Terdengar suara derasnya arus air sungai yang mengalir, hembusan angin sawah dari hijaunya pepohonan serta rumpun bambu yang menghijau tampak sebuah musala mungil di kampungku. Aku dan warga memberinya nama Musala Pojok Kampung untuk memudahkan menyebutnya.
Musala ini terletak di pojok kampungku bagian barat daya berbatasan dengan kampung sebelah. Meski berada di pojok, musala ini sangat ramai suasananya. Jalan di depan musala merupakan jalan tembus tercepat dari kampung sebelah hingga lalu lalang pengendara sepeda tak pernah sepi setiap harinya.
Berdiri di atas tanah wakaf  seluas kurang lebih 36 meter persegi dengan bangunan sekitar 5m x 5m musala ini memang kelihatan kecil. Namun di awal puasa kemarin puasa ini direnovasi terasnya hingga dapat digunakan untuk menampung jamaah yang lebih banyak. Tak luput juga lantai, langit-langit, dan dinding serta pagarnya direnovasi oleh warga sekitar. Sehingga musala tampak bersih, luas, dan menyejukkan.
Musala Pojok Kampung berbentuk bangunan persegi dengan atap berbentuk limas. Diding musala berwarna putih ditempel keramik dinding berwarna krem bersih. Sedang lantai di dasari keramik putih bersih. Atap utama masih menggunakan genting sedangkan atap teras menggunakan sejenis seng atau logam ringan dengan kerangka logam persegi. Kamar kecil terletak di selatan musala dengan cat warna hijau tampak melengkapi bangunan. Pagar mengitari musala juga memberikan keindahan bangunan. Terbuat dari besi kecil yang dikombinasi dengan pilar kokoh bercat putih hitam dan setrip emas tampak tegas membatasi area musala.
Suasana di musala ini sangat menyenangkan dan menentramkan. Pemandangan pepohonan hijau dan persawahan serta gunung Welirang membuat betah dan tenang. Angin yang bertiup dan suara air membuat kerinduan untuk selalu datang. Jika sore menjelang, banyak anak-anak bermain di sekitar musala sambil menunggu waktu adzan. Sungguh menyenangkan. Di saat banyak anak sibuk dengan mainan online di tangan ternyata masih ada anak yang senang ke musala. Ketika kegiatan mengajipun sangat penuh dengan anak-anak. Kegembiraan dan keceriaan sangat tampak di wajah mereka.
Suasana ini yang membuat aku sering mengikuti kegiatan-kegiatan di musala Pojok Kampung bersama anak istriku. Majelis taklim, salat berjamaah, atau kegiatan keagamaan lainnya. Meski agak jauh dari rumah, aku sering berkunjung kasana. Terkadang bersilahturahim sambil bermain air di sungai dekat musala dengan anak-anakku. Bahkan aku berharap dan berdoa semoga suatu saat nanti bisa membeli tanah dan membangun rumah di dekat musala Pojok Kampung. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H