Hari kebangkitan Nasional yang menjadi sorotan disetiap tanggal 20 mei pada tahun 1908, diawali dengan berdirinya Budi Oetomo.
Historisnya, spirit anak muda dan keinginan untuk berubah dengan prinsip moderat-progresif menjadi simbol endemik sosok sekumpulan kaum muda yang berkeinginan adanya perubahan dan perbaikan.
Bicara soal kebangkitan, nampaknya memang harus ada penggebrakan dari kalangan pemuda. Ketika 1908 dengan hadinya keresahan pemuda jawa, tepatnya Indonesia bagian barat. Saatnya pemuda wilayah tengah dan timur dan turut menampakkan keresahan dan melakukan pendobrak. Saya beranggapan demikian, karena begitu banyak kekayaan alam wilayah tengah dan timur yang menjadi pemakmur bagi mereka yang tinggal di barat. Karena feedback untuk kedaerahannya terlebih pelosok hanya mendapatkan ampas dari keserakahan rezim nampaknya.
Terlepas dari itu semua, bicara soal kebangkitan. Spirit itu kian terlihat dalam keadaan covid seperti ini. Saling bantu, gotong royong, semua ingin ambil peran baik yang tua dan yang muda. Apapun itu, bahkan rasa iba yang membuat kita turut berempati merupakan kontribusi terkecil dari keadaan yang serba dimaklumi ini.
Sayangnya, kebijakan yang hadir tidaklah membawa angin segar bagi mereka yang tengah berjuang, dan berkorban. Dibukanya kembali akses darat, laut dan udara seolah tidak memikirkan mereka yang tengah berjuang mati-matian, nyawa jadi taruhan, bahkan keluarga yang terdampak dan korban.
Entah ini karena egoisme pribadi atau karena pemaknaan dari definisi ekonomi bangkit? Semua pertanyaan itu asumsi dari ketidaktegasan pemerintah dalam mengatasi problematika yang tengah menjadi wabah global (pandemik) yang berdampak pada Indonesia.
Apapun maksud dari ingin bapak presiden yang terhormat, setidaknya berilah satu kejelasan dari sekian banyak ambiguitas kebijakan tanpa ada penjelasan. Karena rakyat sedang butuh pemimpin tempat dia bernaung meski tak bergantung.
Mewakili anak bangsa Indonesia, yang resah tapi tak bisa mengubah, meminta ketegasan untuk bapak presiden terkait nasip rakyatnya, setidaknya untuk mereka para tenaga medis yang menggadaikan tidur dan keluarganya untuk memastikan korban covid-19 tertangani dengan sebaik-baik pengabdiannya.Â
Segeralah bermuhasabah akan amanah duhai Ulil Amriku, karena hari kemenangan sebentar lagi. Meski saya tak mudik karena patuh dengan perintah bapak yang dulu, saya pastikan insyaaAllah atas izin Tuhan YME semoga bapak bisa memaknai dan mencari solusi kemaslahatan untuk kebangkitan keterpurukan keadaan sebagai seorang presiden membaca keadaan dan kondisi dari segala aspek baik kesehatan, pendidikan, kesejahteraan, dan perekonomian dalam meraih kemenangan yang sedikit lagi, lebaran sebentar lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H