, orang yang tidak percaya akan adanya Tuhan, atau memuja sesuatu sebagai Tuhan".
Dalam bahasa arab, Tuhan diungkapkan dengan lafal "illah" atau "Rabb". "Illah" dari asal kata aliha atau alaha, bentuk pluralnya : "alihah" yaitu "segala sesuatu sesautu yang dijadikan sesembahan; baik yang benar maupun yang salah". Bagi seabgian bangsa yang dipakai pula sebagaii ungkapan untuk selain Allah. Seperti untuk mengungkap rasa takjub: Ya ilahi, ma hadza al-jamal! ('Aduhai, alangkah indahnya ini!').
Lafal "ilah" juga memuat makna tujuan akhir dari penciptaan seorang hamba dan ending dari kehidupan dan rahasia yang dapat menjadikannya baik dan sempurna yaitu "ibadah (penyembahan) kepada Allah". Adapun lafal "rabb" memuat makna penciptaan, pemeliharaan, penjagaan, pangawasan, dan seterusnya. Dari kata "ilah" terbentuk istilah uluhiyyah yang bermakna "ketuhanan sebagai zat yang berhak untuk disembah", smeentara dari kata rabb terbentuk istilah rububiyyah yang bermakna "ketuhanan sebagai zat yang menciptakan, memelihara, merawat, mengayomi, merawat, dan mematikan.
Dalam perspektif worldview islam, Tuhan yang asli atau yang sebenarnya adalah yang memenuhi kriteria mutlak, Mahasegala, Mahasempurna, tidak menyerupai atau tidak bisa disejajarkan dengan siapapun dan apapun, ia tidak berawal maupun berakhir, keberadaannya metafisik, tidak dapat diindra atau batin, namun bisa dibuktikan bahwa Ia ada. Â Konsep ketuhanan merupakan unsur sentral dan mendasar dalam struktur bangunan konsep worldview islam.
Spektrum Konsep Ketuhanan
Yusuf Al-Qardhawi mencatat lima pengaruh tauhid terhadap seorang muslim. Pertama, tauhid membebaskan manusia dari belenggu. Kedua,tauhid menjadikan kepribadian seorang muslim seimbang. ketiga, tauhid menjadi sumber bagi ketenangan hati seorang muslim. Keempat, tauhid menjadi sumber bagi kekuatan jiwa, dan kelima, tauhid menjadi sumber ukhuwwah dan kesetaraan antara manusia.
Dari sisi epistemologi, al-Faruqi juga mencatat bahwa tauhid membebaskan akal dari segala hal yang bertentangan dengan kebenaran yang hakiki. Hakikat dari kebenaran dapat diukur dalam perspektif tauhid melalui alat ukur yaitu indnra yang sehat, logika akal yang benar, serta wahyu. Al-Faruqi juga menyatakan bahwa tauhid membebaskan manusia dari kontradiksi kebenaran yang tidak berkesudahan disebabkan oleh ketidakadaanya sumber kebenaran yang dianggap otoritatif.
Dengan tauhid akan mengembalikan otoritas kebenaran kepada sumber dari sumber kebenaran yaitu Allah. Karena itu, wahyu menjadi mungkin menjadi sumber kebenaran yang otoritatif. Karena akal indra dalam perspektif worldview islam merupakan ciptaan Allah, maka keduanya mampu mengungkap kebenaran yang tidak mungkin kontradiktif dengan lainnya. Dengan demikian, tauhid membebaskan dari adanya kontradiksi antara kebenaran dengan kebenaran yang lain, kontradiksi antara kebenaran dan yang bersumber dari indra yang bersumber dari akal, begitupula dengan wahyu.
Selain itu, menurut al-faruqi tauhid juga membebaskan dari belenggu perasaan takut, khawatir, perasaan was-was, kesedihan, kegelisahan. Prinsip tauhid yang memberikan perasaan tenang dan tenteam dalam diri pemiliknya. Dengan begitu, ia tidak akan bersedih karena rezeki, tidak akan gelisah karena ajal, tidak akan mencemaskan masa depan, anak, istri, keluarga, jabatan hingga mati sekalipun.
Sebagai sumber ketenangan hati, tauhid sebagaimana disebutkan dimuka, akan menghancurkan belenggu-belenggu rasa takut, khawatir dan cemas, karena tauhid memberikan energy kuat dalam diri seorang mukmin berupa ketenangan jiwa, sebab pintu-pintu ketakutan dan kekhawatiran yang dihasilkan oleh kesyirikan akan tertutup seperti takut terhadap fenomena alam, ajal rezeki, kedudukan,takut kepada mahluk, dan lain-lain. Allah berfirman, "orang-orang yang beriman dan tidak mencampurnadukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. "(Q.S.Az-Zumar:29).